webnovel

MEMORIES

Komando Pasukan Khusus. Markas rahasia, desa M, lereng gunung.

Beberapa pesawat tempur naik dan turun dari landasan pacu di lereng sebuah gunung. Tempat markas rahasia dari Pasukan Khusus milik pemerintah. Mereka sedang berlatih dengan menjalankan misi sederhana, berlatih terbang, berlatih menembak, dan lain sebagainya.

Tak ada yang istimewa, fasilitasnya pun begitu sederhana. Tentara harus bisa hidup dalam kondisi apa pun. Barak-barak prajurit juga terlihat sederhana, dari tenda tebal berwarna hijau tua, ada juga yang doreng.

Debu mengepul tebal dari jalanan padas tanpa aspal. Sebuah jeep militer mengangkut seorang jendral dan juga kolonel. Didampingi beberapa ajudan ia memasuki area basecamp. Para ajudan itu menunggu di depan pintu masuk sebuah barak, hanya sang Jendral dan Kolonel yang masuk ke dalam.

"BANGUN!! BERI HORMAT!!" seru seorang pria, badannya tidak terlalu besar, namun tegap dan tinggi. Masih dengan kaos berwarna hijau army dan celana panjang doreng penuh lumpur, ia dan ketiga kawannya bangkit. Memberikan hormat pada dua orang yang baru saja masuk.

"Sudah, santai saja! Kalian bisa kembali duduk!" Pria berwajah tegas dengan rambut abu-abu memberi intruksi. Keempat anak buahnya menurut, mereka duduk pada bangku kayu panjang

Barak itu terbuat dari tenda tebal berwarna senada dengan kaos mereka, hijau tua. Ada bangku kayu panjang dengan meja dan papan tulis. Tempat mereka biasa menjalankan rapat ataupun menjelaskan misi latihan.

"Dia adalah Kolonel King, mulai sekarang ia akan menjadi kepala Tim Omega. Kalian bisa memperkenalkan diri dan saling mengakrabkan." Sang Jendral menepuk pundak pria berbadan besar dengan kulit gelap. Tubuhnya sangat atletis, wajahnya tegas dan dingin, ada bekas luka sayat pada pipi sebelah kiri.

"Saya LIGHT, ahli bertarung jarak dekat!" seru Light.

"Saya GUNNER, ahli IT dan senjata," ucap Gunner, ia terlihat paling kecil bila bersanding dengan teman satu timnya.

"SHADOW, penembak jitu," kata Shadow singkat, ia memang terkenal irit suara dan paling tanpa ekspresi.

"Vipers, medis dan racun adalah keahlianku." Vipers, satu-satunya wanita dalam tim memperkenalkan diri.

"Namaku, King. Aku seorang pengintai dan ahli strategi. Senang berkenalan dengan kalian, bersama kita akan menjadi TIM yang tak terkalahkan." King menyalami anggotanya satu per satu, dia sangat rendah diri dan menghormati rekan satu timnya. Keempat anggota TIM OMEGA sangat menyukai King.

"Kalian siap untuk misi yang sebenarnya?!" seru King.

"Yes, Sir!!" jawab keempatnya serempak.

Tim Omega menjadi tim paling mematikan, mereka menghapuskan musuh-musuh negara, baik dari dalam maupun dari luar. Siapa pun yang mengancam kedaulatan negara pasti akan lenyap tak berbekas di tangan Tim Omega. Mereka adalah tim yang solid, kompak, saling mengisi kekurangan, saling melindungi. Berkat arahan King, Tim Omega menjadi tim yang menakutkan. Namanya mulai tercium sampai keluar dari Komando Pasukan Khusus.

Seluruh identitas anggotanya sudah dihapus karena mereka sebenarnya adalah kriminal tanpa keluarga. L dan S adalah brandalan yatim piatu, G adalah hecker yang hampir dihukum mati karena merentas data negara, sedangkan V, mantan peracik narkoba dan drugs ilegal, dia juga akan dihukum mati. Pemerintah yang melihat potensi mereka memilih untuk memberikan identitas baru sebagai bagian dari Tim Omega.

Namun, semua prestasi dan kehidupan sempurna mereka sebagai tentara menghilang saat misi pembebasan sandera di negara yang bersengketa. Dua orang wartawan yang menjadi sandera kelompol rebel. Tugas mereka membebaskan sandera dan juga menangkap pemimpin kaum rebel.

IRAK, 10 tahun yang lalu.

Sebuah pesawat militer dengan logo omega mendarat mulus pada pangkalan militer negara itu. Basecamp militer milik PBB. Semua tentara yang terorganisasi dalam anggota PBB berhak untuk transit dan tinggal di sana. Daerah milik sekutu, kelima anggota Tim bisa merasa tenang beristirahat sejenak di sana.

Tim ini berjalan tenang di tengah-tengah tentara lain dari berbagai macam negara. Semua mata langsung memandang kedatangan Tim Omega, mereka menghentikan proses latihan sampai permainan basket. Mencoba mencari tahu seperti apa tim yang begitu dielu-elukan belakangan ini pada industri militer.

Kelima anggotanya memang terlihat kuat. Tapi yang paling menonjol adalah Shadow, ia membawa senjata laras panjang modifikasi khusus dari Gunner. Senjata yang aneh. Sangking panjangnya bahkan tak muat masuk ke dalam koper senjata, Shadow harus membopongnya di atas pundak. Vipers sesekali menggedipkan matanya pada tentara-tentara yang tampan, bibirnya yang seksi tersungging sembari mengunyah permen karet. Gunner berdecak sebal, pasalnya wanita beracun itu menggoda pria lain di depan mata kekasihnya sendiri. Light yang berjalan paling belakang, ada lima belati dengan berbagaimacam ukuran menggantung pada ikat pinggang.

"Selamat datang di markas PBB, ini Kaleela, penerjemah kalian." Tuan rumah menyambut kedatangan keliamanya dengan antusias, ia juga memperkenalkan gadis cantik bernama Kaleela. Seorang warga lokal yang menguasai beberapa bahasa. Gadis itu akan menjadi penerjemah bagi TIM OMEGA selama menjalani misi di Irak. Rambut panjangnya berwarna coklat muda, hidung mancung dan dagunya lancip. Wajah khas timur tengah. Gadis itu mengenakan gamis sederhana setelah celana panjang kain, dilengkapi tudung pasmina. Matanya berwarna biru langit, sangat indah dan jernih.

"Nama saya, Kaleela, panggil saja Lela," ucapnya lembut.

"Halo, La. Aku King, komandan mereka."

"Aku Gunner."

"Aku Vipers."

"Shadow."

Shadow harus menyikut lengan kakaknya yang tak kunjung bersuara untuk memperkenalkan diri.

"A ... aku Li ... Light!!" gagap Light.

"Silahkan bertanya, saya akan memandu kalian dan menerjemahkan bahasa lokal. Tapi mungkin ada baiknya kalian istirahat sejenak, perjalanan pesawat pasti sangat melelahkan." Kaleela tersenyum, lalu mengantarkan mereka ke barak.

"Terima kasih, La."

"Sama-sama, saya akan kembali lagi besok pagi-pagi." Kaleela memakai lagi tudung kepalanya. Melingkarkan ujung pasmina pada leher. Cuaca panas yang ekstrem memang bisa merusak rambut, apalagi di tengah negeri berpadang pasir. Debu pasir yang menempel juga akan membuat rambut semakin kusut.

Belum jauh gadis itu pergi, Light menyusulnya. "Kaleela!" seru Light memanggil nama gadis itu.

"Ya?" Kaleela menoleh.

"Eric," kata Light sambil mengangkat tangannya.

"Hah?" Kaleela terlihat bingung, mata birunya menatap jauh pada netra mata Light untuk mencari jawaban. Angin berhembus perlahan, membuat anak rambut Kaleela melambai keluar dari tudung pasmina.

"Itu nama asliku. Kita belum berkenalan dengan benar tadi." Senyum Light, wajahnya terlihat tampan.

"Kaleela, ibuku memanggilku Ela, mungkin kita bisa saling memanggil nama kecil." Kaleela menyisir anak rambut yang berantakan, merapikan kembali tudung kepala. Senyumannya yang manis terlihat mempesona.

"Baik, Ela." Light terlihat gembira.

"Sampai jumpa Tuan Eric. Beristirahatlah dengan nyaman." Kaleela meninggalkan basecamp, menuju ke perkampungan penduduk di dekat sana.

ooooOoooo

Rafael terbangun dari mimpinya, dua jam perjalanan menuju ke kota sebelah. Tanpa sengaja pria itu tertidur dan bermimpi akan kenangan masa lalunya saat masih menjadi TIM OMEGA, tiga bulan sebelum ia harus kehilangan Light dan seluruh kehidupannya.

"Mimpi yang begitu nyata," gumam Rafael, dengan cekatan ia membereskan barang bawaanya, ransel berisikan senjata laras panjang dan beberapa jenis peluru.

Rafael mengusap kasar wajahnya agar kesadarannya kembali. Sudah lama ia tak berjaga selayaknya prajurit. Kini, ia sangat mudah tertidur. Rafael sempat menengok ke arah ponselnya, pukul 7.30 malam, Jasmine sama sekali belum memberinya kabar. Tapi Rafael justru bersyukur, mungkin Jasmine menuruti perkataannya untuk tidak menghubunginya saat sedang bekerja.

"Maaf, Jasmine," lirih Rafael sebelum mematikan ponselnya.

ooooOoooo

Baca novel karya-karya author lainnya.

MUSE - No vel Toon

TWIN'S Pet - web no vel

TUAN MUDA DIPAKSA MENIKAH - No vel me

GORESAN WARNA PELANGI - terbit

DINDA - web no vel

Bahasa Bunga - proses terbit, prewiev di no vel toon / wat tpad

Next chapter