16 What I want is: Gibran

"Brengsek!!. Apa maksud lo dengan telah menodai Faras?. Jelasin bego, jangan diam aja kaya orang bodoh!!."

Dennis, yang paling tidak bisa serius mendadak murka ketika gue tidak dapat menahan diri untuk memberitahu pada dia, kalau gue meniduri Faras dengan cara licik dan picik. Gue si pengecut ini pada akhirnya mengakui dosa itu walau ada rasa senang yang kecil diujung terdalam hati gue, yang mengatakan itu baik karena pada akhirnya rindu itu tersalurkan dengan cara yang luar biasa.

Gue berasa di apartemen Dennis untuk berkumpul dengan ketiga teman gue, Bara dan Farhan belum datang. Mereka dalam perjalanan dan memberi gue kesempatan untuk bercerita pada Dennis. Dia adalah teman paling dapat di percaya dan gue sudah tidak dapat merahasiakan dosa ini, gue merasa tertekan karena menjadi picik. Tanpa di tanya gue membuat sebuah pengakuan dengan frustasi.

"Jawab dan jangan menjadi bisu anjing!!. Gue memang brengsek, Gibran. Tapi tidak akan gue maklumi cara lo meniduri wanita yang tidak menginginkan lo. Kalau begitu, sikap lo sama saja mencerminkan predator-predator yang memperkosa pasangannya atas dalih ingin memiliki karena mencintai dia. Begitu?! Hah!!"

Gue masih diam menatap mata merah Dennis yang sangat kentara emosinya membumbung tinggi sampai gue saja tidka dapat menakar, napasnya tertarik kuat dengan kedua tangan yang mencengkram kerah baju kaos yang gue pakai.

"Gue mencintai dia dan kalap ketika tau dia akan menikah, apa salah kalau gue kalut dan melakukan itu agar dia tidak dapat lepas dari gue?."

"Gila!! Lo udah gila dan terobsesi. Oke, gue tanya. Siapa yang meninggalkan siapa disini?. Lo kan yang meninggalkan dengan cara paling menjijikan dari sebuah komitmen, lo yang duluan menjadi orang asing karena tidak dapat menerima sifat Faras dan lo lah yang membuat Faras jauh tanpa bisa di genggam. Kemudian lo hancurkan dia dengan cara kaya gini!!."

"JANGAN SIA-SIAIN OKSIGEN DIBUMI, ANJING. LEBIH BAIK LO MATI SAJA KE LAUTAN!!!"

Dengan itu Dennis menghantam wajah gue dengan kepalan tangannya yang kuat sampai gue tersungkur dan dia tidak memberia gue tempat untuk menarik napas sesaat karena pusing yang menghantam akibat pukulannya.

Entah berapa lama kami saling memukul dan menghantam karena gue dapat merasakan kedua pipi dan dan tangan gue mulai kebas dan perih, bau darah mulai dapat gue cium secara jelas. Sampai gue benar-enar tidak dapat melawan dan tersungkur Dennis tetap tidak memberi belas kasihan pada gue yang mulai kehilangan indra perasa gue, kepala pening dan sebentar lagi sepertinya gue akan kehilangan kesadaran.

Dennis mendang gue terus dengan desisan amarah yang belum surut, bak ombak menghantam batu karang.

"Wow! Wow!! Boy... ada apa kalian baku hantam kaya gini. Den, si Gibran udah teler dan babak belur, nggak usah lo tendangi lagi."

Bara sepertinya mengamankan Dennis karena gue mendengar Dennis berteriak meminta dilepaskan.

"Brengsek!! lepakan gue dan biarkan gue untuk menghabisi di bajingan tengik ini, dia baru saja mengakui dosa dari kebejatan tidak masuk akalnya itu. Sialan!! lepasin gue Bara!!."

"Uhukkk"

Gue terbatuk ketika Farhan memapah gue untuk berdiri dan duduk disofa. Dia bertanya dengan raut bingung akan duduk permasalahan gue dengan Dennis sampai babak belur seperti sekarang.

"Apa yang membuat Dennis menggila seperti itu?."

Ah, Farhan sangat tau jika masalah ini datang dari gue. Sebab tidak pernah Dennis marah sampai semurka sekarang ini jika bukan masalah sepele. Gue diam tidak ingin menjawab, sampai tendangan dari belakang yang mengenai kepala gue menghilangkan kesadaran yang tengah gue pertahankan saat ini.

"Si brengsek, bajingan ini!! Memperkosa seorang gadis, anjing!!."

.

.

.

Gue berakhir dirumah sakit dengan Bara yang menunggui tanpa memberi tahu orang tua gue, tentu saja. Kalau sampai kedua orang tua gue tau, apalagi mama. Yang ada gue semakin sakit dan kehilangan kesadaran lagi karena suara melengkingnya yang memarahi gue.

Gue sudah sadar setengah jam yang lalu dengan tatapan tajam Bara yang tidak lepas dari gue, tiap gerakan yang gue lakukan diawasi oleh Bara. Gue yakin sekali ada sesuatu yang ditahan oleh Bara dan akan sama murkanya dengan Dennis jika saja gue tidak berakhir disini.

"Gue sangat ingin memukul lo seperti Dennis."

"Ya, gue memang pantas mendapatkan itu bukan?."

"Lebih dari pantas brengsek!!"

Kemudian hening dengan napas Bara yang memburu kemudian dia menelengkan kepala ke kanan ke kiri sampai tulang lehernya berbunyi, dia terlihat seperti sedang ancang-ancang meninju orang.

"Gue mabuk dan tidak dapat berpikir jernih ketika itu, apalagi kalian sibuk dengan hal masing-masing tidak ada yang dapat mencegah kegilaan dalam diri gue yang menginginkan Faras lebih dari apapun."

"Otak lo memang tidak diciptakan untuk berpikir dengan benar. Bego adalah nama belakang lo dan bajingan adalah nama tengahnya!." Jawabnya tajam dan gue menatap langit-langit kamar gue nanar.

"Apa Faras sadar dia baru saja ditiduri oleh lo?."

Tentu gue menggeleng sebab setelah semua kenikmatan dan malam menyenangkan itu, gue membersihkan semuanya pun tidak meninggalkan jejak merah disekujur tubuh Faras, seincipun, itu seingat gue.

"Dan apa sekarang lo senang telah melakukan itu?."

Gue ingin mengangguk sebenarnya, tapi takut setelah ini gue akan mati karena tinjuan dari tangan milik Bara yang sangat kuat dan kekar dari milik Dennis. Jadi pilihannya adalah tidak, gue menggeleng.

"Bagus. Kalau jawabannya adalah iya, maka gue akan menyuruh dokter disini untuk menyuntik mati lo sebelum menjadi presdator pemerkosa anak gadis orang!!."

Tajam dan tidak main-main, Bara berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu keluar.

"Gue akan pergi keluar untuk menenangkan panas dalam dada gue untuk menghajar lo membabi buta! Jangan beruat macam-macam selama gue tinggal."

Setelah itu, hanya suara mesin AC dan napas guelah yang terdengar sangat nyaring didalam kamar VIP ini. Sebab ruangan yang luas dan sedikit barang membuat suara menggema. Menatap langit-angit kamar gue mengingat kelembutan itu kembali, bagaimana bibir gue mencium kelembutan demi kelembutan kulit halus Faras.

Sampai tangan ini merasakan hangat nan kencang milik Faras yang membulat sempurna dalam tangan gue. Menelan ludah kelit, gue memejamkan mata sampai suara ponsel di nakas sebelah ranjang pesakitan gue berdering beberapa kali menganggu gue untuk menilik.

Unknow: Pesta pertunangan mereka akan diadakan sebulan dari sekarang dan akan diumukan di rapat pemegang saham dan direksi seminggu yang akan datang.

Unknow: Daniel berhasil mengantongi hati Faras dan malam ini Daniel baru saja melamar Faras yang diterima dengan bahagia...

sedang dirimu... sangat menyedihkan!!

[Send pict]

avataravatar
Next chapter