webnovel

MAKE OVER

Giliran pertama merombak Jasmine jatuh pada Nyonya Oh Yoo Ram.

Wajah Jasmine memucat saat memasuki sebuah ruangan serba putih itu. Ruangan dengan kertas dinding putih bergambar bunga calla lily, lantai keramik pualam putih, korden jaquard putih, dan aroma bunga ylang ylang yang menggelitik hidungnya dengan bau yang cukup mistis. Membuat hidung Jasmine gatal.

"Hatching!! Hatching!!!"

"Anda tidak suka baunya? Mau saya ganti, Nona? Bunga fresia, rose, atau lavender?" tanya seorang terapis yang bertugas melayani Jasmine.

"Tidak, tidak perlu, hatching!!!"

"Ganti dengan bunga lavender saja, sepertinya Nona ini hidungnya sensitif." Ia meminta temannya mengganti aromatherapy dengan bebauan yang lebih soft.

"Baik."

"Silahkan bertukar dengan pakaian kemben ini, Nona. Lalu berbaring di atas kasur. Nyonya Oh telah menyusun jadwal terapi Anda hari ini. Spa mineral, scrub punggung, trimming bulu, dan armpit lighting dan perawatan bikini line. Setelah tubuh, nanti juga ada perawatan untuk wajah Anda di ruangan yang lain," tuturnya panjang dan lebar, Jasmine melongo.

"Apa itu?! Aku tak mengerti?! Kalian tak akan melakukan hal buruk padaku bukan?" Jasmine bingung dengan semua istilah baru dalam dunia kecantikan. Semua istilah-istilah itu tak ada di dalam kamusnya.

"Anda lucu sekali, Nona. Tentu saja kami tak akan menyakiti Anda. Anda adalah klient yang sangat penting. Kemari, berbaring dan nikmati saja perawatan tubuh terbaik dari kami." Terapis itu membantu Jasmine bertukar pakaian.

"Lepaskan semua pakaian Anda Nona."

"Semua??"

"Iya, semua."

"Sampai celana dalam??"

"Benar."

"Nggak mau!" seru Jasmine menolak, kan malu kalau sampai seluruh tubuhnya terlihat oleh orang lain.

"Lepaskan, Nona!" bujuk mereka.

"Jangan!!"

"Ayolah, Nyonya Oh bisa memecat kami kalau Anda tidak memperoleh perawatan," jawab mereka.

"Tetap saja, ini memalukan!!"

Setelah perjuangan ekstra dan saling tarik menarik. Akhirnya tubuh Jasmine terpasung di atas meja. Mereka mengikat kedua tangan dan kaki Jasmine. Menahan dengan kuat.

"Maafkan kami, Nona. Kami terpaksa," ucap mereka dengan nada bersalah.

"Huwaaa!!" Jasmine memberontak, beberapa orang terapis langsung membawa sekotak alat penuh perawatan. Di belakang mereka telah berdiri Ny. Oh.

"Kalian mau apa??" Mata Jasmine membulat melihat butiran wax dipanaskan di dalam tungku penghangat.

"Karena Anda sedang hamil kami tak bisa menembakkan laser untuk menghilangkan bulu. Jadi kami memakai cara manual. Apalagi kalau bukan waxing." Alis Ny. Oh itu naik turun, Jasmine semakin melongo.

"Pertama bulu kaki!!"

BRETT!!!

"Huwaaaa!!!" jerit Jasmine.

"Apa sesakit itu?" Semua terapis langsung bersitatap, biasanya waxing tak sakit, hanya kaget, sedikit panas dan perih. Tapi tidak sampai harus menjerit sekencang itu.

"Yang kuat Nona. Demi kecantikkan! Ingat ..." Ny. Oh mengingatkan.

"Beauty is pain!!" seru semua terapis menyahut ucapan atasannya.

Alis Jasmine mengeryit mendengar seluruh terapis kompak menjawab slogan milik klinik kecantikan mereka.

"Berikutnya tangan dan ketiak, tahan lengannya," ujar Ny. Oh.

"Tidak!!"

BRREETTT!!!

Bunyi tarikan waxing berikutnya sungguh membuat Jasmine ngilu. Ketiaknya panas dan perih. Belum tangan-tangannya. Sedikit demi sedikit Jasmine mulai beradaptasi dengan rasanya. Urat malunya yang hampir putus akhirnya resmi putus saat para terapis benar-benar menahan kakinya tetap terbuka untuk proses waxing selanjutnya.

"Jangan!! Jangan di situ!! Aku, aku saja yang akan melakukannya sendiri!! Jangan!!" Jasmine meronta, masa iya sampai ke bulu halus di bawah sana akan dibersihkan?! Yang benar saja?!

"Terlambat!"

BREEETTT!!!

Bunyi tarikan kembali terdengar.

"WAAAAAA!!!!" jerit Jasmine, geli dan malu.

"Puft ...!" Beberapa terapis terlihat menahan tawa dengan kelakuan Jasmine yang terlalu udik.

"Hish!! Jangan ditertawakan." Ny. Oh menegur bawahannya.

"Maaf."

Jasmine memejamkan mata dan menggigit bibirnya, sudah tak mampu lagi menahan rasa malu. Lebih baik biarkan mereka bekerja dan semua proses mempercantik diri ini akan segera selesai.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" Ny. Oh bertanya. Jasmine hanya mengangguk pasrah.

"Baiklah, berikutnya!!"

Satu demi satu perawatan tubuh dan wajah di terima oleh Jasmine. Mereka sebisa mungkin menggunakan bahan alami dan menghindari penggunaan medan electronic apapun karena Jasmine sedang mengandung.

Hampir satu hari penuh berlalu, Jasmine sampai tertidur saat mereka melumuri punggungnya dengan lulur. Pijatan lembut pada punggung dan wajah membuat Jasmine relaks.

"Nona Jasmine, perawatan Anda hari ini telah selesai. Tiga hari lagi akan ada jadwal ke dua." Ny. Oh membuat Jasmine terbangun, sangking nyenyaknya Jasmine sampai meneteskan air liur. Sudah lama ia tak tidur senyenyak ini, tanpa beban pikiran. Tanpa bill bill tagihan yang harus ia bayar, tanpa cicilan, tanpa uang sekolah Ameera, dan tanpa memikirkan biaya berobat Rosie.

"Terima kasih." Jasmine cepat-cepat menyeka sekitar bibirnya dengan tisu.

"Ini, silahkan tanda tangan. Bukti Anda sudah menerima treatment sehingga saya bisa menagihnya pada Tuan Leonardo."

"Oh, baik." Jasmine mengambil bolpoin. Saat hendak tanda tangan Jasmine langsung melotot pada jumlah nominal yang tertera pada kertas itu. Semua treatment yang ia jalankan selama satu hari ini hampir senilai dua ratus juta.

"Ini penipuan?" lirih Jasmine. "Bagaimana mungkin penyiksaan itu berharga semahal ini?!" desah Jasmine. Ny. Oh mendengar kasak kusuknya.

"Kami tidak menipu, Nona. Itu harga yang umum untuk perawatan tubuh dan wajah premium. Tolong jangan seperti orang miskin. Bagi Tuan Leonardo ini hanya recehan." Ny. Oh sedikit memberikan penekanan, Jasmine harusnya bisa bersikap selayaknya calon nyonya sebuah keluarga beradab.

"Baiklah, toh bukan aku yang kehilangan uang!" Jasmine menandatanganinya lalu bergegas pergi untuk memakai kembali pakaiannya.

Namun, di tengah jalan Relia mencegahnya. Gadis itu membawa sederet pakaian-pakaian baru. Kebanyakkan gaun malam dengan batu gemerlapan. Membuat Jasmine heran.

"Kenapa menghalangiku? Aku mau ganti baju, AC nya dingin." Jasmine memeluk tubuhnya sendiri.

"Tuan Leonardo mengajak Anda untuk makan malam, Nona. Jadi saya harus mempersiapkan penampilan yang terbaik. Saya akan memastikan Anda menjadi bintang yang bersinar terang malam hari ini!!" Relia menaik turunkan Alisnya. Jasmine mengeryit, biasanya Leonardo tak pernah protes dengan penampilannya.

"Duh, repot amat sih?" Jasmine menggerutu, namun tetap menurut. Ia berjalan dengan lesu menuju ke ruang ganti.

Relia telah menata seluruh peralatan make up dan gaun-gaun malam dari brand terkemuka serta gaun hasil rancangannya sendiri. Entah mana yang akan cocok pada manekin berjalannya kali ini, Nona spesial yang menjadi atasannya sekarang.

"Daebak!!" Jasmine terperangah dengan seluruh bagian dalam ruang ganti yang tersulap menjadi mirip ruang tunggu artis itu.

Relia menarik tangan Jasmine dan membantunya memakai kimono mandi. Jasmine sempat menatap sekilas pada kaca, kulitnya terlihat lembut dan sangat mulus. Wajahnya kenyal dan sangat glowing. Ternyata uang memang bisa membeli kecantikan secara instan. Jasmine hampir-hampir tak berkedip saat melihat pantulan bayangan dirinya sendiri pada kaca rias.

Wah, benarkah itu aku? pikir Jasmine tak percaya.

"Bisa kita mulai, Nona Jasmine?" Relia menarik kursi, mempersilahkan Jasmine duduk.

"O ... OK!"

oooooOooooo

Waw, Leonardo bakalan terkesima sama penampilan baru Jasmine nggak?

Ditunggu besok ya 😘😘😘

Aku up dikit-dikit dua kali ya gaes, ringan-ringan dulu deh biar nggak tegang.

Next chapter