webnovel

Bertengkar Lagi

“Yah. Kok bisa dinas luar kota selama itu sih?” tanya Cinta lewat sambungan telepon pada kekasihnya.

“Mau diapa lagi, Sayang. Namanya juga masih anak buah. Kalau disuruh ya terpaksa harus diikuti,” jawab Eden dengan nada sedih.

“Terus kapan berangkatnya?” Cinta kembali bertanya dengan bibir maju 2 senti. Dia cemberut karena sudah terlanjur ambil cuti untuk jalan dengan Eden.

“Baru besok sih. Jadi sebelum aku berangkat, kita masih bisa kencan sebentar malam. Gimana?”

“Mau dong, tapi hari ini biar aku yang jemput kamu ya. Mumpung aku bisa keluar kantor sedikit lebih cepat,” Cinta memekik antusias.

Eden tidak langsung menjawab dan itu membuat antusiasme Cinta jadi menghilang. Untungnya tidak berlangsung lama karena pria itu segera mengiyakan, tapi tetap saja Cinta merasa ada sesuatu yang aneh.

Dan karena merasa hal itulah, Cinta yang memang punya rencana datang lebih cepat ke kantor Eden, memajukan lagi jam kedatangannya. Tapi karena jalanan sedang macet, dia sampai di kantor Eden hanya 5 menit lebih cepat dari rencana. Tapi itu sudah cukup karena begitu Cinta memasuki gedung, dia melihat Oliv.

“Oliv?” Cinta meneriaki sahabatnya itu.

“Ci… Cinta?” Oliv terlihat kaget dengan kehadiran Cinta di kantornya itu. “Ngapain kamu di sini?”

“Aku yang harusnya tanya loh. Ini kan kantornya Eden,” jawab Cinta berusaha terlihat biasa saja.

“Oh, ya. Ini juga kantorku. Maksudku kami satu gedung kantor.” Oliv tersenyum menjawab Cinta, tapi dalam hati dia mengumpat.

Ini semua gara-gara Eden yang tidak mau memutuskan Cinta. Padahal jelas sekali kalau Eden lebih menikmati waktu dengan dirinya (terutama ketika sedang bercinta), ketimbang dengan Cinta. Jadi Oliv sama sekali tidak mengerti kenapa Eden tidak juga mau putus dengan Cinta dan menyembunyikan hubungan mereka.

“Kamu mungkin gak tahu, tapi di gedung ini ada lebih dari satu perusahaan. Kami segedung, tapi kerja untuk perusahaan yang berbeda,” jawab Oliv setengah berbohong.

Gedung yang dimaksud memang disewakan untuk gedung perkantoran. Dan memang ada lebih dari satu perusahaan di sana, tapi Oliv dan Eden bekerja untuk perusahaan yang sama. Atas permintaan Eden, Oliv wajib berbohong soal tempat kerjanya.

“Ehm, aku hari ini resign dari tempat kerjaku kok. Makanya aku hari ini pengen pulang cepat. Males tinggal di kantor.” Oliv mengedikkan bahu dengan santai, seolah kebohongan yang dikatakannya bukanlah apa-apa.

Cinta yang terlalu baik, percaya begitu saja pada kebohongan Oliv. Setidaknya Cinta yakin, dua orang dari perusahaan berbeda tentunya tidak begitu leluasa untuk beremu. Apalagi kalau keduanya dan terutama Eden sibuk. Walau masih curiga, Cinta percaya Oliv dan Eden tidak akan semudah itu berinteraksi.

Cinta berusaha percaya pada Eden, tapi nyatanya sangat sulit melakukan itu. Apalagi dikehidupan yang sebelumnya, Cinta juga sudah memberikan kepercayaan penuh dan tetap dikhianati.

“Aku tadi ketemu, Oliv,” akhirnya Cinta menyuarakan apa yang sedari tadi mengganggunya. Dan reaksi Eden membuat Cinta menyipit tidak suka.

Eden baru menyendok makanannya ketika Cinta mengatakan hal itu. Dia tersedak dan buru-buru minum air, terlihat sangat jelas kalau dia sangat gugup.

“Ketemu Oliv? Kok bisa?” Eden masih terdengar sedikit gugup ketika bertanya.

“Aku tiba di kantormu sekitar 20 menit lebih cepat. Kebetulan waktu itu Oliv baru mau pulang. Kok kalian gak bilang kalau sekantor?” tanya Cinta berusaha untuk tenang.

“Ka... Kami gak sekantor. Cuma segedung.”

“Ah, ya maksudku itu.” Cinta mengangguk pura-pura terkekeh. “Maksudku itu. Kenapa kalian gak pernah bilang kalau ternyata kerja di gedung yang sama?”

“Menurutku itu tidak penting. Lagipula sepertinya dia baru.”

“Baru? Baru kerja di sana? Tapi perasaan tadi Oliv bilang sudah mau resign.” Eden lagsung terbatuk mendengar pernyataan Cinta.

“Oh, udah mau resign? Aku pikir dia baru karena aku baru melihatny beberapa bulan ini,” jawab Eden berusaha menutupi kegugupannya, tapi entah bagaimana Cinta menyadarinya.

Mungkin ini ya yang dinamakan insting seorang wanita ya? Cinta jadi bisa merasakan kalau Eden ternyata banyak berbohong, tapi kenapa dulu dia tidak pernah merasakan hal seperti ini? Apa karena dia begitu bodoh? Atau karena dia terlalu sayang Eden?

“Kok aku merasa kamu gugup ya?” tanpa bisa dicegah, Cinta menyuarakan pikirannya.

“Apa sih maksudmu? Dari tadi kamu nanya yang aneh-aneh saja deh, Ta.” Giliran Eden yang pura-pura terkekeh.

“Aku tidak merasa pertanyaanku aneh, Ed. Aku merasa memang perlu tahu hal-hal yang kutanyakan tadi,” balas Cinta tidak suka dengan reaksi Eden.

“Kamu jadi terdengar terlalu posesif, Sayang. Tidak masalah sih, tapi jangan berlebihan. Oliv kan sahabatmu. Dia tidak mungkin melakukan hal aneh.” Eden tersenyum mengacak pelan rambut Cinta yang masih bisa dia jangkau, walau duduk berseberangan.

“Aku tidak pernah mengatakan kalau dia berbuat aneh, Ed. Dari tadi aku menanyakan kenapa tidak ada yang memberitahuku,” balas Cinta tetap mau berusaha mencari tahu.

Siapa tahu saja perselingkuhan itu sudah terjadi sejak lama, tapi baru muncul ke permukaan menjelang pernikahan Cinta dan Eden kan? Dan kalau diingat-ingat lagi memang Eden dan Oliv baru makin terlihat intens setelah Cinta menerima lamaran Eden.

“Lagipula diluaran sana banyak sahabat yang akhirnya menghancurkan sahabatnya sendiri. Mereka mengambil pacar sahabatnya," tiba-tiba saja Cinta ingin memberitahu hal ini. Dan itu membuat Eden marah.

“Jadi kamu pikir aku selingkuh sama Oliv? Hanya karena kami kerja di gedung kantor yang sama?” tanya Eden terlihat sangat marah.

“Apa aku mengatakan hal seperti itu?” tanya Cinta bingung. “Aku Cuma bilang di luar sana. Dan lagipula yang kutakutkan itu bukan kamu, tapi Oliv.”

“Sama saja kan?” Eden benar-benar marah. Bukan marah karena Cinta mencurigainya, tapi pura-pura marah agar Cinta tak lagi menyudutkannya. Toh ini juga akan segera berakhir dalam lima hari kedepan.

Ya. Selama lima hari yang katanya ada tugas luar kota, nyatanya Eden akan pergi dengan Oliv. Bukan pergi untuk bersenang-senang, tapi Eden akan berusaha untuk mengakhiri hubungan tidak sehatnya dengan Oliv. Setelah itu, Eden akan memperkenalkan Cinta dengan resmi pada orang tuanya. Lalu mereka bisa menikah.

Dan tujuan Eden untuk marah seperti ini hanya untuk menekan Cinta agar tidak banyak tanya lagi. Cara ini biasanya berhasil, tapi siapa sangka kalau kali ini Cinta tidak merasa tertekan. Sebaliknya, Cinta makin banyak bicara.

“Aku heran sama kamu, Ed. Masa aku bertanya aja gak bisa? Lagian aku tanya baik-baik loh.” Cinta memang merasa tersudut. Tapi belajar dari pengalaman yang lalu, Cinta tahu dia harus membalas Eden sampai pria itu yang menyerah.

“Masalahnya pertanyaanmu itu menjurus banget. Seolah kamu sedang menggiring aku buat mengaku dosa, padahal aku gak ngapa-ngapain. Kalau gini caranya mending kita pulang saja sekarang.” Eden berdiri dan segera menuju ke kasir untuk membayar makan malam mereka.

Cinta tercengang melihat kelakuan Eden. “Apa aku terlalu keras?” batin Cinta pada dirinya sendiri.

***To Be Continued***