webnovel

Mengambil kembali cintanya

Gibran sedang berusaha, mengejar dan mengambil kembali cinta yang dulu pernah dia lepas. Namun bagaimana dengan Faras yang rasanya sudah tidak dapat menerima ketika mengingat perselingkuhan dan cara Gibran memutuskan pertunangan di depan banyak orang. Faras menghindar maka Gibran akan mengejar seribu langkah mendekat. Faras berpaling maka Gibran akan mengambil semua perhatian. "Jika orang lain memberikan kesempatan pada peselingkuh, maka aku tidak." "Aku akan tetap pada jalan mengejarmu walau kamu menolakku. Aku menggantikan usahamu yang dulu ku sia-siakan, jadi selamat menerima segala limpahan perhatian dan cinta yang ku punya seluruhnya." Faras memucat dan ingin memukul kepala mantan tidak tau diri dihadapannya segera.

Anajw0 · Urban
Not enough ratings
215 Chs

Membangun kasih sayang: Faras

Aku benar-benar tidak membalas pesan ketiga sahabatku, karena ketika kupikir. Aku disini juga bersalah, tidak seharusnya aku memaksa mereka untuk selalu ada, tidak seharusnya aku memintaa mereka jujur padaku.

Semua orang boleh dekat namun selalu ada rahasia yang perlu mereka jaga, mereka paham sifat diriku. Bisa jadi ada sesuatu yang tidak bisa kuterima, makannya mereka tidak segera memberitahuku.

Aku terlalu malu untuk mengakui salah, tapi salah mereka bertiga berjanji untuk datang dan menemani tapi meningkari. Seharusnya jangan membuat janji jika merusak harapanku.

Mamah sudah tenang, ayah berhasil menenangkan mamah sedang aku pusing dengan banyak pertanyaan yang muncul dalam kepala. Aku seperti orang bodoh karena tidak tau apa yang terjadi pada kedua orang tuaku.

Sekarang perasaanku sedikit tidak karuan. Yang kulakukan dudul disofa yang terletak dijendela menghadap keluar rumah, tepat pada jalanan. Aku sedang menunggu Gibran, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

Dengan ponsel dalam genggaman yang menampilkan pesan terakhir Gibran.

Gibran: Aku sudah dijalan menuju rumah kamu.

Aku masih mengesampingkan masalah perihal Gibran yang adalah mantan tunanganku. Aku mulai menatap keluar, menerawang dan mengingat sebelum gue terluka karena racun. Aku dilarang untuk masuk kuliah.

Namun Abi memberikan kabar jika aku sudah dinyatakan lulus begitu juga Salma dan Farrel. Sejujurnya aku ingin marah tapi semuanya mendukung, aku hanya bisa menelan amarahku. Itu juga alasan aku sangat enggan bertemu Abi.

Lalu ingatanku kembali pada siang tadi ketika mamah yang dalam keadaan yang sudah tenang sedang matanya memerah pasca menangis.

Sejujurnya aku tidak tega melihat mamah yang tidak seperti biasanya terlihat senang dan memberikan pandangan positif hanya dengan kehadirannya.

Namun yang kutemukan sekarang ketika kedua orangtuaku mengajakku untuk kerumah sakit menjemput adikku, mamah terlihat menyedihkan dalam pelukan ayah. Aku kemudian berjalan disisi mamah, karena mamah memanggil namaku agar tetap disisinya.

Mamah lagi-lagi terlihat ketakutan jika aku beradda jauh darinya, ketika sampai dirumah sakit mamah tidak mau kutinggal. Mamah memintaku untuk tetap didekatnya. Jadi kuturuti keinginan mamah.

Kemudian ayah yang sudah berpakaian seperti prosedur seharusnya berkata."Ayah masuk kedalam dulu,"

Aku dan mamah mengangguk, tadinya kukira mamah dan ayah akan masuk bersama. Tapi mamah tidak mau dan ingin masuk bersamaku untuk melihat adik laki-lakiku.

Jika kalian bertanya tentang perasaanku saat ini, entahlah. Aku tidak tau, semuanya bercampur sampai tidak dapat ku indetifikasi. Aku hanya dapat merasakan perasaan sesak.

"Kakak selalu menjadi anak mamah, kakak selalu menjadi yang tersayang."Racau mamah lagi, sambil menepuk punggung tanganku yang ada dalam genggamannya.

Aku mengangguk dan memeluk mamah dari samping segera mamah senderkan kepalanya pada pundakku. Aku menikmati kehangatan tubuh mamah yang rasanya lembut, mamah selalu memberikan rasa paling nyaman didunia. Aku merasa aman disisinya.

Kemudian ayah keluar dan giliran aku dan mmamah yang masuk, aku dapat melihat bayi mungil dalam kotak khusus transparan itu. Ada adikku yang kini tengah bergerak menguap, matanya yang mungil berkedip-kedip untuk menyesuaikan dengan cahaya.

"Halo adek, mamah bawa kakak. Hari ini kita pulang bareng ya, sama kakak. Sekarang kaka sudah bersama kita."Mamah berucap sambil menangis sambil memegang inkubator adikku.

Tangan yang lainnya tetap mengenggam tanganku.

Ketika mamah berucap seperti itu, adikku selayaknya orang paham. Kepalanya menoleh kearah kami dan matanya menatapku, walau aku tidak yakin adikk bayiku ini dapat melihat.

Yang kudengar, bayi baru lahir belum begitu jelas dalam melihat, pendengaranpun belum berfungsi. Semuanya akan membaik secara bertahap dengan pertumbuhannya setiap bulan.

"Adek tau ya, ada kakak disini sayang."Mamah lagi-lagi berkata jika aku ada disini.

Seakan selama hidup aku tidak berada didekat keluarga dan mencoba ada bersama orangtuaku. Aku ada namun tidak dianggap.

Sudahlah, disaat seperti ini aku tidak boleh memikirkan itu jika tidak ingin menyakiti diri sendir lagi tentang pikiranku.

Tinn...Tin...

Aku terbangun dari pikiranku dan melihat mobil yang memasuki gerbang setelah membunyikan klakson. Aku bangkit dan segera keluar menuju lantai bawah. Gibran datang dan aku tidak dapat menyembunyikan rasa senang ini, aku menantikan kedatangannya dan ia datang.

Dia tidak ingkar dan aku bahagia.

Aku menyambut Gibran dengan senyum yang paling lebar atau bahkan terlalu lebar. Aku tertawa dalam hati karena kekonyolanku ini, aku merasa seperti menjadi orang yang baru.

Aku menjadi lebih bahagia dari sebelumnya. Aku senang tapi juga seperti kehilangan diriku.

Tidak apa-apa, perubahan ini membawa kebaikan pada diriku.