70 THE VOW

Ruangan dengan dinding kaca pada sekelilingnya sengaja disulap menjadi sebuah chapel sederhana. Berhiaskan bunga-bunga segar dengan dominasi warna putih dan sedikit peach. Bunga tak hanya melekat pada semua bangku tamu undangan tapi juga pada mimbar dan sepanjang selasar utama dari pintu masuk menuju ke mimbar. Bunga putih bertaburan disepanjang karpet, itulah yang nantinya akan menyambut langkah Jasmine saat memasukki chapel.

Pemuka agama telah berdiri tegak di belakang mimbar sementara Leonardo berdiri di depan mimbar, dengan tenang ia menunggu kedatangan sang mempelai wanita. Leonardo tampak sangat tampan dengan setelan hitam lengkap, jam tangan rolex, sepatu pantoufel mengkilat dengan ujung lancip. Dan rambut yang disisir licin ke belakang. Ada dua anting bulat dari batu topaz hitam bersarang pada sebelah telinganya.

Seluruh manusia di dalam ruangan mengagumi ketampanan sang mempelai pria. Decak kagum tak berhenti di situ saja, malah semakin riuh saat pintu depan bersiap untuk terbuka.

"Anda sudah siap, Nona?" Relia menatap Jasmine.

"Huffttt hahhh .....!" Jasmine membuang napasnya panjang-panjang.

"Baik, aku siap, Lia!" Jasmine tersenyum sedikit kaku, tangannya masih sedikit gemetaran karena tegang.

"Santai saja, Nona." Relia memberi kode, pelayan membuka dua daun pintu bersamaan. Seluruh tamu undangan menoleh, keluarga dari pihak Leonardo dan Jasmine ikut menoleh. Semua penasaran, semua ingin tahu.

Leonardo adalah salah satu manusia yang paling penasaran dengan wujud calon istrinya. Secantik apakah Jasmine dalam balutan gaun pengantin yang mereka pilih? Secantik apa wanita yang akan mendampingi hidupnya kelak?

Pintu terbuka, asap tebal yang berasal dari dry es langsung menyambut langkah Jasmine menapaki karpet dari kelopak bunga. Jasmine berjalan dengan anggun, melangkah perlahan-lahan memasuki ruangan chapel. Ia menggenggam bunga mawar merah yang sangat kontras dengan seluruh dekorasi ruang dengan dominan warna putih itu. Hal ini menjadikan Jasmine sebagai pusat perhatian seluruh pasang mata.

Musik klasik ikut menyala mengiringi perjalan Jasmine melangkah menuju calon suaminya. Tinggal beberapa menit lagi, pria yang berdiri gagah di depan mimbar itu akan resmi menyadang gelar sebagai imam dalam hidupnya.

Tiap mata melirik ke arah Jasmine kagum, Rosie menitikkan air mata, Ameera tak berhenti mengabadikan kecantikan kakaknya dengan kamera ponsel. Melani dan Karina menggigit bibir karena Jasmine amatlah cantik sore hari ini. Alexiana tersenyum melihat kedatangan Jasmine. Semua tamu undangan berdecak kagum.

Jasmine memang luar biasa, dengan rambut yang tertata sangat elegan berhiaskan bunga-bunga segar, anak rambut mengombak di samping kedua daun telinga. Walaupun wajahnya masih tertutup furing, tetap saja benda tipis itu tak bisa menyembunyikan aura kecantikkan yang terpancar di dalamnya.

Leonardo menatap Jasmine dengan mata berbinar. Pengantin wanitanya begitu elok dan mempesona. Dalam balutan gaun pengantin dan wajah tertutup furing pun Jasmine berhasil mencuri seluruh perhatiannya. Wanita yang dirasa biasa saja, tidak ada yang istimewa dari perjalanan hidupnya. Wanita polos itu sungguh telah berhasil mencuri hati dan cinta Leonardo. Bahkan memetikkan hal-hal menyakitkan yang tak pernah Leonardo pikir dan rasakan dalam hidup sebelumnya. Ia belum pernah berhasrat, belum pernah mengingini seseorang sampai sekuat ini. Hanya Jasmine, wanita polos dengan sejuta pesonanya yang bisa meluruhkan pertahanan sang Singa, merebut hatinya.

Jasmine mencoba menenangkan perasaannya yang gundah karena rasa rindu yang membuncah. Pria itu, benar, pria yang berdiri di depan itu perlahan-lahan mulai menemukan adanya celah kecil yang muncul di dalam hatinya dan masuk ke dalam. Jasmine mulai merasakan hal tergila di dalam hidupnya karena pria itu. Hal paling tidak masuk akal, hal yang membuatnya menerobos segala batasan yang dibuat oleh hatinya sendiri. Yang dulu terasa tidak mungkin, kini menjadi mungkin. Ya, sepertinya Jasmine memang mulai mencintai Leonardo.

Jasmine tiba di samping Leonardo. Leonardo mengambil tangan Jasmine dan mengecup punggung tangan itu. Disambut dengan rona kemerahan pada wajah Jasmine yang menghangat. Jasmine merasakan tubuhnya tersetrum listrik dengan daya rendah begitu bibir Leonardo menyentuh kulitnya.

Para tamu undangan kembali duduk, begitu pula kedua mempelai. Mereka duduk pada kursi panjang di depan mimbar kecil tempat pemuka agama memberikan nasehat dan doa-doa sebelum ikrar janji suci pernikahan dikumandangkan.

"Kalian berdua bisa bangkit, dan mengatakan janji suci kalian di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya. Bersumpah bahwa kalian akan mempertahankan cinta sampai maut memisahkan." Pemuka agama turun dari mimbar, ia memberkati tangan Leonardo dan Jasmine yang saling menggenggam.

"Saya Leonardo Wijaya, menerima Jasmine Darmanto, sebagai istri saya yang sah, saya bersumpah akan selalu menyayangi dan menghormati baik dalam suka mau pun duka, kaya mau pun miskin, sehat mau pun sakit. Menjaganya dan memperlakukannya seperti anggota tubuh sendiri. Dan akan setia sampai maut memisahkan." Leonardo mengucapkan sumpahnya.

"Saya Jasmine Darmanto, menerima Leonardo Wijaya, sebagai suami saya yang sah, saya bersumpah akan selalu menyayangi dan menghormati baik dalam senang mau pun susah, dalam berkelimpahan mau pun kekurangan, dalam sehat mau pun sakit. Melayani dan menjadi penolong yang sejati seperti tubuh sendiri. Dan akan setia sampai maut memisahkan." Jasmine mengucapkan sumpahnya.

"Itulah sumpah kalian, ingatlah bahwa apa yang telah dipersatuhan Tuhan tidak bisa diceraikan oleh manusia." Pemuka agama membawa kedua mempelai untuk saling memandang.

"Inilah istrimu, Leon. Dan inilah suamimu, Jasmine."

Arabella dan Isabella datang membawa keranjang berisikan cincin. Satu berdiri di samping Jasmine yang satu di samping Leonardo.

"Cincin melambangkan ikatan cinta yang tanpa ujung dan pangkal. Diharapkan cinta kalian abadi dan tak berkesudahan." Ia memberkati kedua cincin sebelum anak-anak cantik dan imut itu menyerahkannya pada Jasmine dan Leonardo.

Leonardo mengambil cincing dari keranjang Arabella, ada sebuah cincin berhiaskan batu peridot hijau. Ia menyematkannya pada jari manis Jasmine. Begitu pula Jasmine, ia mengambil cincin bertahtakan batu tourmaline merah dari keranjang Isabella dan menyematkannya pada jari manis Leonardo.

"Kini kalian resmi menjadi suami istri, sah secara agama dan juga hukum negara. Kau bisa mencium istrimu, Leon. Berikan ungkapan kasih pertama kalian sebagai pasangan suami istri." Pemuka agama tersenyum.

Leonardo membuka perlahan-lahan furing yang menutupi wajah istrinya. Dengan perlahan Jasmine menundukkan kepalanya agar Leonardo lebih mudah membuka kain itu.

"Cium!! Cium!! Cium!!" Seluruh teman-teman Leonardo bersorak girang.

Wajah Jasmine menghangat, Leonardo tetap tenang. Perlahan-lahan Leonardo mengecup dahi Jasmine, lalu kedua pipi, dan berakhir pada bibirnya yang merekah merah. Leonardo melumatnya lembut beberapa saat, Jasmine memejamkan mata menikmati alunan gerakan bibir Leonardo yang terasa begitu basah dan hangat.

Semua tamu undangan bersorak, seakan ikut merasakan kebahagiaan kedua mempelai. Rosie, ibu Jasmine tak kuasa menitikkan air mata, ia berdoa agar Jasmine menemukan kebahagiaannya. Semoga Leonardo bisa menyayangi anaknya seumur hidup, sama seperti sumpah yang baru saja ia ucapkan.

Alexandro bertepuk tangan, Melani juga walau dengan gerakan malas-malasan. Lexandro menyenggol lengan istrinya agar ikut bertepuk tangan, Karina menurut meski pun kesal.

Kato dan Kesya juga bertepuk tangan bahagia dengan pernikahan Tuannya. Mungkin hanya mereka berdua dan Alexiana yang tahu bahwa pernikahan ini hanya berlandaskan sebuah kebohongan. Kebohongan demi memiliki Jasmine seutuhnya. Obsesi tergila Leonardo demi memperoleh cinta Jasmine dan juga membalaskan rasa sakit hatinya.

ooooOoooo

Seluruh hadirin datang membawa balon-balon berisi gas helium. Balon warna warni dengan gantungan kertas berisi doa-doa bagi kedua mempelai yang telah resmi menjadi suami istri itu akan diterbangkan.

Senja sore membawa nuansa romantisme pada pemandangan elok di atas lautan tenang. Kapal bergerak perlahan mengitari ibu kota. Angin laut berhembus cukup tenang, walupun mulai dingin, namun tetap tak bisa membekukan suasana akrab ramah tamah yang hangat pada haluan kapal.

"SEMUANYA SIAP?!" tanya cru event.

"SIAP!!" teriak tamu undangan.

Leonardo dan Jasmine memegang sepasang burung merpati yang akan mereka lepaskan bersamaan dengan balon-balon doa. Keduanya bersiap, Jasmine sedikit takut karena burungnya terus bergerak menggelepar.

"Satu, dua, tiga, LEPAS!!!" teriak kru foto.

Ratusan balon diterbangkan ke udara, begitu pula dengan burung-burung merpati putih. Mereka terbang tinggi menuju ke angkasa jingga. Leonardo langsung mencium bibir Jasmine, begitu pula Jasmine. Mereka berciuman sangat lekat dan tak peduli dengan balon-balon yang terbang jauh.

Saat ratusan pasang mata mengaggumi keindahan balon di udara. Leonardo dan Jasmine justru saling berpandangan dengan hasrat yang besar. Mata mereka berbinar indah, seakan ingin mengungkapkan betapa meluapnya perasaan itu sore hari ini. Jasmine sangat merindukan Leonardo, walaupun terlalu malu untuk mengakuinya, hati Jasmine tak bisa berbohong kalau ia sangat menginginkan dekapan hangat Leonardo saat ini juga.

"Kau sudah mulai mencintaiku, bukan?" Leonardo berbisik.

"Jangan GeeR tuan mesum gila!" Jasmine juga berbisik sambil memeluk Leonardo. Senyuman tak berhenti terulas pada wajah cantiknya.

"Segeralah mencintaiku, atau kau akan menyesalinya." Leonardo mengecup dalam-dalam telinga Jasmine.

Lautan semakin menelan matahari masuk ke dalam. Sinar jingga pun perlahan menghilang. Lampu-lampu mulai menyala, begitu pula kompor-kompor di dalam dapur. Sebentar lagi resepsi pernikahan Leonardo dan Jasmine akan dimulai.

ooooOooooo

Othor tak sabar lagi, seperti apa mewahnya resepsi pernikahan keduanya kali ini?

Vote, Follow IG othor @dee.Meliana kalau mau spoiler atau tau cast para pemain MI VOLAS VIN

Jangan lupa ikutan giveaway!!!! 🥰🥰🥰

avataravatar
Next chapter