3 Hari pertama bekerja.

Pagi telah tiba, Jesica membuka mata melihat sekelilingnya sedikit aneh. Untuk pertama kalinya Jesica tidur di sebuah ruangan yang baru. Jesica lekas membersihkan bersiap karena dia akan ke kantor hari ini. Jesica akan di jemput Eko lagi sesuai janjinya kemarin.

Tok… tok…

Suara ketukan dari luar kamarnya membuat Jesica tersetak. Ia dengan pelan membuka pintu tersebut. dia melihat badan kekar dengan baju rapi berdiri tegap di depan kamarnya.

"Sudah siap?" tanya pria itu dengan ramah.

"Sudah. Pak," jawab Jesica dengan sopan. Eko nampak berbeda hari ini. Wajar saja Jesica sedikit tertegun saat melihatnya.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang," kata Eko. Jesica mengangguk dan segera meraih tas yang sudah ia siapkan di atas kasur. Dia melihat beberapa pegawai yang tinggal disana sudah mulai berangkat jug. Ia merasa tidak percaya diri dengan penampilannya.

Jesica hanya diam dan tidak memulai pembicaraan dengan Eko. Ia sebenarnya menahan rasa lapar karena dia belum bisa masak apapun di tempat tinggalnya yang baru. Eko yang sadar akan hal itu memberikan roti kepada Jesica.

"Nih, lumayan buat nunda lapar."

"Terima kasih," kata Jesica saat menerima roti itu.

Jesica memakan roti itu seraya mengamati jalanan. Karena dia sadar bahwa dia tidak akan di jemput oleh atasannya setiap hari. Kemungkinan ia harus menggunakan transportasi umum untuk berangkat bekerja nantinya.

***

"Kita sudah sampai," kata Eko seraya menarik rem tangannya.

Jesica mengikuti langkah Eko dengan hati-hati. Dia harus menyesuaikan dengan keadaan temoat kerjanya saat ini. Eko membawanya menemui seorang pria yang sedang duduk di sebuah ruangan tersendiri di lantai sepuluh.

"Ayo masuik," ajak Eko saat melihat Jesica nampak ragu-ragu.

"Selamat pagi. Pak," sapa Eko kepada pria itu.

"Pagi, Eko."

"Ada apa?" tanyanya dengan sopan.

"Ini pak, pegawai baru yang saya ceritakan waktu itu," ucap Eko dengan sopan juga.

"Oh iya. Mana CVnya?"

Mendengar itu, Jesica segera mengeluarkan map coklat dari tasnya.

"Eko, kamu boleh keluar dulu. Biarkan dia disini dulu," pinta pria itu kepada Eko. Dengan lekas Eko keluar dari ruangan itu. Dan hanya tersisa Jesica dan pria itu.

"Sebentar saya lihat dulu," kata pria yang belum di ketahui namanyan oleh Jesica.

"Oke, kapan mau mulai bekerja?" tanya pria itu kepada Jesica.

"Sekarang juga bisa, Pak," jawab Jesica dengan tegas.

"Oke. Sebelumya perkenalkan, Saya Robin Syah. Biasanya di panggil Robin," ucap pria yang bernama robin itu.

"Saya asisten peribadi Pak Billy, tapi sayangnya harini beliau masih di luar negeri," imbuhnya.

"Kalau kamu biasanya di panggil siapa?" tanya Robin yang berusaha menghilangkan rasa canggung antara Jesica dan dirinya. Untuk Robin dia sudah biasa menemui orang baru, sedangkan Jesica baru pertama kali melewati masa seperti ini. Rasa waspada kadang muncul tiba-tiba.

"Saya biasa di panggil, Jesica atau Jessi. Pak," jawab Jesica.

"Baik. Jessi, kamu bisa bergabung dengan kami mulai hari ini. Nanti biarkan pak Eko menjelaskan semuanya kepada kamu."

"Sekali lagi. Selamat bergabung," ucap Robin dengan mengulurkan tangannya kepada Jesica untuk mengucapkan selamat kepadanya.

Jesica menjabat tangan pria itu.

"Astaga, tangannya lebih halus daripada tanganku," batin Jesica.

"Oke, akan saya panggilkan pak Eko dulu," ucap robin seraya melepaskan tangannya. Dan hal itu membuat Jesica sedikit tersentak karena larut dalam lamunannya.

Robin menghubungi Eko. Dan tak butuh waktu lama Eko sampai di ruangan Robin.

"Pak eko. Tolong antarkan Jesica ke ruangannya dan jelaskan semua job disknya," kata Robin kepada eko.

"Baik. Pak," sahut Eko dengan patuh dan segera mengantar Jesica keluar dari ruangan Robin. Meskipun Jesica sudah keluar dari ruangan Robin. Jesica masih tersipu sendiri meskipun sudah di luar ruangan Robin. Dia melihat wajah tampan Robin merasa terpesona.wajar bukan jika seorang wanita suka kepada pria yang tampan?

Jesica dibawa ke ruangan yang sangat luas, disana sudah ada beberapa staf yang sedang bekerja.

"Selamat pagi," sapa Eko.

"Pagi. Pak," sahut mereka bersamaan.

"Ini Jesica," kata Eko yang mengenalkan Jesica di sampingnya. "Dia staf baru disini, defisi keuangan ini," Imbuhnya.

"Dia akan mulai bekerja hari ini. Jadi, tolong ajari dia. Saya juga sudah jelaskan beberapa sama dia," kata Eko.

"Baik. Pak," sahut mereka bersamaan.

"Jes, selamat bergabung di perusahaan kami." Eko mengulurkan tangan kepada Jesica.

"Terima kasih," sahut Jesica dan menjabat tangan pria di hadapannya itu.

Setelah itu Jesica bergabung dengan timnya, seperti orang yang baru kenal pada umumnya mereka saling berkenalan.

"Hai Jesica. Aku Mila, Ramdhan dan Putri," kata salah satu wanita yang ada di ruangan itu dan mengenalkan dua rekannya yang duduk di sampingnya.

"Aku Jesica. Biasa di panggil Jessi," sahut Jesica dengan sopan dan berjabatan tangan satu persatu.

"Sini aku ajari," ajak gadis lain yang bernama Putri seraya menunjukan kursi dan computer yang kosong di sampingnya.

Hari ini menjadi hari pertama untuk Jesica bekerja di perusahaan itu. Hari yang cukup baik untuk Jesica di tempat kerjanya. Jesica dengan gampang mengenal temannya dan mempelajari tugasnya. Sehingga rekannya suka dengan Jesica karena dia cepat tanggap saat diajari untuk mengerjakan tugasnya. Saking nyamannya Jesica dengan tempat kerjanya dan rekannya tanpa terasa hari sudah sore. Matahari mulai kehilangan cahayanya.

"Jesi, kamu pulang kemana?" tanya Mila.

"Aku masih tinggal di asrama kantor," jawab Jesica.

"Oh iya. Kalau begitu bareng aku saja. Aku masih tinggal di sana kok. Padahal hampir dua tahun disini," kata Mila dengan terkekeh.

Disaat Mila dan Jesica hendak keluar dari kantor, secara bersamaan eko melihat Jesica.

"Jes, ayo saya antar." Eko ternyata dari tadi menunggu Jesica keluar dari kantor.

"E… anu pak. Saya bareng sama Mila," kata Jesica dengan ragu.

"Oh gitu. Ya sudah kalau gitu." Eko dengan legowo meninggalkan Jesica bersama Mila. Eko juga ikut senang karena Jesica dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Jesica dan Mila benar-benar pulang bersama mengndarai motor matic milik Mila, Jesica memilih tinggal di asrama karena dia masih harus membayar cicilan motor itu. Sehingga Mila memilih tinggal di asrama untuk menghemat pengeluaran. Hanya saja dia tidak terlalu pintar memasak. Jadi, dia selalu beli di luar.

Saat Jesica dan Mila sampai di depan asrama. Eko juga sampai di sana.

"Loh, pak. Kenapa kesini?' tanya Mila.

"Saya mau pindahkan peralatan masak dari kamar lain yang tidak digunakan kekamar Jesica," jawab pria berkacamata itu.

"Oh, kamar kamu yang mana?" tanya Mila pada Jesica.

"Itu," jawab Jesica dengan menunjuk kamar deretan paling ujung.

"Oh itu." Mila mengangguk paham.

Mila yang ditawai untuk mampir ke kamar Jesica menolaknya. Karena dia sangat gerah, ingin segera membersihkan diri. Namun, malamnya Mila datang ke kamar Jesica dan melihat Jesica sedang merapikan baju dan alat masak yang baru di pindahkan ke kamarnya.

avataravatar
Next chapter