21 21. Ceraikan Alther!

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan pintu yang sangat brutal terdengar di apartemen cukup besar milik Shayna dan Sagara.

Saking kerasnya ketukan pintu itu, Shayna yang saat ini sedang sibuk bersiap-siap untuk perjalanan bisnisnya ke New York jadi terganggu.

Pikiran Shayna yang kacau karena kopernya tak muat, serta beberapa berkas yang seharusnya dia bawa belum selesai dikerjakan oleh para staff kantornya.

Shayna murka dan geram. Pikirannya tertutup oleh amarah karena tidak ada yang beres dengan harinya.

Tok!

Suara ketukan pintu terdengar semakin kencang. Membuat Shayna semakin kesal saja.

"Anjir siapa sih?!" Umpatnya kesal. Padahal, dalam hati dia sudah bisa menebak siapa yang bertamu.

Siapa lagi jika bukan tamu Sagara? Karena jika itu adalah tamu Shayna, tidak mungkin tingkahnya brutal seperti ini. Bukankah 'katanya' siapa kita tergantung bagaimana lingkungan kita? Lingkungan Shayna tentu tidak berisi orang kasar dan tidak sopan seperti tamunya saat ini.

Shayna sekarang sudah menuju pintu utama apartemen, membukanya dengan sedikit kasar.

Brak!

"Maaf siapa—"

"Lo yang siapa?!" Bukan, ini bukan Shayna yang berteriak. Tetapi tamunya sendiri. Seorang perempuan muda yang… sedang mengandung?

Shayna tidak bodoh. Otaknya bisa langsung mencerna situasi yang akan terjadi. Apalagi jika bukan datang untuk meminta pertanggung jawaban pada Sagara, suaminya?

Tidak mungkin 'kan dia meminta pertanggung jawaban dari Shayna? Secara mereka sama-sama perempuan.

"Cari siapa?" Shayna mencoba untuk basa-basi sedikit. Barangkali dugaannya salah. Nanti dia malu sendiri sudah berbicara panjang lebar.

"Alther. Dimana dia? Dan… siapa lo?!" Manik mata Herlina memicing saat menatap Shayna. Dia seperti sedang melihat seekor kecoa. Entah apa yang salah pada Shayna samoai dipandang rendah seperti itu.

Mencoba berpikir positif, mungkin saja ada cabe menyelip di giginya, Shayna tetap berusaha untuk tenang. Bukankah sikap seorang wanita yang elegan adalah tenang? Terutama saat sedang menghadapi masalah.

"Saya istrinya Sagara Alther Najendra. Istri sah." Shayna mengangkat tangannya, menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

Dan itu berhasil membuat Herlina berang. "Oh istrinya? Siap-siap deh habis ini lo janda." Herlina tanpa tau malu masuk begitu saja. Dia duduk di ruang tamu sebelum Shayna bahkan mempersilahkannya untuk duduk.

Marah? Tentu saja. Melihat perempuan tidak tau sopan santun seperti ini membuatnya sangat kesat. Andai saja dia mengenakan heels, mungkin sudah melayang sempurna di kepala Herlina.

"Mana Alther?" Tanya Herlina songong.

Shayna memijat pelipisnya, berjalan menuju kamarnya tanpa menjawab. Sagara atau Alther jam segini tentunya sedang tidur nyenyak. Mustahil seorang Sagara tidak tidur siang. Karena dia seperti anak-anak. Mungkin saat kecil Sagara kurang tidur siang.

"Mas, ada yang nyariin!" Shayna mengguncang tubuh Sagara, berharap pria itu bangun.

Sayangnya, satu kali guncangan tidak mempan untuk Sagara. Alih-alih bangun, Sagara justru mendengkur semakin kencang. Dan itu sangat risih di telinga Shayna.

"Mas, bangun! Ada pacar lo nyariin!" Teriak Shayna tepat di telinga Sagara.

Sagara membuka mata, kaget. Kepalanya seketika berdenyut nyeri karena terbangun dalam keadaan kaget. "Kenapa-kenapa?! Ada bom? Mana bomnya?"

"Bom waktu. Di ruang tamu!" Ketus Shayna.

Sagara berdecak, hendak tidur lagi. Shayna dengan cepat menarik bantal Sagara karena dia tau Sagara tidak bisa tidur tanpa bantal.

"Apaan sih Ay?!" Sagara geram.

Shayna melipat kedua tangannya di depan dada, menegaskan pada suaminya ini. "Di ruang tamu ada cewek dateng lagi hamil!"

"Ya terus masalahnya sama gue apa?!" Sagara mendebat Shayna. Dia tidak merasa menghamili siapapun. Menghamili Shayna saja belum bisa-bisa.

"Ya lo temuin kek, apa kek! Ribet ah!" Kesal Shayna.

Sagara berdecak, turun dari ranjang. Dia pergi keluar untuk menemui Herlina.

Sampai di ruang tamu, Herlina langsung saja bersikap gatal. Dia dekat-dekat dengan Sagara, menggodanya. Tepat di depan wajah Shayna. Seolah Shayna tidak ada.

"Eh? Apa-apaan lo deketin gue? Jauh-jauh!" Sagara menolaknya. Dan itu menbuat Shayna sangat puas.

"Siapa kamu?" Tanya Shayna.

Herlina dengan wajah kesal mengabaikan pertanyaan Shayna, dan menjawab pertanyaan Sagara. "Alther, aku Herlina. Kita tidur beberapa bulan yang lalu setelah acara di Festival Dier." Katanya.

Sagara menghela nafas panjang, mengurut kepalanya sendiri. Jadi, ini wanita yang kakeknya maksud?

"Duduk lo!" Sagara memerintah Herlina untuk duduk. Kemudian dia duduk tak jauh dari sana. Sambil menarik Shayna untuk ikut serta.

"Ngapain narik-narik gue?" Shayna berbisik.

Sagara hanya melirik Shayna sebagai balasannya. Dia tidak menjelaskan apapun.

"Jadi, lo ke sini mau minta pertanggung jawaban gue?" Tanya Sagara yang mana hanya sebuah formalitas belaka.

Herlina mengangguk. "Aku minta pertanggung jawaban kamu untuk menikahi aku."

Sagara kembali menatap Shayna. "Gue udah punya bini."

"Gak peduli. Aku hamil anak kamu." Herlina keukeuh menginginkan Sagara.

Sagara yang merasa malas mengurus Herlina memilih untuk mengalihkan nya ke Shayna. "Ay, urusin sana!" Pinta dia.

Bukannya Shayna, justru Herlina yang bersuara. "Mbak Shayna, gue minta lo ceraiin Alther. Karena kalau enggak, karir lo bakal terancam."

avataravatar
Next chapter