1 1

Hari ini tampak begitu mendung tapi tak menyulutkan semangat gadis itu untuk mencari pekerjaan. Jangan berpikir bahwa ia adalah seorang sarjana yang baru lulus. Karna nyatanya ia hanyalah seorang gadis desa tamatan SMA. Sulit memang mencari pekerjaan hanya bermodalkan selembar ijazah SMA, tapi mau bagaimana lagi ia tidak memiliki cukup uang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Khiya arshatya seorang gadis yang baru datang dari kampung hanya bermodalkan tekad dan selembar ijazah SMA ingin memperbaiki kehidupan keluarganya dikampung. Adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama harus ia nafkahi. Ayah dan ibunya sudah bercerai sejak umurnya masih lima belas tahun.

Hal ini yang membuat Arsha harus menguburkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan. Tapi ia tak pernah merasa minder atau apapun itu karena baginya sekolah sampai menengah ataspun sudah sangat beruntung dan bersyukur karna banyak anak anak yang belum tentu mendapatkan kesempatan itu.

Dengan niat yang kuat dan harapan yang besar Arsha menyusuri jalan trotoar yang lumayan senggang, sambil sesekali melihat ke sisi kanan berharap ada toko atau warung yang menempelkan informasi bahwa disitu membutuhkan karyawan, tapi sepertinya tidak ada.

Tak memupuskan semangatnya ia terus melangkah hingga tak sengaja matanya menatap selebaran kertas yang tertempel di dinding kaca rumah yang sepertinya tidak dihuni lagi.

Mendekat kearah rumah itu, ia mengambil kertas yang tertempel tersebut dan memembaca isinya.

Dikertas itu tertulis bahwa dibutuhkannya asisten rumah tangga, berpikir sejenak sepertinya menjadi asisten rumah tangga bukan pilihan yang buruk.

Dengan bermodalkan kertas yang berisi alamat tersebut, Arsha berjalan mencari transportasi menuju kesana.

*****

Melihat kembali alamat yang telah ia catat tadi lalu mencocokkan dengan alamat rumah didepannya ini.

Perum. Permata Blok, C8 no4

Ya ini memang alamatnya tapi sepertinya tidak berpenghuni karena rumah ini nampak sepi.

Masih dengan keberanian yang tersisa Arsha memencet bel didepan pagar rumah itu.

Tak lama nampak pagar yang dibuka dari dalam' kirain nggak ada orangnya tadi ' ucap Arsha dalam hati

"Mau cari siapa mbak?" Tanya satpam penjaga rumah itu.

" Oh, eh ini pak saya mau nanya bener nggak ini alamat rumah ini " ujar  Arsha gelagapan sambil menyodorkan kertas yang berada dalam tangannya kepada satpam rumah itu.

"Bener mbak, mbak ada butuh apa ya kesini?" Lagi lagi kalimat tanya yang keluar dari mulut satpam itu membuat Arsha gelagapan.

"Ini katanya disini membutuhkan asisten rumah tangga ya pak?"

"Iya benar, mbak mau melamar ya?"

"Iya pak masih bisa kan?"

"Kayaknya sih masih tapi coba saya tanyakan dulu kedalam, mbak masuk aja tunggu sebentar ya" jawab satpam itu lalu berjalan meninggalkan Arsha sendiri.

Sambil menunggu satpam tadi arsha melihat lihat rumah mewah bergaya klasik di depannya ini.

Mewah

Satu kata tersebut yang terpantri dibenak Arsha kala melihat rumah itu.

Tak lama ia melihat satpam tadi kembali "Mbak disuruh masuk sama mas Arka," ujar satpam itu saat sampai dihadapan Arsha.

"Disuruh masuk nih pak ke dalem?" Tanya Arsha memastikan.

Anggukan dari satpam tersebut membuat Arsha yakin, ia pun berjalan menuju pintu masuk rumah yang ada dihadapannya itu.

Sebelum masuk kedalam Arsha sempat mengucapkan salam, entah agama apapun orang yang mempunyai rumah itu. Tapi salam tetap ia ucapkan sebagai tanda bahwa ia umat muslim.

Tak ada sahutan dari dalam membuat ia melangkahkan kakinya untuk masuk.

"Kamu orang yang di bilang satpam tadi yang mau kerja disini?" Pertanyaan dari suara berat yang berasal dari belakang tubuhnya membuat ia terperanjat kaget. Untung ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

"Eh..iya tuan," ujar Arsha sedikit takut dengan pria di depannya ini.

Arka mengangkat sebelah alisnya melihat gadis didepannya ini."Panggil saja saya Arka." Ucap Arka

"Em.. iya pak eh Arka." Balas Arsha gugup.

"Jadi kamu orang yang mau jadi asisten rumah tangga disini?" Pertanyaan Arka yang belum sempat dijawab kembali ia pertanyakan.

"Iya pak," berdecak kesal Arka melirik malas gadis didepannya itu. Mengabaikan panggilan tersebut Arka kembali membuka suara.

"Jadi sebelumnya sudah pernah bekerja dimana." Tanyanya kembali sambil mengajak gadis itu menuju sofa yang ada di ruangan rumahnya.

"Belum pernah pak." Balas Arsha jujur.

Terdiam sejenak Arka kembali, bersuara "oh iya, nama kamu?" Tanyanya.

"Khiya Arshatya, panggil saja Arsha pak." Jawab Arsha sambil menoleh sebentar ke pada Arka.

"Hm, kamu serius ingin bekerja disini?" Pertanyaan yang terdengar ragu dari Arka membuat Arsha mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia tundukkan.

Anggukan mantap Arsha berikan kepada pria dihadapannya itu.

"Ok, kalau gitu besok pagi kamu bisa kembali kesini." Ucap Arka akhirnya.

Arsha pamit pulang untuk membenahi barang barangnya yang berada di kos yang ia sewa dari awal ia datang ke Jakarta.

Berjalan kegerbang ia menemukan satpam tadi sedang duduk sambil minum kopi.

"Pak saya pamit Pulang dulu pak, mari," ucapnya ramah.

"Oh, iya mbak. Hati hati."

Senyum yang ia beri kepada satpam tersebut lantas ia keluar gerbang rumah ini lalu melanjutkan langkahnya menuju kosan nya.

********

avataravatar
Next chapter