webnovel

Konfrontasi Tiga Orang

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Su Xiqin berdiri tidak jauh dari toilet pria dan terus melihat ke arah pintu toilet itu dari waktu ke waktu selagi menunggu Mo Jintian. Ia khawatir karena Mo Jintian tidak keluar dari toilet setelah lebih dari sepuluh menit berada di dalam sana. Jika pria kecilnya jatuh ke dalam urinoir, tentu itu akan sangat merepotkan.

Setelah berpikir begitu, Su Xiqin cepat-cepat melangkahkan kakinya ke depan pintu toilet. Selama sepuluh menit, ia juga tidak melihat ada pria yang keluar atau masuk kamar mandi. Setelah sampai di depan toilet, ia pun langsung berteriak, "Mo Jintian, sudah apa belum?"

Karena tidak ada jawaban, Su Xiqin berteriak untuk yang kedua kalinya. Namun, setelah dua kali berteriak, tetap tidak ada jawaban hingga membuatnya berpikir, Jangan-jangan memang terjadi sesuatu.

Meskipun Mo Jintian saat itu sedang sibuk bersaing dengan Bai Yanshen, sebenarnya ia bisa mendengar teriakan Su Xiqin. Namun, ia tidak berani menjawab karena takut nanti Bai Yanshen meminta ganti rugi kepada Su Xiqin.

"Orang yang di luar itu sedang memanggilmu?" tanya Bai Yanshen.

"Ti... tidak..." jawab Mo Jintian sambil sedikit gemetar, lalu menambahkan, "Aku mau cuci tangan."

Mo Jintian langsung berlari ke arah wastafel anak-anak dan menyalakan air untuk mencuci tangannya, sedangkan Bai Yanshen melangkahkan kaki ke pintu toilet. Saat ia berjalan keluar dari pintu toilet, ia menabrak Su Xiqin yang hendak masuk ke toilet. Bai Yanshen sangat terkejut saat melihat Su Xiqin. Ia pun tertegun dan tatapan matanya semakin dalam.

Su Xiqin sedikit takut melihat Bai Yanshen sehingga langkahnya sesaat terhenti. Ia menatap orang itu tanpa berbicara sepatah kata pun dan mulai terlihat semburat malu di wajahnya. Sejujurnya, ia tidak suka dengan tatapan Bai Yanshen. Terlebih lagi, kejadian tadi membuat Su Xiqin tidak ingin berhadapan lagi dengan pria itu.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Mau mengintip?" tuduh Ban Yanshen.

Perkataan Su Xiqin seketika membuat wajah memerah. Maksudnya dia mengira aku mesum? pikirnya.

"Kamu selalu berpikir bahwa orang lain itu buruk? Atau, jangan-jangan kamu sendiri yang ternyata seperti itu?" tanya Bai Yanshen sambil langsung menatap Su Xiqin dengan tatapan tajam.

Su Xiqin jelas tidak mau kalah. Ia pun mendongak tanpa takut, menatap Bai Yanshen, dan berkata, "Orang yang berpikiran gelap seperti kamu lah yang harusnya pergi ke dokter!"

"Lalu, apa yang kamu lakukan disini?"

"Aku sedang mencari seseorang," jawab Su Xiqin yang sedang membawa tas sekolah.

Bai Yanshen menolehkan kepalanya ke toilet selama beberapa detik, lalu kembali menatap Su Xiqin. "Anak yang di dalam toilet tadi adalah putramu?"

Saat Bai Yanshen menyebutkan soal seorang anak yang ada di dalam, Su Xiqin menganggukkan kepalanya. "Apakah dia baik-baik saja di dalam? Dia tidak keluar selama sekitar sepuluh menit," tanya Su Xiqin.

Bai Yanshen tidak menjawab Su Xiqin dan hanya terus menatapnya. Tatapan Bai Yanshen membuatnya sehingga ia pun mundur dua langkah. Su Xiqin menggigit bibirnya dan tanpa menatap Bai Yanshen, ia berteriak sekali lagi, "Mo Jintian, jika kamu tidak keluar, Mama akan pergi."

"Dia sedang sembunyi dan tidak berani menemui seseorang."

"Kenapa tidak berani menemui seseorang? Apakah celanamu basah?"

"Apakah celanamu tadi basah begitu parah?" tanya Bai Yanshen.

Mata Su Xiqin melebar. Jangan-jangan ini penyebab Mo Jintian tidak berani menemui seseorang, pikirnya. "Apakah ada sesuatu di celanamu?"

Bai Yanshen mengerutkan kening dan hanya terdiam. Ia berpikir, Dengan begitu, Mo Jintian akan merasa reputasinya rusak dan semakin tidak berani keluar dari toilet. Pada akhirnya, Mo Jintian keluar dari toilet dengan kesal.

"Dia tidak berani menemui siapapun karena burungnya jelek," kata Bai Yanshen dengan tak acuh. Mo Jintian sangat kesal mendengar perkataan itu dan ia ingin membalasnya kembali, tapi itu sama saja seperti menyuruh Su Xiqin menggali tanah untuknya. 

Suasana tiba-tiba menjadi hening selama beberapa saat. Namun, tak lama kemudian, Su Xiqin menggertakkan giginya dan memecah keheningan. "Mo Jintian, kamu baru saja bertengkar?" tanya Su Xiqin dengan wajah memerah seperti apel sambil menatap Mo Jintian dengan tajam.

Mo Jintian menundukkan kepalanya karena dimarahi seperti ini membuatnya malu. Bai Yanshen bergantian melihat Mo Jintian dan Su Xiqin sampai dua kali, kemudian tertawa kecil.

———

kamu Su Xiqin mengajak Mo Jintian kembali sambil terus mengomel. Mo Jintian hanya sesekali mengedikkan bahunya dan terus mengikuti ibunya tanpa berbicara sepatah katapun.

"Bagaimana bisa kamu berbicara masalah burung dengan orang lain? Belum lagi, orang itu adalah orang asing. Kamu bisa membuat orang lain salah paham dan itu tidak sopan," kata Su Xiqin, lalu menoleh ke arah putranya, "Apakah kamu masih berani seperti itu lagi?"

"Tidak..." jawab Mo Jintian dengan suara lirih.

Su Xiqin menarik napas dalam-dalam, lalu melembutkan nadanya, "Ingat, kamu tidak boleh berbicara masalah burung lagi."

"Tapi dia juga bilang kalau burungnya besar," kata Mo Jintian.

Su Xiqin yang masih terus melangkah akhirnya diam-diam mengumpat dengan suara lirih, "Bajingan!"

Setelah kedua ibu dan anak itu kembali, Tang Xixi bertanya, "Kenapa lama sekali?"

"Menemui burung besar," Mo Jintian menjawab pertanyaan Tang Xixi dengan polos.

Su Xiqin berpikir, Tidak boleh mengatakan burung kecil, lalu dia berkata burung besar. Ia pun hanya diam dan segera masuk ke mobil. Sementara itu, Tang Xixi masih bingung setelah mendengar kata-kata Mo Jintian, "Burung besar?"

———

Keesokan harinya, Su Xiqin pergi ke bengkel karena mobilnya sudah selesai diperbaiki. Begitu tiba di bengkel, resepsionis menyuruhnya untuk menunggu di ruang tunggu. Seorang gadis yang mengenakan rok kuning sedang duduk di ruang tunggu itu dengan anggun. Gadis itu tampak begitu serius membaca majalah model yang dipegangnya.

Ketika Su Xiqin baru masuk, gadis yang sedang memegang majalah itu melihatnya. Tatapan Su Xiqin spontan tertuju ke gadis itu dan ia tertegun saat melihat gadis itu. 

Gadis itu malah langsung tersenyum saat melihat Su Xiqin. Senyuman orang yang bermuka dua. Wajah gadis itu sangat indah bagaikan lukisan. Pipinya bersemu merah, alisnya melengkung dengan indah, hidungnya mancung, lalu matanya berkilau dan bersinar. Namun, yang paling menarik adalah bibir merahnya.

"Sudah lama kita tidak bertemu. Tidak ku sangka, ketika aku baru pulang dari luar negeri, aku malah bertemu denganmu di sini."