webnovel

Dalam Ancaman

Hidup Sophie tidak akan sama lagi mulai saat ini. Pria yang mengaku telah tidur dengannya kini menghubunginya. Usai bertemu dengan pria yang bernama Cass itu, Sophie langsung pulang ke rumah tak ingin kembali ke kantornya lagi.

Setelahnya ia malah mengurung dirinya di kamar dan mondar-mandir berpikir tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Sophie mencoba mengingat potongan-potongan memori saat malam itu. Satu-satunya bukti dari kebersamaan mereka adalah saat Sophie menemukan celana dalamnya tercecer tak jauh dari ranjang. Bisa saja pria itu tidak melepaskan seluruh pakaiannya dan hanya melepaskan pakaian dalam saja.

"Aduh, aku harus bagaimana? Jika ada yang tahu maka semuanya akan runyam!" tukas Sophie berkali-kali pada dirinya. Ia masih cemas dan mondar-mandir di kamarnya sampai ponselnya berdering. Sophie sontak terkesiap dan menoleh ke arah nakas tempat ponselnya diletakkan.

Sophie menghampiri dan mengintip layar ponsel itu untuk melihat peneleponnya. Mata Sophie membesar karena nama penelepon itu muncul. Cass sedang menghubunginya. Bulu kuduk Sophie bergidik hanya dengan membaca nama Cass ada di sana. Ia terpaku dan tak berani mengangkat.

Sambungan itu mati setelah beberapa saat. Sophie seperti menarik napas agak lega meski tak sepenuhnya.

"Huh, aku harus bagaimana ..." DRET – ponselnya bergetar saat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Sophie mengambil ponsel itu dan membacanya.

'Ini aku, Cass. Jangan berpikir untuk tidak mengangkat panggilanku,' tulis Cass dalam pesan pribadinya.

Sophie sontak separuh membanting ponselnya sendiri ke atas meja karena kaget dengan pesan itu. Namun, ia kemudian mengambil kembali ponsel tersebut dan menggenggamnya. Selang beberapa detik, panggilan dari Cass kembali masuk.

Sophie nyaris tidak bisa bernapas saat melihat layar ponselnya. Ia meringis dan memejamkan mata. Ujung jari Sophie lantas menekan tombol jawab dan ia menerima panggilan itu.

"Hai ... aku butuh waktu lima menit sampai kamu mengangkat panggilanku. Apa kata-kataku belum jelas untukmu?" ujar Cass dengan sikap dingin menyapa Sophie. Tidak ada basa-basi bertanya kabar. Cass langsung ketus dan menyindir Sophie.

"A-Aku sedang tidak di kamar," jawab Sophie mencari alasan.

"Lain kali bawa ponselmu ke mana pun kamu pergi!" perintah Cass makin tinggi.

"Uh, memangnya kamu siapa memerintahku?" Sophie mulai melawan meskipun ia ragu dan takut.

"Tentu saja aku bisa memerintahkanmu! Apa kamu lupa jika aku adalah pria yang sudah tidur denganmu?" sahut Cass membuat Sophie makin geram. Ia harus membuktikan dulu perkataan Cass jika memang mereka telah tidur bersama. Buktinya belum cukup.

"Aku tidak percaya! Kamu bisa saja mengada-ada kan?" Cass balik tertawa dan Sophie makin mengernyit heran dengan perilaku Cass padanya.

"Untuk apa aku melakukan itu?"

"Uang! Aku tahu kamu pasti ingin memerasku!" sahut Sophie menuding Cass. Cass masih terkekeh dan mendehem pelan.

"Menurutmu begitu ya? Uh, sebenarnya aku tidak butuh uang. Tapi aku membutuhkan hal yang lain." Sophie mendengus sinis dan berusaha tidak menggubris Cass.

"Aku tidak akan memberikan apa pun!" ucap Sophie berusaha untuk percaya diri menghadapi. Cass balik menertawai Sophie dan usahanya untuk melawan Cass. Bagi Cass, Sophie layaknya anak-anak yang mudah dikendalikan dan dibaca. Tidak akan sulit menaklukkan gadis itu seharusnya.

"Aku belum meminta apa-apa!"

"Kamu hanya ingin memerasku!" bentak Sophie mulai panik.

"Tenang ... tenang, Sayang! Jangan berteriak padaku. Aku masih bisa mendengarkanmu!" sahut Cass dengan nada mengejek Sophie pada ketakutannya yang terendus dengan gampang oleh Cass. Cass makin mendengus mengejek Sophie sebelum ia bicara.

"Aku tidak percaya jika kita sudah berhubungan intim. Kamu sudah memperkosaku! Aku akan melaporkanmu pada Polisi!" ancam Sophie kemudian.

"Oh ya? Kamu punya bukti apa tentang itu? Bukankah itu hanya akan membuatmu makin terpuruk? Kamu adalah korban tapi ternyata bukan. Kamu berbohong untuk menarik perhatian orang lain lalu menuduh orang lain melakukan kejahatan padamu." Sophie mendengarkan gambaran Cass pada dirinya dan ia mulai kecut.

"Itu tidak benar!"

"Tentu saja tidak! Tapi tidak ada yang akan percaya padamu!"

"Apa maumu!!" teriak Sophie mulai frustrasi. Cass yang sudah membuatnya seperti tidak berkutik karena gambarannya baru saja.

"Kita akan bertemu besok dan aku mau kamu datang tanpa membawa siapa pun ..."

"Huh, aku tahu kamu takut pada Polisi kan? Kamu takut jika aku akan melaporkan hal ini pada Polisi!" Cass kembali tertawa dan itu makin menyebalkan bagi Sophie.

"Oh, Tuhan! Kamu lucu juga ternyata ... hahaha!" ejek Cass makin menjadi-jadi.

"Tidak ada yang lucu di sini! Aku benar-benar akan lapor Polisi!"

"Coba saja lakukan itu! Maka aku tinggal menemui orang tuamu dan mengatakan yang sesungguhnya!" Sophie terdiam begitu Cass menyinggung tentang orang tuanya.

"Apa ..."

"Aku akan memberitahukan pada orang tuamu seperti apa perilakumu di luar sana, Sophie Marigold! Kamu bahkan merayuku padahal kamu tidak mengenalku sama sekali!"

"Itu tidak benar!" sahut Sophie mulai panik. Cass makin menjadi-jadi dan menambah makin banyak bumbu pada ocehannya.

"Tentu saja itu benar! Aku punya rekamannya. Aku juga tahu siapa ayahmu dan bagaimana reputasi keluargamu." Sophie makin panik dan tidak bisa berpikir untuk saat ini. Sebelah tangannya memegang ponsel dan sebelah lagi memegang kepalanya. Kali ini Sophie benar-benar menghadapi masalah besar.

"Kamu bohong!"

"Tida!"

"Kamu hanya menakut-nakutiku saja!" tuding Sophie masih berusaha mengelak.

"Cukup! Aku tidak perlu berdebat denganmu jika benar atau salah. Yang jelas, kamu akan datang besok menemuiku!"

"Apa yang kamu mau dariku?"

"Akan ku katakan besok!"

"Tidak. Katakan sekarang!"

"Temui aku besok dan akan kujelaskan semuanya!" panggilan langsung mati dan Sophie yang sudah siap membuka mulutnya kaget. Ia kesal dan melempar ponsel itu ke atas ranjang dengan napas terengah.

"Tidak! Dia pasti hanya mengada-ada! Dia tidak mungkin memiliki video itu ... tidak mungkin!" ucap Sophie berkali-kali. Sekarang ia harus menghadapi seseorang yang tidak ia kenal dan pria itu mengancamnya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" ucap Sophie begitu bingung dan kalut.

Sementara itu, Cassidy yang baru saja menghubungi Sophie masih duduk di sofa kamarnya dengan wajah tanpa senyum. Cass menyeka rambutnya dan ragu. Ia ragu ingin melakukan semua ini. Hal ini memang tidak benar karena ia baru saja mengancam seorang gadis. Gejolak batin itu kembali datang.

"Huh, apa yang harus aku lalukan? Apa jika aku mengancamnya, dia akan menjauh dari suaminya Angelica?" gumam Cass bertanya pada dirinya sendiri.

Cass tidak bisa bercerita pada siapa pun terutama kakaknya Jewel. Jewel sudah memutuskan hubungan dengan Angelica. Jika Jewel mengetahui semua ini, dia pasti akan marah.

"Aku harus melakukannya semuanya sendiri," ucap Cass pada dirinya lagi. Ia menarik napas dan mencoba menenangkan diri. Hati kecilnya begitu sulit menerima seolah memang yang dilakukannya itu salah besar.