webnovel

MI VOLAS VIN (I Want You)

Patuhi syarat membaca. 1. Mengandung muatan dewasa (21+) yang belum cukup umur dilarang membaca. 2. Follow akun author / IG @dee.Meliana 3. Kasih like/vote dan komentar yang sopan dan membangun. G: Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apapun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. BLURB: ========== Kasih dan pengakuan. Cinta dan nafsu. Gairah dan hasrat. Semua itu adalah bagian penuh pesona dalam setiap kisah yang terjalin dalam kehidupan manusia. Pria, wanita, tua, muda, kaya, miskin, semua lapisan golongan dalam bebagai macam warna mata dan kulit menginginkannya. Keinginan yang tanpa batas untuk memiliki berujung pada obsesi. Obsesi berujung pada kegilaan. Kau bisa melakukan apapun saat menjadi gila. MI VOLAS VIN Bahasa Esperanto yang berarti 'aku menginginkanmu'. Ucapan singkat itu lah yang selalu Leonardo bisikkan pada telinga Jasmine. Obsesi Kegilaan dan Hasrat Membuat Leonardo menginginkan wanita bernama Jasmine lebih dari apapun dan bagaimana pun caranya. Lelaki berbahaya namun tampan dan penuh gairah diperhadapkan dengan wanita biasa yang menyimpan sejuta pesona. Mampukah Leonardo melumpuhkan Jasmine? "Sampai tetes darah terakhir yang mengalir melalui pembuluh darahmu adalah milikku. Mi volas vin, Jasmine!" Leonardo berbisik panas pada telinga Jasmine, membuat tubuh Jasmine bergetar karena sensasinya. "Tidak, ini adalah hal yang salah, Leon!" seru Jasmine. (Mengandung unsur maju mundur atau plot twist, baca dengan penuh penghayatan ya Darling!) Cover bukan milik saya. (Cover is not mine, credit belong to owner) Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

BELLEAME · Urban
Not enough ratings
529 Chs

FAKE LOVE

Girl fake organsme to get relationship

Men fake relationship to get organsme

____________

Hujan turun membuncah dari angkasa, membasahi tiap jengkal pekarangan rumah. Jasmine tengah menikmati secangkir coklat panas bersama dengan Rafael. Jasmine bersandar pada pundak Rafael, menikmati minuman hangat sambil mendengar gemericik bunyi hujan.

"Surga," lirih Jasmine, kepalanya masih bersandar manja di pundak Rafael.

"Kau menyukai hujan?" tanya Rafael, tangannya bergerak untuk merengkuh punggung Jasmine, mengelus lembut lengannya.

"Bersamamu, menikmati indahnya pagi dan gemericik hujan. Bukankah ini surga?!" Jasmine terkikih. Kebetulan hujan turun di hari libur bekerja.

Rafael menatap wajah cantik Jasmine yang sedang tersenyum. Rafael tak mengerti, kenapa Jasmine bisa menganggap hal sederhana ini begitu membahagiakan?

"Kau mencintaiku?" tanya Rafael.

"Of course, no doubt!! I love you more than words Babe!!!" Jasmine menggesekkan hidungnya pada hidung Rafael.

Rafael kembali terlihat bingung. Jasmine mengutarakan cinta dengan begitu mudah sedangkan dia sendiri tak mengerti apa arti kata cinta.

"Don't you love me too?" Jasmine meletakkan cangkirnya lalu berpindah pada pangkuan Rafael. Jasmine duduk pada pangkuan Rafael dengan saling berhadapan. Mengalungkan lengan kurusnya pada leher sang suami.

"Kenapa bertanya? Kan sudah pasti."

"Aku ingin mendengarnya, El!!"

"Apa itu penting?" Rafael tersenyum, ia menangkup pinggul Jasmine.

"Tentu saja itu penting!! Ungkapan cinta itu sangat penting!!" Jasmine meloncat-loncat manja di paha Rafael.

"Jangan begitu, nanti aku on, Jas!!" Rafael menghentikan tingkah kekanakan Jasmine karena hal itu merangsang naluri prianya.

"Katakan dulu!! Say that you love me!!" Jasmine menangkup wajah Rafael, mata bulatnya menatap jauh ke dalam iris mata Rafael.

"I love you, Jas."

"YES!!" Jasmine terkikih, ia lantas melepaskan atasnnya, hanya menyisakan hot pants dan juga bra berwarna hitam dengan hiasan broklat.

Jasmine mendaratakan sebuah ciuman, mencium lekat dan penuh irama. Rafael ikut menikmati permainan sang istri, menautkan lidah mereka dalam-dalam, saling bertukar Saliva. Rafael mengelus naik dari pinggul ke punggung Jasmine. Jasmine melengguh pelan saat Rafael telah berhasil melepaskan kait pembungkus gunung kembarnya.

"Argh .... Aku mencintaimu, El!! Sangat!!" Jasmine menjambak pelan rambut Rafael, terus mengerang saat Rafael menyesap area sensitif pada pusat buah dadanya.

Rafael merebahkan Jasmine ke bawah kungkungannya. Tak banyak berbicara, hanya lengguhan kenikmatan dan peluh panas yang keluar dari tubuh Rafael. Gesekan yang hangat dan penuh keintiman membuat keduanya melayang.

"Argh!!" Jasmine merancau, tangannya mencakar punggung Rafael, ada tatto sebesar kepalan tangan berbentuk lambang omega pada punggung lebar itu.

Apa Rafael mencintai Jasmine?

Entahlah, Yang pasti Rafael begitu menikmati saat-saat bersatu dengan istrinya itu.

oooooOoooo

Esok harinya, Jasmine mengajak Rafael ke gereja untuk menjalani misa hari Minggu. Rafael mengangguk setuju, ia juga sudah berjanji pada Albert untuk memperbaiki patung-patung yang catnya mulai memudar.

Jemaat berdoa secara kusuk, menjalankan ibadah mereka dengan khitmat. Di akhiri dengan penerimaan komuni dan juga berkat dari pemuka agama.

"Aku akan mengecat ulang patung, Jas. Kau mau tunggu aku atau pulang?" tanya Rafael begitu gereja sepi.

"Aku akan menunggumu, El. Bekerja yang rajin ya."

"OK. Kau bisa duduk di sana." Rafael menunjuk deretan kursi di dekat pintu masuk.

Jasmine mengangguk. Ia menunggu Rafael dengan sabar. Duduk sambil bermain game di dalam ponsel. Kadang meneguk air mineral dari botol. Sesekali ia juga menoleh ke arah suaminya. Entah kenapa Rafael begitu tanpan bila sedang bekerja, wajah seriusnya selalu membuat Jasmine meleleh.

"Hei!! Tiap hari bersama, apa masih kurang?? Masih saja curi-curi pandang." Kikih seseorang.

Jasmine berjengit, lalu menoleh. "Romo Albert."

"Panggil saja aku Albert bila kita tidak sedang ibadah Jasmine. Bagaimana pun aku adalah sahabat Rafael sejak kecil." Albert duduk di samping Jasmine.

"Baik, Kak Albert." Jasmine tersenyum.

"Kau wanita baik dan manis, Jas. Betapa beruntungnya si pengangguran itu!!" decak Albert.

"Jangan begitu, Kak. Rafael hanya belum menemukan pekerjaan."

"Cih, dia memang tak niat bekerja." Decis Albert, sudah pasti Albert tahu, mereka satu tim. Kalau Rafael pergi bekerja bagaimana dengan 'pekerjaan utamanya' sebagian esekutor?

"Buktinya dia masih bekerja saat ini." Jasmine menunjuk Rafael.

"Sebagai tukang cat?"

"Seniman," sergah Jasmine. Albert menyunggingkan bibir, betapa bucinnya Jasmine.

"Ck, Pria pengangguran itu pasti membuatmu tersiksa dan menderita, Jas. Pasti sulit ya harus pontang panting demi sesuap nasi?! Aku tahu hidupmu pasti susah. Ck, kapan kau akan menceraikan Rafael?? Kau pantas bahagia." Albert bergeleng pelan.

"Apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Hanya maut yang boleh memisahkan." Jasmine menjawab Albert dengan kutipan ayat.

"Ya, ya, ya ... aku tahu itu, Jas. Aku seorang pemuka agama. Aku tahu apa artinya sebuah ikatan suci pernikahan. Tapi sungguh!! Aku prihatin dengan kehidupan kalian, khususnya dirimu, Jas. Wanita cantik tak seharusnya hidup dalam tekanan ekonomi." Albert bangkit dari tempatnya duduk.

"Aku tak pernah menganggapnya sebuah beban, Kak. Karena aku tulus mencintai Rafael." Jasmine tersenyum hangat.

Poor girl, tak tahu kalau cinta Rafael hanyalah sebuah kepalsuan. Albert menghela napas panjang.

"Aku berdoa untuk kebahagiaan kalian. Semoga Tuhan menyertaimu, Jas," ucap Albert.

"Terimakasih."

Jasmine menoleh ke arah Rafael, lalu ke arah mimbar gereja. Mereka pernah berjanji untuk saling mencintai, berbagi rasa dalam suka dan duka, kaya dan miskin, juga sakit dan sehat. Di depan Tuhan Yang Maha Kuasa mereka mengikralkan sebuah janji pernikahan. Teringat kembali kenangan manis itu dalam benak Jasmine.

oooooOooooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana