webnovel

Twins

“Auw,” Cinta berteriak setelah dia menampar pipinya sendiri.

Tadi Cinta sudah mencubit pipinya, kemudian barusan Cinta menampar dirinya sendiri. Keduanya terasa sakit, bahkan pipinya kini memerah. Tapi tetap saja, Cinta masih tidak mengerti apa yang baru dialaminya.

Cinta amat sangat yakin kalau dia sudah meninggal tertabrak truk besar. Tapi lihatlah sekarang, dirinya masih hidup dan sehat. Yah, walau tubuhnya terasa remuk. Tapi Cinta hidup, dia bernapas.

"Apa ini surga?" gumamnya seorang diri.

"Tapi masa surganya seperti kamar kosku gini sih?" Cinta menggeleng menolak ide itu.

“Apa aku seperti yang ada di manhwa (komik Korea)? Isekai (genre komik/anime)? Time travel?” celoteh Cinta masih seorang diri.

Cinta tahu apa yang dikataknnya barusan sangatlah tidak masuk akal, tapi hanya itu saja yang bisa dipikirkan Cinta. Dia yang suka membaca komik online, tentu hanya bisa menghubungkan keadaannya seperti yang ada dalam komik. Dimana pemeran utamanya mengulang hidup, bereinkarnasi ke dunia lain setelah meninggal atau ditarik ke dunia lain dan sebagainya.

Tatapan Cinta beralih dari aplikasi komik onlinenya ke arah jam dan tanggal yang tertulis di ponselnya. Tidak salah lagi, Cinta amat sangat yakin dia kembali ke waktu tiga tahun lalu.

Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri, Cinta mengingat apa saja yang terjadi pada tanggal ini tiga tahun lalu. Dia mengingat bulan april tiga tahun lalu dia sempat kena virus chikungunya.

Itu adalah penyakit menyebalkan yang membuat nyaris skujur tubuhnya sakit, akibat ulah nyamuk ‘Aedes Aegypti’. Nyamuk yang juga menyebabkan demam berdarah dan bahkan punya gejala yang mirip.

Seingat Cinta, dia sampai izin sakit selama seminggu karena tidak kuat menanggung sakitnya. Kemudian saat sudah hampir sembuh, Cinta mendapat telepon dari rekan kantornya, sahabatnya dan juga Eden.

Cinta langsung lesu begitu nama Eden teringat. Kalau Cinta memang kembali ke masa lalu setelah kematiannya, maka itu artinya perselingkuhan Eden dan Oliv adalah nyata. Dan andai semua itu hanyalah mimpi, Cinta akan merasa sangat lega.

Getaran ponselnya, membuat Cinta terlonjak. Bahkan ponselnya sampai terjatuh ke atas ranjangnya.

“Halo, Ta. Masih sakit ya?” tanya Maya rekan kerja Cinta.

“Iya nih, May. Sorry ya, padahal kamu juga mau cuti kan?” Cinta balik bertanya pada rekan kerja di salah satu bank swasta itu.

“Gak apa-apalah, Ta. Kan gak ada orang yang mau sakit. Istirahat saja, pasti kamu juga repot kan karena tinggal sendiri.”

Cinta tersenyum tipis mendengar tanggapan Maya. Seingat Cinta, itu pula yang dulu dikatakan Maya. Ingatan Cinta yang kuat, membuatnya bisa mengingat banyak hal dari kehidupan sebelumnya.

Ya. Walau sangat tidak masuk akal, Cinta mulai menerima kalau dia benar-benar mengulang waktu. Keyakinan itu makin kuat ketika dia melihat nama Eden tertera dilayar ponselnya, setelah sebelumnya ada dua sahabat Cinta yang menelepon. Semudah itu Cinta percaya pada teorinya.

“Halo,” jawab Cinta ragu-ragu.

“Sayang? Aku dengar dari Oliv, katanya kamu sakit ya?” tanya suara bariton yang terdengar lembut dan dirindukan Cinta.

Cinta menahan napasnya ketika mendengar kata-kata yang sama dengan yang dulu pernah diucapkan Eden padanya. Dan baru kali ini Cinta memikirkannya, kenapa Eden bisa tahu dari Oliv? Kenapa mereka berdua bisa saling menghubungi?

“Kamu menelepon Oliv?” tanya Cinta dengan suara serak berusaha menahan tangis.

“Dia yang duluan mengirim chat padaku,” jawab Eden santai. “Katanya sudah hampir seminggu. Kok gak ngomong sih?” tanya Eden lebih lembut.

“Soalnya gak berat kok. Aku gak mau buat kamu khawatir,” jawab Cinta seperti dikehidupan lalu.

“Kalau gak berat kenapa nangis?”

Cinta mengernyit mendengar pertanyaan Eden. Seingatnya, dulu Eden tidak menanyakan ini. Dulu dia hanya memberi nasihat dan menyuruh Cinta istirahat, padahal saat itu dia pura-pura nangis agar Eden mau datang menjenguk.

“Sayang? Sakit banget ya?” Eden bertanya lagi ketika Cinta tidak menjawab.

“Aku... katanya kena chikungunya,” jawab Cinta ragu-ragu. “Semua sendi di tubuhku rasanya sakit, tapi sudah agak baikan.”

“Astaga. Separah itu kok gak bilang-bilang?” protes Eden penuh perhatian. “Kalau bisa nanti aku cepat pulang jengukin kamu. Soalnya sekarang jam makan siang sudah mau habis.”

Cinta hanya berdehem saja sebagai jawaban dan itu membuat Eden makin khawatir. Pria itu bahkan menawarkan untuk membelikan makan siang, tapi ditolak dengan halus oleh Cinta. Dia beralasan sudah memesan lewat aplikasi.

“Ya, udah. Nanti aku pasti singgah,” akhirnya Eden menyerah membujuk kekasihnya itu dengan sejuta janji. Entah itu janji palsu seperti partai politik atau bukan, Cinta juga tidak tahu.

“Ada yang sedikit berubah,” bisik Cinta pada dirinya sendiri setelah Eden menutup teleponnya.

Cinta amat sangat yakin dulu waktu dia sakit Eden tidak seperti itu. Seingat Cinta dulu ketika dirinya sakit, dia perlu merengek dan sedikit memaksa barulah Eden mau membuat janji seperti akan datang menjenguknya. Itupun belum tentu ditepati.

Sekarang? Cinta baru terisak sedikit saja Eden sudah berjanji akan menjenguk, bahkan menawarkan untuk membelikan makan siang. Jelas ada perubahan, walau hanya sedikit saja.

“Apa artinya kalau aku berjuang lebih keras dia akan kembali padaku?” tanya Cinta pada dirinya sendiri.

Ya, mungkin saja terjadi kan? Mungkin saja ada sifat atau hal yang tidak disukai Eden darinya, sehingga pria itu memutuskan untuk berselingkuh bukan?

“Jangan memutuskan sesuatu hanya karena ada sedikit perubahan, Ta. Kamu harus mengamatinya lagi.” Cinta mengangguk setuju dengan pemikirannya.

Benar. Setidaknya Cinta harus mengamati dulu, sebelum menentukan langkah apa yang harus diambil. Minimal dia juga perlu melakukan beberapa hal untuk membuktikan teorinya. Cinta tidak ingin salah melangkah dan membuatnya sakit hati lagi.

Baru juga Cinta berpikir sebentar, tapi nyatanya sudah lima belas menit berlalu. Dan yang menyadarkannya adalah denting singkat pada ponselnya. Rupanya Eden mengirimkan pesan.

[Sayang: Aku mengirimkan es krim kesukaanmu. Kurir gantengnya segera datang, ditunggu ya.]

Cinta mengernyit membaca pesan dari Eden. Siapa yang pria itu maksud dengan kurir ganteng?

“Dia tidak bolos dan datang membawakanku es krim kan?” bisik Cinta pada dirinya sendiri.

“Ah, gak mungkin.” Cinta segera menggeleng cepat, membuat kepalanya kembali berdenyut.

Eden si workaholic tidak mungkin bolos kerja, hanya untuk mengantarkannya es krim. Itulah yang Cinta ketahui selama mengenal kekasihnya itu.

Belum juga 30 menit berlalu sejak Cinta membaca pesan Eden, dia yang baru saja ingin membuka kotak makanan yang dipesannya lewat aplikasi mendesah pelan. Suara ketukan di pintu kamar kosnya, membuat Cinta harus menghentikan kegiatannya terlebih dulu.

“Eden?” pekik Cinta ketika pintunya terbuka. “Bukannya kamu bilang gak bisa keluar kantor karena jam makan siang sudah lewat?” tanya Cinta sangat bingung.

“Ehm.” Pria yang berdiri di depan Cinta, menggaruk leher tepat dibawah telinga dengan gerakan yang sangat canggung.

“Sorry jika harus mengecewakan, tapi... saya bukan Eden.”

“Hah?”

“Saya kembarannya Eden.” Pria itu mengulurkan tangannya pada Cinta.

“Kenalin, saya Ezra.”

***To Be Continued***