webnovel

Bab 1

Arsen menatap tajam pada foto seorang wanita yang tengah terseyum cantik yang ada ditangannya. Alisnya saling bertaut, ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia mendengar penuturan sahabatnya, jika salah satu bodyguardnya menemukan sebuah foto yang mungkin saja orang itu pelakunya.

Bagaimana mungkin, wanita yang ada di foto ini lah yang membuat kekasih nya meninggal. Karena selama ini ia tahu betul bahwa wanita ini adalah teman dekat dari mantan kekasihnya. Jika benar, apa alasan wanita ini membunuh temannya sendiri.

''Apakah sungguh wanita ini yang melakukanya? '' tanya Arsen tanpa mengalihkan pandangannya dari foto itu.

''Dasar perempuan munafik, tampang nya aja seperti gadis polos dan lugu. Aku tidak akan melepaskan mu begitu saja setelah apa yang kau lakukan kepada orang yang aku cintai.'' batin Arsen dengan gigi bergemelutuk.

''Entahlah, aku juga masih gak percaya. Kita jangan langsung menyimpulkan jika dia yang membunuh Nara. Hanya dengan sebuah foto yang di temukan di tempat kejadian.'' ucap Lucas. Sahabat dekat yang menjelma menjadi sekertaris Arsen.

Lucas berbicara dengan ragu. Ia tahu jika Arsen sangat mencintai Nara. Ia khawatir dengan Sandara, gadis yang di dalam foto itu. Apa yang akan Arsen lalukan jika memang benar Sandara lah yang membunuh Nara. Sama saja mengumpankan diri pada singa yang sedang kelaparan. Arsen bisa berubah menjadi monster jika ada yang berani menyakiti orang dia sayangi.

''Jelas-jelas semua bukti mengarah kepadanya. Bahkan ada sidik jari perempuan itu ada di tubuh Nara. '' Arsen berusaha menahan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun kepalanya. Ingin rasanya ia menyeret perempuan hina itu dan melakukan seperti yang sudah Sandara lakukan pada kekasihnya.

Lucas terdiam tanpa berniat membalas ucapan Arsen. Kalau pun jika ia membela Sandara, pasti melayang sudah nyawa pria itu di tangan Arsen.

''Lalu, apa rencanamu sekarang? Mau nikahin dia terus balas dendam gitu?'' entah bagaimana Lucas bisa mengetahui pikiran Arsen.

''Kau sudah tahu jawabannya.'' senyum seringai menghiasi wajah Arsen.

''Pernikahan itu bukan permainan Sen, janji sehidup semati dengan orang yang kita cintai dan membangun keluarga yang bahagia.''

''Tahu apa kau tentang pernikahan?'' ucap Arsen meremehkan.

Sekarang, hatinya Arsen seolah sudah di tutupi dengan rasa marah dan benci. Tidak ada lagi senyuman yang biasa pria itu lemparkan pada karyawannya. Hanya ada amukan serta makian hingga membuat para karyawan bingun dengan tingkah laku boss nya itu.

Arsen melirik jam yang ada di pergelangan tangan nya yang menunjukan pukul empat sore. Ia lantas bangkit dari tempat duduknya dan berkata.

''Siapkan mobilku sekarang. Aku akan melamar perempuan hina itu sekarang.'' ucap Arsen seraya melengos ke luar ruangan. Di susul Lucas yang mempercepat langkahnya mengejar Arsen.

*

*

''Ehemm... Jadi, Tuan Arsen ingin menikahi salah satu putriku?'' tanya Hendi, Ayah Sandara. Ia tidak percaya bahwa salah satu Tuan Muda yang ada dikotanya ini mau menikahi putrinya.

Setelah sampai dirumah Sandara, tanpa berbasa-basi. Arsen segera menyampaikan alasan kedatanganya.

Sementara itu, Ibu dan saudara tiri Sandara nampak membulatkan bola matanya, saat mendengar ucapan Arsen. Senyum terukir jelas di wajah mereka. Menyiratkan kebahagian yang besar. Menikah dengan salah satu Tuan Muda kaya raya adalah impiannya semua para wanita. Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh di sia-siakan.

''Akhirnya Bu, aku akan menikah dengan Arsen.'' ujar Elya. Saudara tiri Sandara yang hanya terpaut beberapa bulan lebih muda darinya.

Elya berucap berbisik kepada Ibunya dengan wajah berbinar.

Impiannya akan menjadi kenyataan. Menjadi Nyonya Arsen dan memiliki uang yang melimpah ruah. Serta mempunyai suami yang tampan nan gagah. Perfect!. Batin Elya.

''Tentu saja sayang, lelaki mana yang bisa menolak kecantikan mu?'' Seringai Reni seraya mencolek dagu Elya.

''Jadi... Apakah kamu menikah dengan Tuan Arsen. El?'' tanya Hendi mengalihkan pandangan nya ke arah Elya.

''Tentu sa---"

Baru saja Elya akan menjawab pertanyaan Ayahnya. Tetapi, suara Arsen menghentikan ucapannya.

"Bukan dia yang akan aku nikahi.''

Ucapan Arsen membuat hati Elsa seolah dilambungkan tinggi lalu di jatuhkan saat itu juga. Kaget? Tentu saja. Ia pikir Arsen akan menikahinya. Jika bukan dia, apakah Sandara yang akan dinikahi pria itu? Elya mengeram kesal. Membuat tingkat level kebenciannya kepada Sandara meningkat. Selalu saja ia dikalahkan oleh perempuan itu.

Senyum yang sempat Elya sematkan pada wajahnya seakan lenyap tak berbekas mendengar ucapan Arsen. Begitu juga Reni, padahal ia berharap mempunyai menantu kaya yang akan memberinya uang untuk bermain dengan teman sosialita.

''Tapi dia.'' tunjuk Arsen pada seorang perempuan yang menyembul dibalik pintu masuk.

Membuat semua orang yang ada diruangan itu mengikut arah yang di tunjuk Arsen. Gadis nampak acuh tak mempedulikan pandangan semua orang kepadanya. Ia hendak menaiki tangga tetapi Sang Ayah berkata.

''Sandara, kemarilah ada kabar baik untukmu.'' kata Hendi seraya mengulas senyum.

Sandara membalikkan badan dan menghampiri semua orang dan ikut mendaratkan tubuhnya di sofa. Ia mengalihkan pandangan pada Ibu Saudara tirinya. Mereka mengirimkan tatapan tajam padanya. Ia berpikir lelaki yang tengah duduk berhadapan dengannya itu adalah kekasih Elya dan telah menganggunya. Sehingga Elya menatap benci saat ia ikut dirinya ikut bergabung.

Arsen menahan nafasnya mencoba mengontrol diri agar tidak kehilangan kendali saat Sandara duduk tepat dihadapannya. Ia menetralkan ekspresinya.

''Ada apa, Yah?'' tanya Sandara tanpa basa-basi.

''Persiapkan dirimu. Besok kau akan menikah dengan Tuan Arsen.'' ujar Hendi tegas.

Nadira terkejut mendengar perkataan Ayahnya. Ia masih muda dan masih ingin mencari pekerjaan untuk kebutuhan nya dimasa depan. Bagaimana mungkin pria dingin dan berwajah datar di hadapannya ini mau menikah dengannya. Ia sama sekali tak mengenal pria ini, kenapa tiba-tiba ingin menikahinya. Pikir Sandara.

''Apakah Ayah ingin menjualku? Apa perusahaan ayah bangkrut dan berniat menjualku untuk kepentingan ayah sendiri?'' Pertanyaan Sandara lemparkan pada Ayahnya dengan berapi-api. Matanya berkaca-kaca, selama ini dirinya tidak dianggap oleh Ayahnya. Selama ini, Ayahnya hanya memikirkan ibu dan saudara tirinya saja. Tidak pernah sekalipun Ayahnya hanya untuk sekedar bertanya Sedang apa?, sudah makan belum?. Ayah kandung rasa Ayah tiri. Batinnya.

''Jaga bicaramu!'' ini adalah permintaan dari Tuan Arsen.'' bentak Hendi.

Sandara merapatkan bibirnya tanpa membalas ucapan Ayahnya. Ia hanya bisa pasrah, mau menentang pun percuma. Ia hanyalah gadis biasa yang tidak punya kuasa atas dirinya sendiri. Seolah-olah ia hanya dijadikan boneka oleh Ayahnya.

'Dasar perempuan munafik, lihat saja. Aku akan membuatmu mengalami penderitaan yang belum pernah kau rasakan. Aku tidak akan mengampuni mu begitu saja.' batin Arsen muak melihat sandiwara yang di mainkan oleh Sandara.

--------------

Halo temen-temen terimakasih udah mau baca di ceritaku. Ini adalah novel pertama yang aku tulis, jadi maaf kalo tulisannya masih acak-acakan.