webnovel

Momen Paling Menyakitkan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Perlakuan pria itu memang kurang menyenangkan bagi Yan Xiruo. Pria itu dengan acuh berjalan menuju kamar mandi. Sebelum memasuki kamar mandi, ia berkata, "Hei, sebaiknya kamu berpikir dulu, kenapa semalam kamu bisa ada di kamar ini?"

Seketika Yan Xiruo tertegun. Ia menggenggam kepalanya yang berat dan berusaha mengingat kembali hal yang telah terjadi pada kemarin malam.

Pada acara pernikahan semalam, Yan Xiruo sedang dalam keadaan mabuk karena meminum bir terlalu banyak. Dalam keadaan tidak sadar, ia pun dibawa ke kamar presidential suite yang sudah dipesan oleh Lu Jingchen terlebih dahulu.

Saat pria ini mulai memeluk dan menciumnya, ia sempat tersadar sedikit dari kondisi mabuknya. Saat itu, ia merasa bahwa pria itu adalah Lu Jingcheng. Lagi pula saat itu ia sedang dalam kondisi mabuk, tentu kesadarannya masih tidak karuan. Yan Xiruo tidak terpikir bahwa ia telah menghabiskan malam pertamanya bersama pria lain.

Dengan serpihan ingatan semalam, sepertinya pria ini tidak memaksanya bermain dengannya...

Yan Xiruo menutup wajahnya dengan telapak tangan, butiran air mata mulai mengalir keluar dari jari-jarinya.

'Bagaimana mungkin kejadian ini bisa terjadi?' Dengan perasaan semacam ini, Yan Xiruo tidak lagi berani berada dalam kamar itu lama-lama. Ia segera melarikan diri dari kamar itu.

Setelah melewati pintu kamar ini, ia berhenti sejenak untuk melihat ke arah nomor kamar itu. Ya, tulisannya benar tertulis nomor 8088, tidak salah! Kamar ini adalah kamar yang dipesan oleh Lu Jingcheng!

Ia pun melanjutkan langkahnya lebih cepat memasuki elevator hotel ini. Ia memeluk erat badannya yang gemetaran dan menundukkan kepala. Selain itu, giginya yang putih bersih juga menggigit bibir bagian bawah dengan kuat. Penampilannya saat ini terlihat semakin menyedihkan, karena wajahnya pucat bagaikan sehelai kertas putih.

Elevatornya segera berhenti setelah menuruni beberapa lantai di hotel ini. Begitu pintu elevatornya dibuka, seketika suara lembut itu terdengar di telinganya, "Sayangku, semalam adalah malam pernikahanmu. Anehnya kamu malah bersamaku semalaman, pengantin perempuanmu tidak protes?"

"Kamu kira aku menikahi dia karena cinta? Kakekku telah berkata, jika aku tidak menikah dengan perempuan itu, maka aku tidak akan bisa menjadi direktur perusahaan milik Keluarga Lu. Kamu kira aku akan menikah dengan anak pembantu itu?" Kata Lu Jingchen sambil meledek.

"Betul juga, anak seorang pembantu. Bagaimana bisa mendampingi Tuan Muda Lu yang tampan dan gagah." Sebelum kata-katanya berakhir, gadis yang bersama Lu Jingchen itu langsung melihat Yan Xiruo yang matanya tampak merah. Yan Xiruo tampak menakutkan karena amarah dan wajahnya yang pucat. Seketika gadis itu merasa terkejut melihatnya.

Gadis itu paham bahwa ia telah menghadiri acara pernikahan Lu Jingchen dan Yan Xiruo semalam. Tentu, ia tahu dengan jelas pengantin perempuan Lu Jingchen ini.

Ketika Lu Jingchen memasuki elevator sambil memeluk gadis di sampingnya, ia juga sudah melihat Yan Xiruo yang rambutnya berantakan bagaikan hantu menatapnya.

Tatapan Yan Xiruo mengarah ke tangan Lu Jingchen yang diletakkan di pinggang gadis itu. Seketika pupil matanya menyusut, hatinya merasa telah ditusuk oleh pisau tajam.

Seketika Yan Xiruo teringat saat dirinya masih berumur 15 tahun. Saat perjalanan pulang sekolah, ia diganggu oleh beberapa anak berandalan. Pada saat itulah ia diselamatkan oleh Lu Jingchen. Di tengah perkelahian, lengan Lu Jingchen tergores oleh pisau kecil. Melihat baju putihnya mulai berlumuran dengan darah, hatinya pun ikut luluh kepada Lu Jingchen. Ia seperti melihat pahlawannya.

Berbeda dengan beberapa tahun ini, Lu Jingchen sudah menjadi idaman para gadis seumurannya. Di sekitarnya selalu ada gadis yang mendekatinya. Yan Xiruo kira setelah mereka menikah, Lu Jingchen akan mengurangi perilaku yang seperti ini dan akan memperlakukannya dengan setia. Namun nyatanya, Lu Jingchen menikahinya hanya dengan tujuan agar bisa sukses menjadi direktur di perusahaan keluarga Lu.

Yan Xiruo merasa dirinya sungguh konyol dan tampak naif dihadapan Lu Jingchen!

Kedua tangan Yan Xiruo menggenggam erat menjadi kepalan tangan. Seketika kuku tangannya tertancap di telapak tangannya seakan menembus kulitnya yang halus. Anehnya ia tidak merasa kesakitan sedikitpun. Tentu saja, luka di hatinya lebih terasa sakit ketimbang hal sekecil itu.

Setelah memalingkan pikirannya pada ingatan masa lalunya dan kembali melihat Lu Jingchen. Yan Xiruo hanya bisa mengedipkan matanya yang berlinangan air mata. Ia mengucilkan diri dengan berjalan mundur ke sudut elevator dan tidak mengatakan apapun.

Lu Jingchen hanya melihat Yan Xiruo yang bersedih. Ia sadar istrinya itu sedih karena melihatnya berpelukan dengan perempuan lain. Anehnya Yan Xiruo tidak bertanya-tanya dengan teriakan yang keras ataupun menunjukkan rasa sakit hatinya dengan cara menangis. Sebaliknya, Lu Jingchen justru terlihat tenang bagaikan danau di musim semi. Hal ini membuat Yan Xiruo merasakan sedikit keresahan yang tergambar di matanya.

Sayangnya, bagi Lu Jingchen, Yan Xiruo sama seperti perempuan pada umumnya. Yan Xiruo menikah dengannya juga karena menginginkan harta keluarga Lu, bukan? Dengan Mengandalkan kasih sayang Kakeknya, Yan Xiruo berniat menjadi Nyonya Lu yang sesungguhnya. Memikirkan hal itu membuat Lu Jingchen tidak akan membiarkannya semudah itu.

Memang benar mereka sudah menikah, namun mereka tidak bersatu secara batin. Lu Jingchen bersumpah tidak akan menyentuh Yan Xiruo sebagai pasangan suami istri. Ia akan membuatnya melewati masa hidupnya bagaikan perempuan yang tidak memiliki suami.

"Ding..." Suara elevator yang akhirnya berbunyi menandakan telah sampai ke lantai satu, Yan Xiruo berlari keluar dari elevator tersebut dengan kesedihan yang besar. Ia sama sekali tidak melihat Lu Jingcheng dan gadis yang dipeluknya sekarang.