1 Bab 1

Dzulfikar atau biasa di panggil Dzul lelaki tinggi nan gagah yang lahir dari keluarga miskin, Parasnya cukup baik sikapnya baik dan selalu membantu sesama manusia.

Perekonomian keluarga Dzul sedang buruk ayah Dzul yang bekerja sebagai petani dan ibunya hanya buruh sabut. Walau begitu Dzul senantiasa membantu bekerja sebagai buruh bangunan.

Kuliah Dzul sekarang sudah lulus dari perkuliahan, walaupun dia dari keluarga yang miskin tapi kecerdasan dan kepintaran Dzul sangat jauh berbeda dari kehidupannya.

=======

Dzulfikar

Umur 20.

Sikap sangat baik.

Pagi ini paman Dzul mengunjungi rumahnya Karna ada yang ingin di bicarakan dengan Dzul soal pekerjaan.

"Bekerja di perusahaan teman paman?!!"Dzul.

"Iya bagaimana kamu mau kan? Gajinya lumayan loh 5× lipat dari gaji sebagai buruh bangunan"Paman Dzul.

"Tapi ibu bakal setuju gak yah?"Dzul yang terlihat cemas karena takut tidak di setujui.

Wajah Dzul seketika berubah menjadi cemas dia seperti sedang memikirkan sesuatu, dia ingin sekali bekerja di perusahaan itu tapi takut keluarganya tidak menyetujuinya untuk bekerja di perusahaan itu.

Walau begitu Dzul harus bisa meyakinkan mereka kalau Dzul pantas bekerja di perusahaan itu, dia segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi keluar dari kamarnya. Seketika pamannya mengangap.

Karna ayah Dzul sekarang sedang bekerja di sawah tetangganya mungkin akan sangat sore ayahnya pulang, Dzul segera menghampiri ibunya yang sedang membuat tape singkong walaupun bekerja sebagai buruh sabut tapi ibunya juga bekerja menjual tape singkong.

Dzul duduk di berhadapan dengan ibunya, dia duduk bersila tangan ibunya yang sedang membungkus tapi dia langsung tarik.

Dia menarik napas perlahan-lahan dan segera mengatakan bekerja di perusahaan.

"Emangnya bekerja di perusahaan itu gak bayar?"ibunya.

"Enggak Bu kata paman juga gak bayar! Ibu setuju Dzul bekerja di perusahaan itu lumayan Bu gajinya 5× lipat dari gaji sebagai buruh bangunan!"Dzul.

"Ibu gak akan setuju secepat itu nak! kamu harus menunggu ayahmu dulu nanti ayah setuju atau tidak!"Ibunya berbicara dengan mengelus kepalanya.

Dzul seketika membungkukkan kepalanya dan terlihat muram, wajahnya takut akan ayahnya yang tidak menyetujuinya untuk bekerja di perusahaan. Dia bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Dzul memang sudah lama ingin sekali bekerja di perusahaan agar dia bisa membantu perekonomian keluarganya dan bisa membiayai sekolah adiknya. Adik Dzul bernama Zizah dia baru saja kelas 2 SMA.

Zizah mempunyai sikap yang sama baiknya dengan kakaknya itu (Dzul) Kepintaran dan kecerdasannya sama dengan Dzul pernah sekali Zizah memenangkan Lomba matematika yang di adakan di seluruh kabupatennya.

Tentu saja Zizah membuat harum nama sekolahnya, dia pulang ke rumahnya membawa piala besar ibunya sangat bangga mempunyai dua anak yang sangat pintar dan berbakti kepada orang tuanya.

"Bagaimana ibumu setuju kamu bekerja di perusahaan itu?"Paman.

"Belum!, Dzul hanya bisa berdoa pada Allah biar bapak setuju Dzul bekerja di perusahaan itu"Dzul yang menyondorkan pundaknya ke belakang pintu dan wajahnya terlihat cemas.

"Ya sudah kalau begitu nanti kalau semuanya sudah setuju paman bawa kamu ke perusahaan itu, kamu itu udah besar udah waktunya berganti propesi. Nih nomer telpon paman nanti kalau semuanya udah OK kamu telepon paman"Pamannya yang berbicara sambil meletakkan kertas yang berisi nomer telpon.

Seketika pamannya langsung keluar dari kamarnya dan berpamitan dengan ibu Dzul, terdengar dari dalam kamar Dzul pamannya berpamitan pada ibu Dzul.

Dzul merenung diam sambil memegang kertas berisi nomer telpon itu, seketika ibunya masuk ke kamarnya.

"Ibu pasti setuju kok kamu bekerja di perusahaan itu, walau bapakmu itu mungkin bakal susah di bujuknya tapi kamu harus terus membujuknya buat nyetujui kamu bekerja di perusahaan itu, yakinkan bapakmu itu kalau udah saatnya Dzul ganti pekerjaan"Ibunya yang berbicara sembari tersenyum.

Seketika wajah Dzul kembali cerah dan membuatnya tersenyum manis.

"Assalamualaikum"Terdengar suara perempuan dari luar rumah.

"Waalaikumsalam"dzul dan ibu menjawab.

Ibunya langsung ke luar dari kamar Dzul dan memastikan itu siapa, Dzul sudah tahu kalau itu adalah Zahra teman dzul dari kecil.

"Dzulnya ada gak Bu?"Zahra.

"Ada kok di dalam kamar, sana temui dzul dia lagi duduk di kursi"Ibunya.

Zahra masuk ke kamar Dzul dan duduk di kasur yang tadi ibunya duduki, tangan Zahra mencomot kertas yang sedang di pegang Dzul. Dia melihat nomer yang tertulis di dalam kertas itu alis wajahnya seketika naik.

"nomer siapa ini Dzul?!"Zahra yang berbicara dengan nada sedikit Tinggi.

"nomer telepon itu!"Dzul.

"iya aku tahu ini nomer telepon!!, tapi nomer siapa?!"Zahra. "Jangan jangan ini nomer perempuan yah?!!"Zahra.

"Kalau iya emangnya kenapa?!"Dzul yang sedikit bercanda. "Kamu cemburu yah zah?!"Dzul.

Seketika pipinya Zahra memerah dan telinganya memerah juga, dia berhenti menggerakkan bibirnya itu. Dia memberikan keras itu ke Dzul kembali Zahra segera mengangkat kakinya dan keluar dari kamar Dzul.

Dzul hanya tertawa kecil dia hanya melihat Zahra yang sepertinya tersipu malu.

"Ini nomer pamanku"dzul.

Zahra menoleh kebelakang dan wajahnya kembali normal, tapi hatinya masih malu dia mengangkat kedua tangannya ke dadanya dan saling mengepal.

"Bo-bodo amat"Zahra berbicara sembari mendengus.

Zahra langsung meninggalkan dzul dan berpamitan dengan ibunya Dzul.

"Ya Allah semoga bapak setuju yah Allah"batin Dzul.

Sore Jam 16.24

"Assalamualaikum"Terdengan suara lelaki tua dari luar rumahnya.

"Waalaikumsalam"semua menjawab.

Sudah tentu itu bapaknya Dzul yang sudah pulang dari sawah, seketika jantung Dzul berdetak kencang dan membuatnya cemas akan bapaknya yang tidak setuju.

Ayahnya segera duduk mengumpul bersama semua orang, seketika semua orang terdiam adiknya pun si Zizah terdiam dia tidak tahu apa apa.

"Lah katanya mau bicara Bu! kok diam saja"ayahnya.

"Ini pak Dzul katanya ingi.."ibunya.

"Dzul mau bekerja di perusahaan temannya paman pak, dzul mohon bapak setuju"timpal dzul, dia menarik tangan bapaknya.

Bapaknya kaget dan terdiam, bapaknya pun tertawa mendengar perkataan Dzul itu.

"Kamu mau bekerja? yah bekerja aja aja Dzul tapi ingat pekerjaannya itu baik atau enggak?"Bapak.

"Tentu saja baik lah pak, paman juga kan yang nawarinya sudah pasti baik dan benar"Dzul.

Dzul anaknya sangat pintar tentang pelajaran agamanya dia mempunyai pengajian yang dia urus, banyak muridnya yang mengaji di Dzul.

"Tapi masalahnya siapa yang bakal ngurusin pengajian mu ini Dzul"bapaknya.

Dzul terdiam dan melepaskan tangan bapaknya, benar juga yang di katakan bapaknya itu siapa yang bakalan mengurus pengajiannya itu.

Dzul tidak mungkin meninggalkan pengajiannya itu, dia tidak mungkin meninggalkan murid murid kesayangannya.

Dia juga tidak mau meninggalkan perintah Allah.

"Zizah aja pak!!"Zizah yang langsung berbicara.

Bapaknya membuat senyuman kecil ke Zizah.

"Emang Zizah bisa mengajar murid murid Mas mu itu?"bapak.

"Dengan tekad dan Kemauan Zizah pasti bisa pak"Zizah.

Bapaknya bangkit dari tempat duduknya dan menuju kamar.

"Pak gimana pak? bapak setuju"Dzul.

"Nanti bapak pikiran lagi"Bapak.

Semuanya bubar dan masuk ke kamar masing masing Karna hari sudah mulai gelap, dan Karna sudah adzan Maghrib semuanya seperti biasa berkumpul di ruang tengah untuk menunaikan shalat berjamaah.

Semuanya sudah menunaikan shalat Maghrib Dzul dan Zizah mencium tangan bapak dan ibunya seperti biasanya.

Di pikiran Dzul dia hanya ingin bapaknya segera menyetujuinya, Dia terus berdoa pada Allah.

Sementara itu juga Zizah berdoa agar bapaknya menyetujuinya karna dia tidak mau mas nya itu bekerja sebagai kuli bangunan terus.

Bapaknya segera berbalik ke arah belakang dan berhadapan dengan dzul, Bapaknya segera memegang tangan dzul dan mengusapnya.

"Yaudah bapak setuju!, tapi ingat jangan terlalu Pokus dengan pekerjaan mu itu sampai-sampai Dzul lupa dengan bapak, ibu juga zizah"bapak.

Wajah Dzul kembali cerah dan membuat senyumannya timbul, dzul langsung memeluk bapaknya dan menangis haru. Dia berterimakasih karena bapaknya sudah mau menyetujuinya untuk bekerja di perusahaan itu.

Ibu dan Zizah pun ikut senang dan bersyukur, Semua orang di situ bahagia.

"Paman besok paman datang yah ke rumah"Dzul yang menelepon pamannya dan bersemangat.

....

avataravatar
Next chapter