2 Kebebasan Lea

Garis cahaya menerobos lebatnya dedaunan, memaksa masuk diantara rimbunnya hutan yang gelap gulita itu.

Sorotan cahaya seperti hujaman- hujaman anak panah dari langit, udara basah sangat pekat disana, ada 3 tubuh terkapar diantara belukar di lembah nan lembab itu.

Mereka tampak tak berdaya dengan nafas yang nyaris tak ada.Salah satu dari mereka bahkan tertusuk akar di bagian pinggang, dua diantaranya babak belur dengan darah segar mengalir dari lengan dan dahinya karena luka sayatan dari ranting ranting pohon.

2 makhluk kecil bersayap berterbangan diatas ketiga tubuh itu, sesuatu bergerak gerak di bawah tubuh mereka

"Apa mereka sudah mati? "

"Aku tak tahu tapi pemuda yang itu mengeluarkan banyak darah" Dialog dua peri sembari menunjuk pada salah satu tubuh dengan luka paling parah.

"Apa Lea terbangun? " Tanya salah satu dari peri itu dengan cemas.

"Kurasa begitu, ayo kita menyingkir!!"

Akar belukar itu secara tiba tiba bergerak semakin cepat dan menyorotkan cahaya yang menyilaukan, serabut-serabutnya berubah menjadi lembaran-lembaran bulu berwarna kemerahan.

'Wusssshhhhhhh'

Tiba-tiba muncul sesosok harpy dengan sayap merah menyala dan rupa yang elok, sementara tubuh 3 pemuda tadi melayang di udara.Mereka seperti terikat kepada sesuatu yang tak terlihat. Harpy jelita tersebut menatap 3 pemuda di depannya, menyapukan sayap kanannya pada tubuh para pemuda itu dan seketika semua luka-luka dan darah menghilang, mereka tampak mulus seperti tak ada luka sebelumnya.

Dua makhluk kecil bersayap yang semula bersembunyi segera muncul dan memanggil sosok harpy yang tampaknya mereka kenali.

"Leeeeaaaaa!!!!" Seru keduanya mengagetkan si pemilik nama, Lea adalah si harpy cantik bersayap merah yang baru saja muncul

"Amisa..? Grisseo..?" Ujar Lea sembari menyambut pelukan kecil kedua peri itu.

"Kau hidup? Kutukannya sudah hilang?" Tanya Amisa dan Grisseo bersamaan.

"Seperti yang kalian lihat, kurasa ini berkat mereka, " ujar Lea menunjuk kearah 3 pemuda yang masih melayang dengan kondisi tak sadarkan diri.

"Apa karena darah mereka?" tanya Grisseo.

"Aku tak tahu,seharusnya ada yang lebih kuat dari sekedar darah itu, seperti mantra misalnya," Tukas Lea.

"Mantra? apa mereka mengucapkan mantra saat menimpamu?" tanya Grisseo lagi.

"Entahlah,tapi bisa saja begitu" sahut Amisa.

"Apa yang akan kita lakukan untuk membuat mereka bangun?" Grisseo dan Amisa tampak cemas.

"Aku tahu, kalian tunggu disini,"Lea mengepak sayapnya pergi sementara Amisa dan Grisseo hanya menatap bingung sembari menunggu apa yang akan di lakukan Lea berikutnya.

Tak lama kemudian Lea datang dengan sayap yang tampak berkilau karena basah, ia kemudian melayang diatas kepala para pemuda tadi dan bergerak memutar dengan cepat, seketika tetes - tetes air turun dengan deras dari bulu-bulu Lea dan mengguyur para pemuda itu.Mereka terkejut menerima guyuran air yang deras hingga tubuh mereka terjerembab ke tanah.

"Aww!!! " pekik mereka sembari mengerjap-ngerjapkan matanya melihat sekeliling dan mencoba bangkit dengan terkejut.

"Kita masih hidup??" Ucap Fargo sambil melihat tangan, kaki dan tubuhnya, ia takut salah satu anggota tubuhnya menghilang.

"Kita ada dimana? " Tanya Edgar yang sedang mangamati sekeliling ia tak menyadari ada seekor harpy melayang diatas kepala mereka.

Sementara Ren masih sibuk mencari kacamatanya.

"Kalian lihat kacamataku? " Tanya Ren pada rekan rekannya.

"Tidak,Aku tidak melihatnya, apakah matamu benar-benar tak berfungsi tanpa benda itu? " Ujar Fargo terdengar tak peduli.

Ren mengangkat wajahnya mengedarkan pandangannya, dan secara mengejutkan semua objek yang dilihatnya tampak jernih dan sangat jelas.

"Mataku?Apa yang terjadi? " Ujar Ren terkejut.

Fargo dan Edgar menatap bingung kearah Ren.

"Aku bisa melihat semuanya dengan sangat jelas." Sahut Ren dengan suara girang.

"Bukankah itu bagus?" Ujar Fargo sembari mencoba berdiri.

" Tubuhku terasa panas," Ucap Edgar tiba-tiba, Ren dan Fargo saling menatap dan segera mendekati kawannya itu, sembari mencoba merasakan apakah tubuh mereka pun merasakan hal yang sama.

"Aku tak merasakan apapun pada tubuhku" Ujar Fargo.

"Bagaimana denganmu Ren?" Tanya Fargo.

"Tubuhku pun tak terasa aneh." Sahut Ren yang juga merasa tubuhnya baik-baik saja.

Tiba tiba seluruh tubuh Edgar mengeluarkan asap, kulitnya mulai memerah dan melepuh.

"Apa ini? Aaarghh!!!.Panass!!!!Arrgghh!!!Tubuhku seperti terbakarr.. Arghhh!!!!Tolong aku!!!!"

Edgar mulai berteriak, Lea yang semula mengawasi mereka dari atas mulai menyadari sesuatu, ia kemudian melesat turun.

"Kau terkena racun naiklah ke punggungku cepat !! "Titah Lea dengan tubuh Harpy nya yang berukuran raksasa

Ren dan Fargo membelalak tak percaya, melihat makhluk tak biasa itu, seekor burung raksasa dengan kepala seorang wanita, apa mereka masih di alam bawah sadar? Sementara Edgar sudah tak bisa peduli pada hal lain kecuali rasa panas yang semakin terasa membakar sekujur tubuhnya.

"Si..siapa kau...? " Tanya Fargo terbata.

"Argghhhhh!! Panas!!!!Aku Tak kuat lagi!!" Erangan Edgar kembali mengalihkan ketakjuban mereka pada Lea.

"Cepat naik! atau teman kalian akan mati! " Ucap Lea dengan tegas.

"Mati...?" Gumam Ren demgan suara cemas, meski masih penuh tanda tanya,setelah mendengar kata 'mati' Ren dan Fargo segera memapah tubuh Edgar yang sudah tak berdaya dengan asap yang tak henti-hentinya keluar dari tubuh pemuda itu,Ren dan Fargo segera membawa Edgar naik keatas punggung Lea.

Dengan satu kepakan sayap Tubuh Lea melesat jauh menerobos lebatnya pepohonan, Ren dan Fargo memegangi tubuh Edgar yang terkapar.

Mata mereka semakin takjub saat melihat pohon-pohon aneh,itu bukan pohon melainkan jamur - jamur raksasa yang tingginya sama dengan pepohonan, dengan sulur-sulur yang di tumbuhi bunga warna-warni, berikutnya mereka melihat jajaran dandelion raksasa yang di penuhi makhluk- makhluk kecil bersayap, mungkin itu peri,Fargo menggosok matanya berkali kali ia nyaris tak percaya bahwa itu nyata, lalu yang berikutnya adalah hamparan hutan lebat dengan telaga dan sumber air, pohon-pohon disana berukuran sangat besar dan berbaris mengelilingi telaga, ada pintu di setiap pepohonan di sana.

Tangan Ren meraih selembar daun dari salah satu pohon yang mereka lewati, aromanya sangat harum, daunnya berbau vanilla, benar-benar wangi dan membuatnya tak bisa menahan diri untuk mencicipi daun tersebut,Ren memasukan daun yang ia petik kedalam mulutnya. Saat daun itu menyentuh lidahnya, benda berwarna hijau muda tersebut meleleh dan hilang menyisakkan rasa manis yang pekat.

"Hei... Apa Yang kau makan tadi?" Tanya Fargo yang melihat Ren memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.

"Hanya daun." Sahut Ren.

"Aku juga lapar tapi aku tak tertarik mengunyah daun." Pungkas Fargo, sementara Ren hanya diam, andai Fargo tahu rasa daun tadi, ia pasti akan memilih menjadi ulat bulu.

"Berpeganglah yang erat ! kita hampir sampai" Ucap Lea.

Ren dan Fargo mengikuti aba-aba Lea, tubuh Lea terbang meliuk liuk diantara batang-batang Lavender yang nyaris berhimpitan, dan sekali lagi pohon pohon lavender itu berukuran sangat besar, mereka seperti serangga diatas punggung seekor burung, mereka begitu kecil. setelah melewati padang lavender itu mereka di suguhkan dengan pemandangan kota yang aneh, dikanan kirinya terdapat semacam batang- batang pohon super besar dengan rongga yang saling berdekatan, mungkin itu bukan hanya rongga lagi-lagi itu adalah pintu,, beberapa pintunya berhias bunga atau benda bersinar seperti lampu namun sudah jelas itu bukan lampu,tempat itu terlihat seperti pemukiman,beberapa diantaranya hanya bertuliskan nama dengan aksara yang aneh.

Kemudian mereka memasuki sebuah rongga terbesar dan tubuh Lea terbang rendah sebelum akhirnya mendarat disana.

"Kita sudah sampai,turunlah!" Titah Lea,mereka merosot turun dari punggung Lea.

keajaiban berikutnya terjadi, tubuh Lea menyusut menjadi seukuran dengan para pemuda itu. Ren ingin bertanya namun ia menahannya, karena situasi saat ini sangat darurat mengingat hal aneh yang terjadi pada Edgar.

"Bonum!!!Bonum!!! bisakah Kau membantu kami?? " Lea tampak memanggil seseorang bernama Bonum.

Saat mendengar nama itu yang ada di pikiran Ren dan Fargo adalah seorang pria tua seperti tabib atau dokter. Namun setelah beberapa saat,datanglah seorang pria berparas elok dengan tubuh burungnya menghampiri mereka, warna bulunya hampir sama dengan Lea, didominasi oleh warna merah dan biru tua, ia tampak gagah dan berwibawa.

"Leaaa?!! Apa Itu kau? " Tanya sesosok makhluk yang tampak sejenis dengan Lea.

"Yaaa... Ini Aku bisa kah kau menolongku? " Ujar Lea.

"Kau sudah bebas??, ini kabar baik, kita butuh perayaan," ucapnya bersemangat, ia hanya fokus kepada Lea, sementara Ren, Fargo dan Edgar hanya menyimak seperti pajangan yang terperangah dengan hal aneh di depan mata mereka.

"Tentu kita akan merayakannya tapi saat ini aku sangat membutuhkan bantuan mu," Ucap Lea memohon.

Bonum,menatap penuh tanya pada Harpy cantik di depannya.

"Cepat bawa dia kemari!! "Titah Lea,

Fargo dan Ren memapah tubuh Edgar dengan susah payah.

"Apa yang terjadi padanya?" Bonum menatap tubuh Edgar dengan mata yang serius.

"Mereka jatuh menimpaku, dan yang satu itu tertancap di ujung akar ku," Terang Lea.

Bonum yang sudah mengerti dengan apa yang Lea katakan, segera mencabut sehelai bulu pada sayapnya dan dengan cepat menancapkan bulu teraebut di perut kanan Edgar dimana bagian itulah yang terkena oleh ujung akar Lea saat menjadi akar beracun, Sontak Edgar berteriak keras.

"Hei!!!! Apa yang kau lakukan padanya??"

Tanya Ren saat melihat Edgar di tusuk di bagian perut, Namun Lea segera menghalangi mereka.

"Tenanglah ia sedang diobati" Sahut Lea meyakinkan Ren dan Fargo.

Setelah bulu itu menancap, Bonum memutarnya seperti tengah mengaduk sesuatu dan dengan satu tarikan.

'Blupppppp'

Sebuah bola hitam pekat di tarik keluar dari perut Edgar.

Beberapa detik kemudian Edgar mulai membuka matanya perlahan, sedangkan Ren dan Fargo segera berlari kearah temannya itu.

avataravatar
Next chapter