webnovel

PREGNANT

Kehamilan adalah proses yang terjadi di dalam rahim seorang wanita. Saat sel sperma bertemu dengan sel telur yang matang, maka pembuahan itu akan terjadi. Yang tadinya berukuran lebih kecil daripada sebutir nasi akan tumbuh menjadi manusia mungil setinggi 40-60cm. Bisa kalian bayangkan, betapa heran dan ajaibnya proses itu terjadi?

Bagaimana tubuh seseorang wanita bisa melakukannya? Menyusun tiap sel-sel kecil itu tanpa henti setiap hari, melekatkan tiap-tiap komponen, membentuk tulang, otot, pembuluh darah, organ, sampai bahkan jiwa yang nantinya meniti sebuah kehidupan.

Keajaiban yang heran dan besar itu sedang terjadi dalam tubuh Jasmine.

Mata Jasmine bergerak gerik pelan dalam kelopaknya. Keringat dingin membasahi pelipis. Hidungnya tergelitik oleh bau sterill dari pembersih lantai yang baru saja dipoleskan oleh para cleaning servis. Bau itu membangkitkan kesadarannya. Ia tak pernah tahu kelanjutan dari berita mengejutkan itu, pandangannya kabur dan kesadarannya menghilang setelah mendengar penuturan Alexiana perihal diagnosa atas tubuhnya. Jasmine tidak sakit, wanita itu sedang mengandung seorang anak.

Kelopak mata Jasmine mengerjap perlahan, mencoba untuk beradaptasi dengan silaunya sinar matahari siang yang menelisik masuk dari sela gorden tile putih. Semilir angin ikut masuk ke dalam ruang rawat inap VVIP itu. Kepala Jasmine pening dan berat, dengan perlahan Jasmine memijit pelipisnya. Tenggorokkan Jasmine juga terasa begitu kering dan sakit, ia kehausan.

Di mana aku? pikir Jasmine, dengan sekuat tenaga Jasmine berusaha bangkit dari atas ranjangnya, menggapai segelas air namun tubuhnya belum cukup kuat.

Selang infus? Jasmine melihat jarum besar yang dihubungkan dengan selang panjang menuju ke sebuah kantong cairan bening di atas kepalanya. Melihat pemandangan yang tersuguh dihadapannya saat ini, Jasmine langsung bisa mengenali kalau ruangan ini adalah ruang rawat inap, ia sedang berada di rumah sakit.

"Kau sudah bangun?!" Jasmine terkesiap, ternyata Leonardo tengah menatap intens diri nya disamping ranjang.

"Leon?"

"Minumlah, kau pasti sangat kehausan."

Jasmine menurut, tak ada alasan baginya untuk menolak air minum yang disodorkan pria itu.

Leonardo memencet tombol dan kasur otomatis naik, mendudukkan tubuh Jasmine tanpa harus bersusah payah menghimpun tenaga. Leonardo duduk di samping Jasmine, membantu wanita itu menelan air. Bak berada di padang pasir yang kering, hanya butuh beberapa detik dan seluruh air telah ludes tertelan masuk.

"Lagi?" tanya Leonardo, Jasmine bergeleng lesu.

"Mulai sekarang kau harus menurut padaku!! Kau harus makan! Tak boleh menangis! Tak boleh bersedih! Tak boleh sampai terjatuh sakit!! Kau sedang hamil, jadi emosionalmu akan mempengaruhi perkembangan janin. Aku tak ingin anak kita ikut merasakan suasana hatimu yang tidak baik!!" Leonardo menuturkan wejangannya pada Jasmine.

Jasmine mengelus perutnya, masih belum bisa percaya bahwa saat ini ia tengah mengandung. Membawa anak dari bajingan ini. Satu-satunya hal yang paling ingin Jasmine hindari justru malah melekat erat padanya.

Anakmu, bukan anakku, tukas Jasmine dalam hatinya.

Sebagai seorang wanita kehamilan harusnya menjadi kabar suka cita, menjadi kebahagiaan tersendiri. Namun bagi Jasmine, kehamilan ini adalah awal dari neraka hidupnya. Itu berarti ia sama sekali tak akan terlepas dari kekangan pria di depannya saat ini. Jasmine tak akan pernah lepas, tak akan pernah bisa pergi dari Leonardo.

"Apa yang akan terjadi padaku?" Gundah, Jasmine menangis. Ini aib yang memalukan bagi Jasmine, apa yang harus ia laporkan kepada ibunya di desa? Apa yang akan orang-orang katakan tentang dirinya? Suaminya baru saja meninggal dan Jasmine hamil di luar nikah dengan lelaki lain. Lelaki yang tak punya ikatan apapun dengannya.

Jasmine menangkup wajahnya dan mulai terisak. Leonardo merasa geram, kenapa wanita itu mulai menangis lagi?! Apa dia benci mengandung anaknya? Anak itu adalah keturunan Wijaya, salah satu keluarga terkaya dan terhormat di negeri ini. Apa wanita ini tak tahu betapa berharganya janin yang sedang ia kandung?

"Jangan menangis!! Aku bilang jangan menangis!!" Leonardo menggoncangkan tubuh rapuh itu, membuatnya menghentikan tangisan dan berganti dengan rintihan rasa sakit.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?! Huhuhu ... kenapa kau tak langsung saja membunuhku??" Jasmine menatap Leonardo dengan mata sembab, penuh kebencian.

"Sudah aku bilang aku mencintaimu!" seru Leonardo dengan nada tinggi.

"Ini bukan cinta! Ini obsesi!! Kau gila!! Kelainan!! Kalau cinta kau tak akan mungkin membuatku menderita!" Jasmine menyahutnya dengan nada yang tak kalah tinggi.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana agar kau mengerti?" Leonardo tak mengerti cara membuat Jasmine mau menerima cintanya.

"Izinkan aku kembali ke rumahku, Leon. Izinkan aku bebas darimu!" Pinta Jasmine, alisnya tertaut.

"Apa kau bilang??! Kau mengandung anakku!! Mana mungkin aku membiarkanmu pergi?!" Leonardo murka, ia bangkit membanting semua yang ada di sekelilingnya. Bunyi gaduh karena barang-barang pecah terdengar memekakkan telinga.

"Hiks ... kau kejam, aku membencimu." Jasmine menangis lebih keras, ia terus menundukkan kepalanya.

Leonardo melemaskan bahu dan otot-otot lehernya yang sempat menegang. Pria itu menghela napas sepanjang mungkin agar hati dan pikirannya kembali tenang. Ia lantas duduk di samping Jasmine, menggenggam erat tangan wanita itu.

"Tatap mataku, Baby!! Aku tahu kau bisa!" lirih Leonardo. Jasmine mengangkat wajahnya yang kacau, menatap wajah elok dengan gestur yang tegas itu. Mata Leonardo juga sedang menatapnya, mereka bertemu pandang sesaat sebelum Jasmine kembali menunduk. Dengan telapak tangannya yang besar yang sedikit kasar Leonardo menangkup wajah Jasmine, membuat wanita itu mau tak mau kembali mengangkat wajah.

"Aku pasti menikahimu, Jasmine. Aku tak mungkin membiarkan anak yang kau kandung tak memiliki orang tua yang lengkap. Aku akan menikahimu, aku akan berlaku baik kepadamu. Aku tak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku janji, aku akan menjaga dirimu, mencintaimu, dan menuruti semua kemauanmu." Leonardo menghapus air mata Jasmine dengan ibu jarinya. Air mata bening itu mengalir deras.

"Kau bohongkan?! Tak mungkin keluarga kaya raya sepertimu menikahi wanita sepertiku. Walupun kau mau, keluargamu tak mungkin menyetujuinya." Jasmine tercekat, benar bukan bahwa tak mungkin keluarga besar Wijaya tak mempertimbangkan bebet, bibit, bobot dari wanita yang akan menikahi penerus perusahaan raksasa itu.

"Tidak, mereka tak punya hak mengatur siapa calon istriku." Leonardo tersenyum, baru kali ini Jasmine melihat pria itu tersenyum dengan tulus. Leonardo menyisir dan merapikan rambut Jasmine. Kini penampilannya jauh lebih baik.

"Izinkan aku pulang untuk menata hatiku, Leon." Pinta Jasmine.

"Baik, aku akan mengizinkanmu pulang. Asal kau tidak mencoba kabur, ataupun mati. Aku akan mengizinkanmu mempersiapkan diri menjadi nyonya Wijaya." Leonardo mengelus punggung tangan Jasmine, wanita itu hanya tersenyum sumbang.

"Aku akan mengenalkanmu pada Ayahku, dan melamarmu di desa Jasmine. Bertemu dengan ibu dan adikmu. Ayo kita menikah, Baby, ayo kita bangun keluarga kecil yang bahagia." Leonardo mengecup punggung tangan Jasmine. Lagi-lagi, Jasmine tersenyum sumbang, sudut bibirnya terangkat dengan paksa.

Tidak, aku tak sudi menikahimu! Aku bahkan tak mau mengandung anakmu! seru Jasmine dalam hatinya, ia bertekat akan menggugurkan kandungannya lewat pil pemberian Rafael.

Semoga saja pil itu masih ada. Jasmine memejamkan matanya saat Leonardo memeluknya dengan erat.

oooooOooooo

Vote

Comment

Banyakkan

Biar semangat

Lap yu gaeskuh

đŸ„°đŸ„°

Next chapter