61 PERIDOT AND TOURMALINE

"Jadi, bisakah kau menunjukan nilaimu, Jasmine? Menunjukan berapa harga yang mesti kubayar untuk hidupmu?"

"Aku?? Berapa hargaku? Ck ...! Kenapa kau suka sekali melabeli manusia dengan harga, Leon? Apa bagimu semua manusia itu sama? Bisa dibeli dengan uang?" Jasmine malah balik bertanya.

Sebelum Leonardo bisa menjawabnya, para pelayan hadir membawakan makan malam pesanan mereka. Mulai dari makanan pembuka, salat, sup, makanan utama, dan terakhir pencuci mulut. Air liur Jasmine hampir menetes saat melihat semua makanan itu. Pelayan akan menghidangkan satu-per satu sesuai urutan.

"Selamat makan!!" seru Jasmine, Leonardo bergeleng. Ia menepis tangan Jasmine dan menyuruhnya bersabar.

"Pakai peralatan makan dari dalam ke luar." Leonardo memberi contoh, Jasmine mengangguk paham dan mulai menirukan cara Leonardo makan.

"Enak sekali!!" Jasmine berbinar saat menyicipi seared sea scallop, appetizer.

Gigitan pertama memang penentu, saat rasa yang kaya itu meledak di dalam mulut akan menimbulkan nafsu makan bagi penikmatnya. Maka itu makanan pembuka punya andil besar dalam sebuah rangkaian five course meal.

"Berikutnya soup, kau bisa memakai sendok cekung bulat." Leonardo mengambil sendoknya dan menyendokkan ke dalam mangkuk sup secara perlahan pada permukaannya yang lebih dingin. Tak boleh meniup sup karena itu tidak sopan.

"Oh, ini enak sekali!!" Mata Jasmine berbinar saat memasukkan pumkin soup ke dalam mulutnya. Rasanya yang manis, gurih, dan creamy sukses membasuh aroma laut yang kental setelah memakan scallop.

Ck, sepertinya tak ada yang tidak enak bagimu. pikir Leonardo, ia geli dengan tingkah Jasmine yang tampak sangat menikmati makan malam mereka.

"Berikutnya, poached shrimp salad dengan citrus buerre blanc. Silahkan dinikmati, Tuan, Nyonya." Pelayan membukakan tutup saji.

"Ah ya ampun cantiknya. Mana tega makan makanan secantik ini?' Jasmine menatap sayang pada tatanan piring dengan isian sayur warna warni dan udang kukus yang tertata cantik di pusat piring.

"Sudah, makan saja." Leonardo terkikih.

Jasmine mengangguk dan lekas melahap semua isi piring, rasa segar dan juga ringan membuat nafsu makannya kembali meledak. Mulutnya yang segar kini siap untuk menerima hidangan utama mereka malam ini.

Chef senior sedang memanggang daging rib eye steak, US prime, dengan rangking A5 yang termahal. Di sekitar daging ada sayuran seperti kentang, artichokes, tomat, paprika. Ada pula herb-herb segar seperti tyme, rosmerry, dan juga fannel. Bebauan itu menggelitik hidup Jasmine, walaupun sudah memakan tiga hidangan pembuka namun air liurnya tetap saja menetes tanda tak sabar.

Tak butuh waktu lama bagi koki senior itu untuk menata daging beserta segala makanan pendamping seperti kentang, irisan tomat, lemon, taburan tyme, dan sayur-sayuran panggang. Semuanya juga tertata cantik, tak kalah cantik dengan tampilan sepiring salad yang baru saja selesai masuk ke dalam perut Jasmine.

Mata Jasmine berbinar begitu pelayan membukakan tutup sajinya. Jasmine menelan ludahnya berat, ia tak sabar untuk menyicipi daging panggang dengan beberapa varian saus cocol yang nikmat. Leonardo geli sekaligus gemas, ia tak tahan lagi untuk menyuruh Jasmine makan.

"Makanlah.

"Selamat makan, Leon!!" serunya lantang. Jasmine mengiris daging dan memasukkannya ke dalam mulut. Daging itu langsung lumer, meleleh di dalam mulutnya, empuk dan nikmat, kaya rasa karena di panggang dengan api kayu cherry. Asapnya beraroma manis dan juga tidak terlalu smokey —agar rasa daging tetap bertahan.

"Ini ... ini ... ini enak sekali!!!!" Jasmine hampir meledak karena sensasi rasanya, bila ia bisa mengilustrasikan perasaannya mungkin akan muncul kembang api di belakang tubuh wanita itu.

"Cis," decis Leonardo sambil tersenyum geli.

"Sapi kenapa kau bisa seenak ini?' Jasmine sibuk mengunyah daging sambil berbicara pada makanannya.

"Seenak itu ya?" Leonardo mengiris daging pada piringnya menjadi potongan-potongan kecil.

"Iya enak sekali." Jasmine memberikan dua buah jempolnya.

"Ini makan juga punyaku!" Leonardo memberikan piringnya di depan Jasmine, ia lebih memilih untuk menikmati wine sambil menatap cara makan Jasmine yang lahapnya bukan main. Gagal sudah pembelajaran makan yang sopan, Jasmine tak bisa menahan keinginannya memakan daging itu dengan lahap.

"Kau tidak makan?" tanya Jasmine, Leonardo hanya bergeleng.

"Kenapa? Padahal ini sangat enak." Jasmine melirik calon suaminya itu dengan heran.

"Melihatmu makan dengan lahap sudah membuatku kenyang."

"Tapi Kau harus makan, ini makanlah!" Jasmine menyodorkan sebuah suapan kepada Leonardo.

"Tidak usah."

"Ayolah, makan saja!! tanganku sudah hampir keram, cepat makan! Makan bersama sausnya." Jasmine menyuapkan daging ke dalam mulut Leonardo. Mau tak mau Leonardo membuka mulutnya.

"Enakkan??" Jasmine tersenyum.

"Lebih enak bila kau menikmatinya dengan wine." Leonardo menyesap lagi wine pada gelasnya. Anggur merah bordeaux, salah satu merk anggur termahal di dunia itu memang selalu berhasil membuat rasa daging menjadi lebih nikmat.

"Benarkah?"

"Sayang sekali kau tidak boleh meminumnya karena sedang hamil." Leonardo menghabiskan anggur dari dalan gelas.

"Ah, sayang sekali." Jasmine mencibirkan bibirnya kecewa.

"Tapi mungkin ada sebuah cara agar kau bisa merasakannya." Leonardo menuang lagi wine ke dalam gelas, ia memutar gelas itu sesaat sebelum menyesap isinya.

"Bagaimana caranya?" tanya Jasmine penasaran.

"Kemarilah!!" Leonardo memberi kode dengan gerakan jari telunjuk. Jasmine bangkit dari kursi, ia menurut saja dan mendekati Leonardo.

"Kalian keluarlah!" Leonardo mengusir semua pelayan dan koki yang bertugas melayani mereka pada malam ini.

"Kenapa diusir? Kan kita belum makan pencuci mulutny—" Jasmine memprotes calon suaminya itu. Namun belum sempat Jasmine menyelesaikan kalimatnya Leonardo telah berhasil mencekal tangan Jasmine dan menariknya. Tubuh wanita itu langsung rebah dalam pelukan Leonardo.

"Daging dan Wine!" Leonardo mencium bibir Jasmine, melumatnya dalam-dalam, menyalurkan sedikit rasa wine yang asam dan pahit pada lidah Jasmine. Aroma alkohol menguar memenuhi rongga mulut Jasminne. Nikmat sekaligus memabukkan, pahit namun berhasil menjadi candu bagi lidahnya. Jasmine merespon permainan lidah Leonardo yang terus menyesap madu manis miliknya. Mereka berdua saling bertukar saliva saat lidah berkelung aktif, meningkatkan hasrat dan gairah yang kian lama kian membuncah.

Jasmine terduduk dalam pangkuan Leonardo. Tangannya merengkuh pundak Leonardo sementara tangan Leonardo mencoba untuk mengelus masuk ke dalam roknya lewat belahan tinggi gaun. Tubuh Jasmine bergetar pelan dengan sentuhan lembut itu. Jasmine juga bisa merasakan tubuh bagian bawah Leonardo mulai mengeras dan menyentuh tubuhnya.

"Leon, jangan bilang kau ingin melakukannya disini!" Jasmine menghentikan ciuman panas mereka.

"Kenapa? Tidak mau?' tanya Leonardo sembari melepas sepatu stilleto Jasmine.

"ini tempat umum, Leon!"

Leonardo tampaknya tak peduli, Ia menyesap perlahan leher Jasmine dan turun pada belahan dadanya. Sesekali Leonardo memberikan sesapan dalam yang perih dan panas. Tangan Leonardo mencoba melepaskan celana dalam yang dipakai Jasmine, model G string dengan bruklat hitam. Karena gaun coctailnya melekat ketat, Jasmine memang harus memakai model itu agar garis celana tidak terlihat mengeplat pada pantat.

"Leon, jangan!" Jasmine mati-matian menahan dengan tangannya agar Leonardo tak melepaskan celan dalamnya.

Akhirnya Leonardo menyerah, ia memilih untuk memainkan jemarinya pada area sensitif Jasmine. Jasmine memejamkan mata dan bersandar di pundak Leonardo. Tak kuasa menahan rasanya.

"Sepertinya sudah bersih dan mulus, kau menjalani perawatanmu dengan baik rupanya." Leonardo mengigit telinga Jasmine, membuat getaran halus pada sekujur tubuh yang melemaskan seluruh syaraf ototnya.

"Lepasin dasar mesum!" Jasmine menarik tangan Leonardo keluar dari dalam roknya.

"Oke!! Lagi pula Ana juga menyuruhku menahan diri selama tiga bulan untuk tidak menyentuhmu. Kau kan baru hamil muda." Leonardo mencekal dagu Jasmine, membawa wajah mereka untuk saling bersitatap.

"Iya, tiga bulan. Jangan menyentuhku tiga bulan!" Jasmine mengusap dahinya yang berkeringat karena hawa panas sisa foreplay barusan.

"Aku punya sesuatu untukmu, Baby!" Leonardo mengeluarkan sebuah kotak dari dalam saku jasnya.

"Apa ini?" Jasmine menerima kotak itu dengan ragu-ragu.

"Bukalah." Leonardo menaruh dagu pada pundak Jasmine, sedikit bermanja di sana.

"Cincin?" Jasmine melongo, kotak itu berisikan sebuah cincin dengan batu peridot berwarna hijau.

"Kau suka? Itu milik ibuku." Leonardo menarik cincin itu keluar dan menyematkannya pada jari manis Jasmine. Ukurannya sangat pas, melingkar cantik pada jemari Jasmine.

"Ibumu?"

"Aku juga memakai milik ayaku." Leonardo memamerkan cincin merah miliknya.

"Batu apa ini Leon? Mereka sangat bersinar, bahkan dalam gelapnya malam." Jasmine terkesima dengan warna batu yang cantik, berpendar dengan spektrum warna-warni saat terkena cahaya remang.

"Peridot dan Tourmaline."

"Cantik sekali nama batu ini. Aku pasti akan menjaganya baik-baik karena ini milik ibumu." Jasmine terlihat bahagia. Apa ini berarti Leonardo sedang melamarnya? Entah kenapa jantung Jasmine berdegup cepat, hatinya merasa bahagia saat menerima cincin itu.

"Baguslah kalau kau suka. Kini giliranmu memberiku hadiah."

"Aku tidak punya apa-apa."

Leonardo kembali mendaratkan ciuman pada bibir Jasmine dan melumatnya. Rasa wine mulai samar, tergantikan dengan rasa manis dan aroma asap kayu cherry yang tersisa pada indra pengecap Jasmine. Leonardo bergerak dengan irama yang semakin cepat, menyesap dalam-dalam, ia tak memberi jeda bagi Jasmine untuk beristirahat atau sekedar mengambil napas.

Saat napas Jasmine mulai tersengal dan tubuhnya melemas Leonardo menarik cepat dan melepaskan celana dalam Jasmine.

"Akkhhh!!!" pekik Jasmine.

"Aku sudah mendapatkan hadiahku, Nyonya Wijaya." Leonardo menggenggam celana dalam Jasmine, membuat wajah wanita itu sempurna memerah, semerah udang yang tadi ia makan.

"LEON!! DASAR MESUM GILA!!" jerit Jasmine.

oooooOooooo

Mesum gila!!

Yang satu masih jual mahal yang satu sok dingin.

Ahay!! Nantikan pernikahan Jasmine dan Leon ya. Siksaan atau penuh cumbuan?? Hm ... 🙈🙈🙈💋💋💋💋

Vote belle

avataravatar
Next chapter