16 Chapter 16 : Menemukan Anggur

Satu jam kemudian, mereka hanya bisa menghasilkan sekeranjang besar. Yan Mao dan Ayah Yan membaginya setengah-setengah. Erbao pergi ke tempat sebelumnya. Dia menatap kearah buah paprika.

Dabao berteriak. "Daddy, apakah kita akan mengambil buah pedas?"

Yan Mao berkata. "Tidak perlu, tunggu seluruhnya menjadi matang, kita akan mengambilnya lagi."

Erbao, "Oh."

Dia sedikit kecewa, buah ini menghasilkan banyak uang, bagaimana jika orang lain menemukannya dan mengambilnya. Namun memikirkannya lagi, Erbao tahu bahwa resep ini hanya milik Daddy-nya. Jadi dia tidak perlu khawatir seseorang akan mengambil barang mereka.

"Erbao, ayo kembali."

Erbao turun dan akhirnya menemukan sesuatu. Dia melihat buah hijau, ketika dia mengambilnya, dia membukanya dan melihat cairan bening muncul. Erbao mencobanya, dia langsung memuntahkannya.

"Sangat asam. Buah aneh apa ini?"

Karena Erbao belum kembali, Yan Mao sedikit cemas, dia menitipkan keranjangnya pada Ayahnya. Dia naik ke atas dimana banyak buah paprika. Dia melihat kearah Erbao yang meludah.

"Erbao, apa yang terjadi padamu?"

"Daddy, buah ini sangat asam."

Yan Mao melirik kearah buah hijau, dia menatap ke atas menemukan bahwa buah anggur. Benar-benar buah anggur?

Erbao terus meludah, Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Bukankah Daddy sudah mengatakan, jangan mencoba buah yang tidak kamu ketahui. Apakah kamu mengikuti jejak saudaramu?"

Erbao, "....."

Yan Mao mengambil ranting dan memegangnya. Erbao menatapnya, "Daddy, mengapa mengambil buah asam ini? Sama sekali tidak enak."

Yan Mao tersenyum, "Kamu akan tahu nanti. Jika ini benar-benar berbuah, kamu akan menyukainya."

Erbao menatap Daddynya. "Daddy, aku bukan orang yang tidak berlidah, ini asam. Siapa yang ingin memakannya, kecuali lidah seseorang sudah mati rasa."

Yan Mao, "..." Kamu bocah mati, kamu akan menelan liurmu sendiri nanti.

Erbao menatapnya dengan bingung, "Daddy, kenapa kamu diam? Daddy jangan membuang-buang waktu untuk buah asam ini. Lebih baik menghasilkan uang dari buah pedas."

Yan Mao, "....." Anak ini.

Yan Mao tidak bisa berkata-kata untuk sementara waktu. Dia segera memegang tangan Erbao. "Ayo, ayo kembali lebih dulu. Biarkan Daddy memikirkannya. Bagaimana kita menjadi kaya?"

Erbao menatapnya. "Jika Daddy tidak kaya, maka Daddy akan kehilangan banyak uang dan tanah."

Yan Mao. "....." Bocah bau ini.

Lebih baik berbicara dengan Dabao daripada Erbao. Dibandingkan dengan Erbao, Dabao lebih mudah dibujuk. Erbao lebih dewasa dari Dabao. Dia bahkan memikirkan masa depan mereka jika mereka tidak kaya.

Sungguh anak yang berbakti kepada Daddy-nya.

Ketika tiga orang menunggu Yan Mao dan Erbao, mereka bersiap untuk turun gunung. Dabao menatap kearah Erbao. "Kenapa kamu lama di atas?"

"Aku melihat paprika, jika sudah matang, jika bisa memanennya dan menghasilkan uang. Tapi Daddy malah mengambil buah asam. Aku takut ini tidak akan berguna." Erbao berbicara dengan serius.

Dabao menanggapi dengan serius. "Jika itu tidak berguna, kenapa Daddy mengambilnya? Daddy begitu menganggur?"

Yan Mao. "....." Sungguh, aku membesarkan dua anak bau ini. Nak, jangan mengatakan bahwa aku membuang waktuku.

Wu Xie bingung, "Apakah benar-benar tidak berguna?"

"Ya." Erbao menjawab. Wu Xie dengan serius berkata, "Paman Ger Mao sepertinya akan membuang waktunya untuk buah itu."

Yan Mao, "....." Tiga anak kecil berpikir bahwa aku akan membuang waktuku.

Mereka bertiga turun gunung, ketika mereka berada di dekat gunung. Yan Mao berjalan menuju tempat dimana dia menemukan bawang merah dan putih. Dia meminta Dabao dan Erbao untuk membawanya.

Mereka semua kembali ke rumah Yan Mao. Begitu mereka kembali, Ger Tong dan Daddy Yan selesai mencincang paprikanya.

Ketika kedua Ger itu melihat Yan Mao datang bersama dengan yang lainnya. Daddy Yan menyambut kedatangan putra dan suaminya. "Kalian mengambil buah asam ini?"

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Aku ingin membuat sesuatu dengan ini. Aku yakin akan menghasilkan uang juga."

Ger Tong sekarang tidak akan terkejut dengan ide menghasilkan uang Yan Mao. Dia merasa senang jika Yan Mao memiliki keuangan, setidaknya dia bisa menghidupi kedua putranya.

Setelah membantu mencincang paprika, Ger Tong mengatakan bahwa dia harus melakukan beberapa pekerjaan. Yan Mao sangat berterima kasih, dia juga menganti 1 kati minyak yang dia gunakan.

Ger Tong dan Wu Xie kembali ke rumah mereka. Ketika malam tiba, Wu Nian kembali pada pukul 7-9 malam. Dia datang dan Ger Tong menyambutnya. "Suami, kamu sudah pulang."

Wu Nian menganggukkan kepalanya. Dia melihat kearah istrinya yang menatapnya berbeda. Dia segera bertanya. "Apa yang terjadi?"

Ger Tong menatap suaminya, ekpresinya agak sedih dan serius. "Hari ini Ger Mao sangat berani. Apakah kamu tahu? Dia kembali dari pasar dan membeli banyak daging di rumahnya. Lalu mertuanya datang dan mengambil daging ketika Ger Mao tidak ada di rumah. Anak-anak Ger Mao menahan Kakek Ger mereka dan mereka dipukuli."

Wu Nian yang mendengarkan ini, dia mengepalkan tangannya tanpa sadar. "Tidak tahu malu."

Ger Tong menganggukkan kepalanya. "Lalu Ger Mao menarik rambut Daddy mertuanya dan melemparkannya ke tanah. Setelah keributan, Daddy Yan memukul Daddy Song, setelah itu Kepala Desa datang, Ger Mao meminta perpisahan."

Wu Nian mengerutkan alisnya. "Kenapa dia tiba-tiba meminta perpisahan? Kenapa dia tidak melakukannya sejak lama?" Lagipula jika mereka berpisah, mungkin kehidupan Ger Mao dan anak-anaknya lebih baik.

Ger Tong mengepalkan tinjunya. "Ger Mao memberikan 1 mu tanahnya untuk kompensasi dari perpisahan. Sekarang dia tidak punya tanah lagi, bagaimana mereka bisa hidup dimasa depan."

Wu Nian terkejut, "Dia memberikan tanahnya?"

"Ya, dia bahkan tidak memikirkan sama sekali. 1 mu lahan subur, itu bernilai 16 tael perak." Ger Tong merasa sakit hati ketika dia memikirkannya. Untungnya, dia memiliki keluarga yang baik. Meskipun Wu Nian berpisah dengan keluarganya, namun mereka sama sekali tidak memiliki masalah.

Wu Nian menatapnya. "Ya, 1 mu tanah tidak berarti apapun bagi Ger Mao. Selama dia berpisah keluarga. Lagipula harta Ger Mao mulai sekarang tidak ada hubungannya dengan keluarga Song."

Ger Tong menatap suaminya. "Suami, apa maksudmu?"

"Apakah kamu tahu benda yang dijual oleh Ger Mao hari ini?"

"Aku tahu." Ger Mao menganggukkan kepalanya. Wu Nian tersenyum. "Dia menjual perbotolnya adalah 300 sen."

"Apa?" Ger Tong tidak bisa menahan diri untuk berteriak."3....300 sen?"

Wu Nian menganggukkan kepalanya. "Ya, 300 sen. Dan Bos Besar setuju, dia bahkan meminta 100 botol dalam 2 hari. Mungkin lusa Ger Mao akan pergi ke pasar lagi membawa barangnya."

Ger Tong masih terkejut. "Tidak heran ah, tidak heran dia mengatakan 1 mu tanah bukan apa-apa baginya. Ger Mao benar-benar bisa menghasilkan uang banyak. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi menjalani hidup dibawah tekanan keluarga suaminya."

Wu Nian menganggukkan kepalanya. Dia setuju dengan istrinya. Ger Tong lupa untuk bertanya pada suaminya. "Suami, apakah kamu ingin makan? Aku membawa beberapa makanan dari rumah Ger Mao. Aku membantunya mencincang buah pedas, dia memberiku banyak masakan."

avataravatar
Next chapter