12 telur

" Shittt.... gara-gara, wanita itu, sekarang Dea pergi. Padahal belum sama sekali ia merasakan hasrat yang memuncak " David beranjak masuk ke dalam Vila dengan bibir terus menggerutu gak jelas. Hasratnya yang belum tertuntaskan, membuat dia kini berlari mancari Salsa. Untuk meluapkan amarahnya padanya. Semua di mulai juga gara-gara dia.

Ia masih terus berjalan lebih cepat menaiki anak tangga. Dengan terus berdecak kesal, laki-laki itu segera membuka pintu kamarnya. Seolah dirinya sudah tahu jika Salsa masih berada di sana. Meskipun itu hanya filing nya. Namun ternyata tepat juga, dugaannya.

Salsa duduk sendiri di ranjang kamar tempat di mana David dan Dea melakukan sebuah olahraga tubuh. David terdiam tepikir dalam benaknya. Otaknya terus bertanya-tanya. Kenapa dia menikah dengan lelaki seperti itu. Bahkan jika bukan karena dia yang melunasi hutang ibuku. Aku gak akan sudi menikah dengannya.

Brakkk... suara pintu terbuka sangat keras. Membuat Salsa terjingkat dari ranjangnya. Wajahnya mulai menegang, wanita itu tak bisa berkutik dengan wajah mulai memucat menatap David terlihat sangat marah. Tetapi bukan Salsa jika dia tak bisa menghadapi semuanya. Ia mencoba untuk tetap tenang merilekskan pikiran dan napasnya sejenak. Untuk melawan lelaki dingin, bahkan juga angkuh di depannya itu.

Tak memasang wajah takut Salsa tersenyum sinis menatap David. Bagi dia jika dia mengalah terus maka semakin lama David akan tetus semena-mena padanya. Bahkan harga dirinya juga akan di injak-injak dengannya

Salsa yang terdiam tiba-tiba tertawa sangat keras. Membuat David bingung, ia berpikir apa Dia sudah gila, atau gimana, tertawa sendiri.

" Kenapa kamu tertawa?" Ucap David dengan tatapan menantang ke arah salsa.

"Lihat, Tuan seperti itu lucu aja, wajahnya yang terlihat sangat serius. Eh beranianya mau lawan wanita apa gak malu" Ucap Salsa dengan tatapan mengejek, ia menarik bibirnya sedikit, dengan tatapan sinisnya.

"Apa kamu bilang?" Wajah David semakin memerah. Ia kali Devid terlihat sangat marah.

"Kamu cuma istri pura-puraku berani menetangku. Dan ingat gak perlu lagi bersandiwara jika ada pacarku. Apa kamu tahu dia itu orang yang paling aku sayangi. Dan kamu bukan siapa-siapa bagiku. Jadi jangan pernah ikut campur dalam masalahku" David menegaskan pada Salsa dengan nada semakin meninggi.

Salsa hanya senyum semringai tak perdulikan ucapan David. Ia melangkahkan kakinya pergi melewati David mendorong pelan Bahunya dan beranjak pergi.

" Dasar wanita.." Tak melanjutkan ucapanya ia bergumam kesal mengepalkan tangannya. " Ahh... semua gagal total" David terus berdecak kesal tak hentinya. Mengacak-acak rambutnya yang memang dari tadi juga sudah berantakan.

Kali ini dia benar-benar marah pada Salsa. Terpikir di otaknya akan membuatnya semakin tak betah tinggal di vila bersamanya. Apalagi ia harus tinggal satu bulan bersamanya. Mungkin jika selama perjanjian itu selesai maka cepat-cepat enyahlah dari hadapanku.

"Tunggu!" Teriak David berlari mengejar Salsa.

Ia tak mau kalah begitu saja dengan seorang wanita.

Langkah Salsa terhenti seketika.ia menoleh ke belakang melihat David sudah berdiri di belakangnya. Tak memasang wajah takut Salsa mengerutkan kening dengan senyum sinis semringai di wajahnya.

"Ada apa ya?" Ucap Salsa seolah tak terjadi sesuatu.

"Ada apa kamu bilang, apa kamu gak sadar dengan apa yang kamu lakukan tadi" Ucap David menarik tangan Salsa. Tarikan yang terlalu keras membuat tubuh Salsa ke tarik dan jatuh ke lantai bersamaan dengan tubuh David, Ia berada di atas tubuh lelaki itu.

Mata mereka saling tertuju dalam diam, tanpa seuntai kata dari mulut mereka.

"Aku bisa merasakan detak jantungmu sangat cepat. Apa kamu mulai suka denganku." Bisik David tepat di telinga kanan Salsa.

Sebuah pertanyaan yang membuat Salsa memutar matanya malas untuk menjawab. "Benar-benar gak masuk akal, aku suka denganmu, dengan tuan muda yang akuh dan tuan mesum seperti kamu" Ucap Salsa dengan santainya.

Salsa mencoba berdiri namun David mendekapnya sangat erat hingga jemari tangan Wanita itu menempel pada tubuhnya yang dari tadi masih. telanjang dada. Keringat di tubuhnya seakan menempel pada tangan Salsa.

"Ihh.... keringat bekas permainanmu terlalu menjijikkan." Ucap Salsa mengibas ngibaskan tangannya dan mengusap tangannya ke baju miliknya berkali-kali. Ia gak mau kotoran butiran keringatnya menempel di tangan bersihnya.

" Jangan terlalu gerak, semakin kamu gerak maka entah apa yang akan aku perbuwat padamu jika aku tiba-tiba memulai hasrat yang belum tuntas" ucap David dengan tatapan menggoda kali ini.

"Eh...tuan otak mesum, udah gak akan sudi tidur dengan tuan sudah cukup satu kali malam menjijikkan itu terjadi.  Dan kali ini aku pastikan tak akan terjadi lagi selama perjanjian kita selesai" Ucap Salsa dengan percaya dirinya. Ia berusahan lagi berdiri, tetapi dekapan David semakin erat. Hingga ke dua tubuh menempel seperti perangko.

" Menurutlah" Bisik David membalikkan tubuh Salsa ke lantai, lelaki itu berusaha mrngecup seluruh tubuh Salsa. Dengan sigap Wanita itu menendang telur milik David membuat ia melepaskan dekapannya Salsa seketika dan meringis kesakitan.

"Telurku..." wajah David nampak seperti anak kecil dengan teriakan kesakitan. David tak sanggup berdiri, ia merasa sangat sakit bagai menkalar ke seluruh tubuhnya, karena tendangan Salsa begitu kuat.

Ia melotot seketika menatap Salsa. Dengan wajah sudah mulai memerah karena marah dan di campur dengan kesakitan yang semakin menjalar.

Salsa tersenyum kemenangan dalam hatinya. Berharap benar-benar pecah tu telur sekalian. Tanpa rasa bersalah ia pergi mencari kamar untuk dia tidur membaringkan badannya yang sudah terasa sangat capek. Dan lebih baik kamar yang jauh dari kamar tuan mesum ini.

" Eh.. kamu wanita sialan mau kemana?" teriak David dengan wajah nampak masih meringis kesakitan.

" Udah nikmatin aja rasa sakitnya, aku mau tidur dengan tenang di ranjang empukku" Ucapnya tanpa membalikkan badan ke arah David. Wanita itu rngibaskan tangan kanangnya ke atas seolah mengucapkan salam padanya.

" Eh kamu harus tanggung ..." Belum sempat melanjutkan ucapannya. Rasa sakitnya semakin menjadi. Ia duduk di lantai dengan tangan masih memegangnya erat.

David menatap punggung Salsa yang sudah pergi menjauh. Dengan hati terus berkata bahkan sangat marah padanya. Rasa sakitnya, awas saja aku akan membalasmu gadis kecil. Beraninya kamu kurang ajar denganku.

Salsa menemukan kamar yang akan ia tempati. Ia menutup dengan keras kamarnya hingga terdengar ke telinga David. Bahkan ia menguncinya agar David kali ini tidak mengganggunya. Kakinya sudah terasa sangat cepek berjalan jauh. Kali ini ia ingin sebujurkan ke dua kakinya yang terasa cemut-cemut sakitnya menjalar.

"Kamar yang sangat indah" Gumam salsa dengan mata memutar memandang sekelilingnya. Ia berlari keluar menuju balkon kamarnya. Yang terlihat beberapa hutan tembakau dan tak lupa pemandangan pantai yang begitu indah. Udaranya sangat menyegarkan membuat pikirannya menjadi tenang seketika.

"Lebih baik diam di sini menatap pemandangan yang indah dari oada lemandangan wajah David yang menyebalkan itu" Gumam Salsa. Ia mulai merentangkan ke dua tangannya merasakan desiran angin laut yang membuat angin seakan masuk dalam sum-sum tulangnya.

avataravatar
Next chapter