webnovel

Menikahi Simpanan Ayahku

Warning 21+ Bijaklah dalam membaca, memberikan komentar atau review. Tidak layak untuk yang di bawah umur. Andrew Hutama, seorang pengusaha muda yang sukses memilih untuk menikahi Simpanan Ayahnya. Bukan tanpa alasan, rasa sayangnya pada sang ibunda membuat dirinya rela berkorban demi kebahagiaan wanita yang sudah melahirkannya itu. "Clarissa. Apa kamu punya kekasih?" tanya Andrew sambil tersenyum menggodanya. "Sebenarnya kekasihku sudah beristri," jelas wanita itu. "Apa! Jadi wanita secantik dirimu hanya dijadikan simpanan." Andrew pura-pura terkejut mendengar jawaban dari wanita simpanan ayahnya. Sayangnya, semua yang telah Andrew korbankan justru membuatnya harus berjuang dalam mencari kebahagiaan yang sejati. Bahkan ia harus membenci ayahnya sendiri karena sebuah alasan yang tak bisa diterimanya. Mampukah Andrew Hutama menemukan cinta sejatinya? Ataukah justru akan terjebak dalam hubungan rumit dengan Simpanan Ayahnya? Ikutilah Kisahnya .... Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Lenna_Cristy · Realistic
Not enough ratings
500 Chs

Tak Berubah

Setelah keluar dari RS Andrew membawa Clarissa ke apartemennya. Andrew tak ingin Clarissa trauma jika pulang ke rumahnya. Sedangkan karena kesibukannya, Sonya tak menyadari jika anak dan menantunya sudah tinggal sendiri.

"Mas, apa tidak sebaiknya kita bilang ke Ibu kalau kita sudah pindah ke apartemen?" tanya Clarissa.

"Sebenarnya aku ingin mengatakannya, hanya saja aku belum memiliki alasan yang tepat," jawab Andrew sambil memeluknya.

"Sayang, bagaimana kalau kita melaporkan Ferdinand ke kantor polisi?" tanya Andrew pada istrinya.

"Aku tak ingin menghancurkan hati Ibu mertuaku. Karena kulihat Ibu sangat mencintai Ayah, aku tak mau rumah tangganya hancur. Cukup aku saja yang hancur, jangan pernah ada yang lain." Clarissa mengatakan seluruh isi hatinya.

"Sayang, aku tak akan membiarkanmu hancur. Justru aku akan menghancurkan orang yang melukaimu." Andrew menarik istrinya kedalam pelukannya.

Mereka berdua tertidur dalam dinginnya malam yang indah.

"Selamat pagi Sayang, habiskan sarapanmu," ucap Andrew sambil meletakkan sarapan di meja.

"Hari ini aku mau ke kantor Mas, magangku tinggal seminggu lagi. Aku harus menyelesaikannya." Clarissa memakan sarapannya dan bersiap ke kantor.

"Baiklah, terserah kamu Sayang," jawab Andrew.

Mereka berdua berangkat ke kantor bersama. Namun ketika di kantor, hubungan mereka sebatas atasan dan bawahan. Seluruh pegawai A.H Architect tidak tahu kalau Andrew sudah menikahi Clarissa.

"Clarissa, Pak Andrew memanggilmu," ucap Nindy, sekretaris Andrew.

Clarissa langsung datang ke ruangan Andrew.

"Duduklah Sayang, temani aku makan. Aku sudah memesan makanan," ucap Andrew.

"Tapi ini di kantor Mas," ucapnya lirih.

"Tak masalah jika semua orang tahu, memang kenyataannya kita sudah menikah." Andrew mendekati Clarissa dan mengecup pipinya.

"Baiklah, tapi sekali ini saja," jawabnya.

"Bukan sekali ini, tapi ini yang pertama dan masih ada lain kali." Andrew tersenyum menatap istrinya.

Ketika mereka selesai makan, tiba-tiba Sonya sudah masuk di dalam ruangan.

"Apa kabarnya Sayang? Ibu sangat merindukanmu." Sonya datang dan langsung memeluk Clarissa.

"Ibu ... Maafkan Clarissa, pindah ke apartemen tidak bilang dulu," jawab Clarissa dengan rasa bersalah.

"Tidak masalah, asal kamu selalu bersama anakku," jawab Sonya.

"Kenapa Ibu tiba-tiba kesini?" tanya Andrew.

"Bosan di rumah sendiri. Akhir-akhir ini Ayahmu terlalu sibuk, hingga tak ada waktu untuk Ibu," jawab Sonya sedih.

Andrew dan Clarissa saling menatap. Mereka merasa kasihan melihat Ibunya. Andrew khawatir jika ayahnya akan menyakiti Ibunya. Dia hanya berharap Ferdinand bisa berubah setelah kepergian Clarissa dari rumahnya.

Di kantornya, Ferdinand sudah beberapa hari uring-uringan tidak jelas. Para karyawan merasa aneh dengan sikapnya. Hingga setiap orang berbisik-bisik, mulai bergosip tentang rumah tangga Ferdinand.

"Pak Ferdinand, ada meeting satu jam lagi dengan Tim Desain," ucap Nancy sekretarisnya.

Ferdinand menatap Nancy tajam, lalu menariknya dan menciumi bibir merah yang sensual. Ferdinand seolah tak dapat mengontrol gairahnya. Dia mulai meremas bulatan kenyal di dada Nancy. Nancy pun tak mampu menolaknya, hanya pasrah dengan sentuhan atasannya itu.

"Maafkan aku Nancy. Melihatmu membuatku sangat bergairah. Aku tak sanggup menahannya." Ferdinand melepaskan pelukannya pada sekretarisnya itu.

Nancy sudah lama menjadi sekretaris Ferdinand, selama ini atasannya sangat sopan dan merupakan tipe suami yang setia terhadap keluarga. Meskipun ada sebuah rahasia kecil yang selama ini disimpan Nancy tentang Ferdinand. Dan hanya Nancy yang mengetahui rahasia itu.

"Apa anda sedang punya masalah?" tanya Nancy dengan tatapan mata yang ingin tahu.

"Aku sedang terobsesi dengan seorang gadis, tapi dia meninggalkanku dengan lelaki lain. Rasanya aku seperti akan gila jika memikirkannya. Wajahmu mengingatkanku kepadanya, hingga tak sadar aku sangat bernafsu dengan melihatmu saja," jelas Ferdinand.

"Aku sudah lama bekerja denganmu, aku sangat mengenalmu. Aku bersedia membantumu," ucap Nancy.

Ferdinand menatap Nancy dengan sorotan penuh gairah. Nancy sangat mengerti keadaannya, hingga tanpa menunggu dia mulai melepaskan celana Ferdinand. Nancy mulai memainkan benda keras yang panjang milik Ferdinand dengan lidahnya. Ferdinand merasakan sentuhan Nancy begitu nikmatnya. Nancy sangat lihai memainkan lidahnya, hingga tak lama kemudian Ferdinand sudah menumpahkan cairan kenikmatannya di mulut Nancy. Ferdinand terlihat puas dengan permainan Nancy, dia tersenyum menatap sekretarisnya itu.

"Apakah itu cukup membantu?" tanya Nancy dengan menggoda

"Aku tak menyangka kau sangat mahir memainkan lidahmu." Ferdinand mendekatinya dan mencium bibirnya yang beraroma cairan kenikmatannya.

Mereka berdua membersihkan dirinya, lalu masuk ke ruangan meeting. Selama meeting Ferdinand memikirkan hal-hal yang nakal bersama Nancy. Sekali-kali dia mencuri pandang terhadap sekretarisnya. Nancy hanya bisa membalasnya dengan tatapan yang lebih menggoda. Hubungan Ferdinand dan Nancy memang sangat dekat, kadang mereka merupakan tempat saling curhat. Tidak jarang Nancy membantu Ferdinand mendapatkan proyek-proyeknya. Walaupun selama ini hubungan mereka lebih seperti persahabatan. Meskipun dalam hatinya, Nancy mengharapkan sebuah hubungan yang lebih dari sekedar sahabat ataupun rekan kerja.

A.H Architect

Waktu menunjukkan jam pulang kantor, Andrew dan Clarissa memutuskan segera pulang sebelum gelap.

"Mas kita langsung pulang saja ya, aku harus menyelesaikan tugas yang belum selesai," ucap Clarissa pada suaminya.

"Baik Sayang, kita mampir beli camilan di minimarket dulu. Makanan kecil di rumah habis," jawab Andrew.

Sampai di minimarket Andrew menunggu di mobil. Clarissa memutar rak mencari beberapa makanan kecil dan minuman. Ketika akan membayar Clarissa melihat Ferdinand sedang melakukan pembayaran di kasir. Clarissa sangat terkejut, begitu juga Ferdinand. Tatapan mata Ferdinand seolah ingin menerkam Clarissa. Dia hanya bisa menunduk, tak berani menatap Ayah mertuanya itu. Clarissa sempat melihat Ferdinand membeli beberapa bungkus kondom dan beberapa minuman beralkohol. Dalam hatinya bertanya apa yang akan dilakukan Ferdinand, biasanya dalam hubungan dia tak pernah memakai kondom. Setelah membayar, Clarissa langsung masuk ke mobil Suaminya.

"Mas, tadi aku ketemu Om Ferdinand. Dia membeli beberapa bungkus kondom dan minuman beralkohol." Clarissa mengatakan apa yang sudah dilihatnya.

"Untuk apa dia membeli kondom. Bahkan Ibu sudah lama tidak bisa hamil lagi. Sayang, maaf aku harus menanyakan ini padamu. Saat dulu kamu masih berhubungan dengan Ayahku, apa juga memakai kondom?" tanya Andrew cemas.

"Tidak pernah Mas, hanya saja Om Ferdinand menyuruhku rutin menemui dokter. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," jawab Clarissa jujur.

Andrew jadi berpikir, mungkinkah Ayahnya sedang menjalin hubungan dengan orang sembarangan. Hingga dia membutuhkan pengaman. Andrew jadi kesal dengan kelakuan Ayahnya. Padahal yang dia tahu, hubungan kedua orangtuanya sangat baik. Malah jika dilihat mereka berdua sangat mesra di usia yang tidak lagi muda.

"Mas, kamu tidak apa-apa?" tanya Clarissa bingung karena melihat suaminya sedikit melamun.

"Aku hanya berpikir, apa yang ingin dilakukan Ayahku?" jawabnya sedih.

"Tenanglah, Mas. Kita pikirkan lagi di rumah. Mas harus konsentrasi, ini masih di jalan." Clarissa mencoba menenangkan Andrew. Dia tak ingin hal buruk terjadi pada mereka berdua.

"Maafkan aku, Sayang," ucap Andrew.

Clarissa mengecup pipinya singkat lalu tersenyum manja menatap suaminya. Hati Andrew sedikit tenang dengan melihat senyuman di wajah istrinya itu.

Happy Reading