webnovel

10

Pesta ulang tahun Raymond akan dimulai nanti jam 7 malam. Dan aku masih sibuk memilih baju yang akan kupakai nanti. Wendy juga ikut membantuku memilih baju. Dia tak sengaja masuk ke kamarku karena pintu kamarku terbuka. Melihatku sibuk mengeluarkan baju dari lemari, dia langsung menanyaiku akan pergi kemana. Adik Erick yang menggemaskan itu menganggapku buta fashion. Dia bergumam kalau yang kupakai selalu kaos dan jeans, tidak ada yang lain.

"Apa kakak tidak punya semacam dress?" Tanya Wendy dengan wajah putus asa karena tidak menemukan satupun yang cocok untuk kupakai

"Aku punya, tapi tidak kubawa," jawabku

"Ini percuma saja. Aku akan mengambil bajuku."

Belum sempat aku mengatakan apakah bajunya akan cukup untukku, dia sudah pergi keluar. Aku juga heran, bisa bisanya aku tidak membawa salah satu dressku.

Wendy memperlihatkan baju nya kepadaku. Dia membawakanku dress warna hitam yang kurasa panjangnya diatas lutut jika kupakai. Aku mencoba satu per satu bajunya. Dan ternyata dress hitam tanpa lengan itu pas ditubuhku.

"Kau terlihat cantik Kak," ujar Wendy

Aku menatap bayanganku dicermin. Dress ini simple tapi terlihat elegan. Terlihat sedikit sexy karena bagian punggung diberi model tali spageti yang renggang sampai setengah punggung. Kulit punggungku terlihat dicelah2 pita itu.

"Apa ini tidak terlalu sexy?" Tanyaku

"Kalau kakak malu pakai saja sweeter warna putih ini." Jawab Wendy sambil memberiku sweeter yang tergeletak ditempat tidurku

Aku mencobanya dan ini terlihat lebih baik. Tahap pakaian sudah clear. Tinggal rambut dan make up. Aku mengeritingkan ujung rambutku dengan alat pengriting rambut. Setelah itu aku memakai sedikit bedak dan lipgloss pink. Aku sudah siap untuk pergi ke pesta.

"Kakak akan memakai sneakers itu dipesta?" Tanya Wendy saat melihatku mengambil sneakers yang biasa kupakai. Aku mengangguk.

"Sepertinya aku juga harus meminjami kakak sepatuku."

Dia mengambil sepatu boots coklat pendek yang tingginya 3 cm. Aku memakainya dan taraaa...sepatu ini juga muat kupakai.

"Kakak punya ukuran kaki kecil dan aku punya sepatu satu size diatas. Aku membelinya karena suka dengan modelnya. "

"Jadi sepatu ini belum pernah kau pakai? Eh, dress ini juga?"

"Aku sudah memakainya satu kali. Dan dress itu kado dari temanku....Kak Erick sepertinya sudah menunggu kakak diruang tengah. Selamat bersenang - senang." Kata Wendy

"Terima kasih sudah membantuku Wendy,"

Wendy hanya tersenyum lalu pergi keluar. Sedangkan aku buru2 memasukkan barang2 yang kubawa seperti ponsel,lipgloss dan tisu ke dalam tas selempang kecil. Aku mengunci pintu kamarku dan turun ke bawah.

Diruang tengah ada Bibi katyln dan Paman Bernett. Mereka langsung memujiku karena terlihat cantik dengan memakai dress hitam 5 centi diatas lulut. Erick tidak berkomentar apapun dan langsung mengajakku pergi. Mungkin dia marah karena sudah menunggu lama. Erick mengenakan celana jeans sobek dilutut dan memakai kaos putih dengan jaket kulit warna hitam.

"Kau marah karena aku terlalu lama?" Tanyaku saat kami didalam mobil

"Aku berniat meninggalkanmu jika kau tidak muncul dalam waktu 2 menit. Aku benci menunggu lama."

"Aku bukan laki- laki yang -dengan memakai celana dan kaos- langsung siap dalam waktu 2 menit?"

Erick melirik ke arah bawah dress hitamku -jadi tambah lebih pendek saat duduk- dengan tajam.

"Kenapa kau tidak memakai celana jeans atau semacamnya? "

"Aku selalu memakai dress saat ke pesta."

Erick membungkam mulutnya sampai kami tiba di rumah Raymond. Aku baru tahu kalau Raymond punya rumah seluas ini. Banyak murid dari sekolah kami yang datang, tapi hanya beberapa wajah yang kuketahui.

Satu pertanyaan dipikiranku, apa aku harus mencari Bianca dan yang lain satu per satu dari mereka? Mungkin aku akan masuk lewat pintu tengah dulu. Aku merasa gugup campur gembira.

"Aku temani sampai kau menemukan temanmu." Ucap Erick

Dia menggandengku seperti induk ayam dengan anaknya. Kami mencari Bianca dan yang lain di dalam tapi kami malah menemukan mereka di taman. Disebelah taman terdapat kolam renang yang sudah dipenuhi oleh para gadis bikini dan laki - laki.

"Hei Jennie. Aku senang kamu datang." Kata Bianca sambil memelukku

Sharon, Melanie, dan teman2 Raymond -ada Tom,Oliver dan Nialls- ikut menyapaku. Mereka tampak berbeda saat di sekolah. Bianca terlihat cantik dengan celana jeans pendek dan crop sweeter lengan panjang yang menampakkan kedua bahunya. Dengan kaos pendek abu - abu dipadukan celana jeans dan topi putih yang dipakai terbalik membuat Raymond terlihat keren.

Sharon memakai tank top hitam dengan rok pendek warna peach dengan sneakers hitam. Lalu gaya gothic Melanie malam ini dengan celana jeans hitam sobek dipadukan kaos hitam tanpa lengan dan jaket baseball yang melingkar dipinggangnya. Sedangkan Tom memakai kaos lengan panjang -bergambar wanita menghisap rokok yang terlihat keren- dan jeans selutut. Si player nasional -Oliver- memakai kemeja warna merah dengan kaos putih dan celana jeans juga. Yang terakhir, Nialls -dia menurutku terlihat paling tampan diantara mereka- mengenakan sweeter warna hijau tua ditambah celana jeans, perubahan tak terduga darinya adalah dia melepas kacamatanya dan memakai tindik di telinga kanannya.

"Minnie kau cantik sekali malam ini. Aku bahkan tidak mengalihkan pandanganku." Goda oliver

"Sayang sekali kau orang kelima yang mengatakan aku cantik jadi kau sudah kalah start untuk menggodaku."

Tom dan Nialls menahan tawanya, dan diam diam memberikan isyarat mengacungkan satu jempolnya.

"Kau Raymond kan? Selamat ulang tahun buddy. Terima kasih sudah mengundangku bersama Jennie. " kata Erick pada Raymond sambil memberikan salam tangan.

"No problem. Senang kalian bisa hadir disini. Semoga kau menikmati pestanya." Jawab Raymond

"Aku pergi dulu, tetaplah bersama mereka. Nanti kalau sudah selesai kirimi aku pesan. "

"Kau juga harus bersenang - senang Erick! " teriakku seiring sosoknya semakin menjauh

"Erick ternyata seorang sister complex. " tanya Sharon

Aku menggelengkan kepala," Dia hanya khawatir karena aku baru pertama kali pergi ke acara seperti ini."

Suara ponselku berbunyi disaat aku berbincang dengan Bianca dan Raymond. Aku segera membuka pesan yang dikirim kepadaku. Ternyata dari Erick. Dia mengatakan kalau aku tidak boleh minum alkohol. Anak kecil pun pasti tahu, aku juga masih dibawah umur.

"Ada apa?" Tanya Bianca

"Tidak. Hanya pesan dari Erick." Jawabku sambil memasukkan kembali ponselku ke dalam tas

"Oh ya Jennie. Kenapa kau tidak mengajak Daniel untuk ke sini juga?"

"Daripada menyuruhku bukankah kau saja yang mengajaknya? Kau juga mengatakan kalau hanya mengajak Erick kan?"

"Prinsip kami: siapa saja boleh datang ke pesta. Entah itu dia populer atau tidak, dan kau bisa lebih dekat dengannya" sahut Bianca lagi

"Oh ayolah, bisakah kau tidak mengaitkanku dengan Daniel?"

Sebenarnya mereka sudah salah paham antara hubunganku dengan Daniel. Aku juga tidak begitu paham dengan kebiasaan menjadi pasangan disini. Mungkin hanya butuh beberapa detik atau hari untuk berkencan.

Pesta malam ini cukup menyenangkan, tidak buruk untuk pertama kalinya. Kami berpesta sampai tengah malam. Bahkan aku tak menyadari bahwa Erick menelponku berkali- kali. Dia menghampiriku disaat aku bercanda dengan Oliver. Aku cukup terkejut dengan kedatangannya yang tiba- tiba.

"Sudah malam, kita harus pulang sekarang,"

"Apakah ini sudah tengah malam?" Tanyaku

Erick hanya diam dan mengarahkan layar ponselnya ke hadapanku. Sudah jam 12 lebih ternyata.

"Maaf Oliver, sepertinya aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa besok disekolah"

"Kenapa tidak nanti saja? Bianca dan lain masih ada."

Aku hanya tersenyum tipis lalu menjawab," mereka pasti mengkhawatirkanku karena tidak segera pulang."

"Kau memang gadis yang baik, Jennie. Pulanglah sebelum waktu semakin pagi," kata Oliver sambil tersenyum padaku

Tak lupa aku berpamitan dengan Bianca, dan lainnya. Mereka menginginkan aku tetap disini. Aku hanya bisa berkata maaf pada mereka.

Kami  berdua hanya diam. Mungkin karena kami terlalu lelah. Aku membuka jendela mobil Erick untuk menghirup udara malam. Aku tak merasakan dingin walaupun saat itu suhu udaranya 15 C.

"Kau menikmati pestanya?"

"Not bad". Kataku masih dengan memandang lampu  lampu jalan.

"Ingin beli sesuatu ?"

Aku menatap Erick yang sedang melirik ke arahku. Dia bahkan tau apa yang ada dikepalaku sebelum aku mengatakannya. Aku hanya menyeringai ke arahnya.