webnovel

4.4

pukul 6.30

Melodi menatap jam weker di atas nakas, gadis itu mendesah pelan sambil berpikir sejenak.

haruskah dia kembali ke sekolah itu?

Melodi melangkahkan kakinya turun dari ranjang dan melangkah membuka gagang pintu kamar yang terbuat dari kayu triplek.

matanya menatap seorang wanita paruh baya berdaster batik sedang menyiapkan rantang untuk sarapan suaminya

perempuan paruh baya tersebut tersenyum saat melihat anaknya berdiri di depan kamar

"belum mandi? buruan gih nanti kamu terlambat" ucapnya pelan

Melodi enggan mengatakan yang sebenarnya terjadi padanya kemarin hari, hal itu pasti akan membuat sang ibu khawatir bukan main.

dengan senyuman yang sedikit terpaksa Melodi mendekat dan memeluk tubuh gempal ibunya

"ini mau mandi" sahut melodi sambil mengarah ke kamar mandi

baru beberapa langkah tiba-tiba langkah nya terhenti.

"Bu," panggil Melodi

sang ibu menoleh, memfokuskan perhatian pada putri semata wayangnya tersebut

"eum"

desahan lemah keluar dari bibir melodi

"sekolah itu terlalu bagus dan pastinya uang bulanan nya pasti mahal, hmmm..boleh jika aku pindah sekolah ke sekolah umum yang lebih murah"

mata sang ibu sontak membulat mendengar penuturan tersebut, alis nya pun mengernyitkan heran

"kenapa? bukankah sekolah itu adalah sekolah bertaraf internasional yang paling bagus di kota ini? kamu pintar nak, sudah seharusnya kamu berada di lingkungan sekolah yang menjamin pendidikan mu"

Melodi terdiam, dia bahkan tak sanggup mengatakan apapun pada ibunya, bagaimana jika ibu nya tahu tentang perlakuan teman teman nya yang suka membully dirinya? tentu saja hal itu akan menyakiti perasaan sang ibu.

dengan semangat yang hampir luluh, Melodi masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan berusaha menegarkan perasaan sendiri agar bisa lebih kuat.

sebuah gerbang besar berwarna keemasan berdiri kokoh di hadapannya, dirinya enggan menapakkan kakinya kedalam gedung 5 tingkat tersebut, perasaan nya carut marut dan enggan untuk menapakkan kakinya masuk kedalam halaman sekolah

semua terasa berat, semenjak kejadian di kolam renang tersebut...hancur sudah hati melodi, semua angan-angan tentang sekolah juga sahabat baru nya, semua musnah.

sekolah ini begitu tidak bersahabat bagi nya, mereka hanya memandang fisik dari pada otak.

melodi memang bukan gadis cantik nan populer, namun dia berhak mengemban pendidikan yang sama bukan? terlebih lagi sang ibu sudah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mendaftar di sekolah ini agar fasilitas pendidikan anak nya lengkap juga sempurna.

dengan menghela nafas panjang, Melodi melangkahkan kaki kanan nya sambil berharap hari ini jauh lebih baik dari sebelumnya

bugh..

tiba-tiba melodi terhuyung kedepan saat betis nya terserempet mobil sedan berwarna hijau botol.

"ngapain lo bengong disitu? gue mau masuk minggir!" ucap seorang perempuan berwajah cantik juga ayu.

melodi menyampingkan tubuhnya sambil tertunduk,

ini masih pagi? dia tidak ingin mencari perkara pagi-pagi begini, jauh lebih baik jika dia menghindar

perempuan berwajah cantik itu menatap tajam kearah melodi dan berdecih kasar

"pagi-pagi liat muka jelek kayak lo, ngeselin banget sih" tambahnya lagi sambil berlalu meninggalkan melodi yang hanya mampu terdiam.

melodi kembali menarik nafas panjang, namun tak bisa di pungkiri jika matanya tiba-tiba berair menahan sedih, sebab ini kali pertama dirinya mendapatkan kata-kata sekasar itu bahkan tergolong penghinaan luar biasa bagi nya.

bukan hanya Dion... ternyata ada perempuan bersikap kasar di sekolah ini,

dia memang tidak pandai berdandan layaknya anak gadis jaman sekarang, tapi setidaknya dia tidak pernah menyakiti perasaan siapapun.

lalu kenapa dia di hina?

melodi membuang nafas berat dan melangkahkan kakinya dengan terpaksa

udara dingin kota Bandung semakin membuat gadis tersebut enggan sekali kesekolah, terlebih perlakuan para geng orang kaya yang mendominasi suasana serta aturan sekolah.

mereka mempunyai komunitas anak-anak konglomerat yang bebas membully siswa kurang mampu ataupun anak-anak yang menurut mereka tidak populer

dan kini, bulan-bulanan nya adalah dirinya sendiri.

melodi menghentikan langkahnya saat melihat Dion beserta teman-temannya berdiri di koridor sambil tertawa cekikikan, di tambah gadis-gadis cantik siswi yang tak kalah populer, membuat Mel tidak berani melanjutkan langkahnya

gadis tersebut memundurkan langkahnya dan berbalik mencoba menghindar

namun niat tersebut terlebih dahulu di perhatikan oleh Dion

"heh kacamata" panggil nya

melodi menoleh sesaat

"sini Lo" tambah nya lagi

melodi celingak-celinguk heran, dengan mata membulat gadis itu menunjuk dirinya sendiri

"aku kak?" ucap Mel

Dion tertawa lebar

"ya iya elo siapa lagi, sini.."

ragu-ragu Mel melangkahkan kakinya mendekat

"sini, gue penasaran sama kacamata lo.." ujar Dion sambil menarik kacamata yang dikenakan Mel

"mau ngapain?" tanya nya penasaran dan hendak meraih kacamata nya itu

Dion yang posisi tubuh nya lebih tinggi, mengangkat tangan nya agar melodi tidak bisa meraih kacamata tersebut

Melodi meringis pelan saat Dion sedikit mendorong bahu nya.

"Lo tau ga? yang bikin gue ga suka liat Lo? karena kacamata ini" ucap Dion sambil membuang kacamata tersebut dan menginjak nya hingga pecah dan berkeping-keping yang tertinggal hanya frame yang rusak karena terinjak kaki.

melodi melotot kaget sambil berusaha menarik kaki Dion

"jangan kak" pinta Mel

perempuan berambut panjang tertawa terbahak-bahak sambil memegang tubuh Mel agar Dion bebas merusak kacamata milik Mel

melodi menangis terisak,

ada apa ini? apa salah nya kali ini?

sebuah pertanyaan yang tak sanggup Mel jawab

melodi berjongkok meraih puing kacamata yang sudah pecah hancur berkeping-keping

dengan menangis sesenggukan, gadis tersebut meratapi kacamata kesayangan

"salah saya apa kak? kenapa kacamata nya di rusak" tanya Mel lirih

Dion tertawa kecil

"lo ga punya salah apapun, cuma gue ga suka aja sama lo" sahutnya enteng sambil beranjak meninggalkan Melodi yang masih terisak

geng beranggotakan 8 orang laki-laki dan perempuan tersebut tertawa hingga menggema di koridor sekolah.

melodi memejamkan matanya, berfikir sejenak.

apa yang akan dia katakan pada ibunya nanti? harga kaca mata tidak murah bukan?

gadis tersebut segera berdiri sambil mengusap air matanya pelan.

***

Mel mendudukkan pantatnya di kursi sambil menyenderkan kepalanya di meja, rasa sedih juga malas sekolah kian terasa. namun dia tidak berani mengatakan apapun pada sang ibu.

di belakang sekolah

Dion asik memainkan ponselnya, sedangkan teman nya yang lain asik mengobrol sambil tertawa cekikikan

"woey Dion, Lo berani ga ngerjain si kutu buku?" ucap salah seorang temannya

Dion mematikan ponselnya dan memfokuskan perhatian pada temannya itu

"maksudnya"___dion

"maksud gue, kita kerjain anak baru..Lo bikin dia suka sama lo, kalo berhasil..mobil sedan merah gue buat Lo"

mata Dion kian membulat

"kalo bikin dia jatuh cinta sama gue itu hal mudah, cuma gue nya yang males banget liat muka dia" sahut Dion tertawa

"jangan liat muka jeleknya, tapi liat mobil gue tuh" ujar temannya tersebut sambil menarik turunkan alisnya

Dion tertegun, berfikir sejenak tentang tawaran tersebut dan menatap wajah temannya frustasi

"ck..tapi Lo liat dong mukanya, duh..jijik banget gue" keluh Dion bergidik

siswa yang mendengar hal itu tertawa terbahak bahak melihat reaksi Dion yang berlebihan.

"jadi gimana? mau ga? desak sang teman

Dion berdecih sambil mengangguk

"ya udah mau, siap-siap aja mobil Lo gue ambil.. lagian cuma bikin si kacamata naksir sama gue kan, Lo liat ya semua.. dalam hitungan hari itu cewe udah terkapar di hadapan gue" seru Dion dengan kepercayaan diri yang tinggi

memang bukan hal yang sulit untuk seorang Dion menaklukkan hati wanita, terlihat dari wajah nya yang ke bule- bulean serta berkulit putih dari sang ibu yang berdarah Indonesia Korea.

dia adalah sosok visual yang sangat sempurna, tinggi semampai serta wajah putih dan pipi kemerahan pasti nya membuat semua siswi berteriak histeris saat berada di sampingnya

Dion memasukkan tangannya kedalam saku dan menaikkan satu alisnya

"tantangan di terima!" ucap Dion mantap

**

Melodi masih asik menyenderkan kepalanya di meja sambil menghapus jejak air matanya, dia tidak ingin senja tahu bahwa dia habis menangis, berdalih menutup wajahnya dengan sapu tangan dia berharap teman temannya yang lain tidak menyadari mata nya yang terlihat bengkak.

Dion tertawa kecil menatap pohon akasia di belakang sekolah, dengan pikiran menerawang..Dion terkekeh

Melodi tidak tahu bahwa Dion masih memiliki sejuta muslihat untuk menyakiti gadis lugu berkacamata itu, akankah Mel sanggup menahan itu semua?

dia bahkan tidak mengetahui letak kesalahannya di mana, kenapa dia begitu benci...

kenapa Dion begitu membenci dirinya? sejelek itulah wajah melodi.. hingga orang lain membenci nya

sungguh..wajah fisik lebih di nilai dari pada kecantikan hati..dan itu kenyataan nya

Next chapter