1 Mendadak Sekretaris

Tok tok tok, suara pintu itu ia ketuk tiga kali.

"Masuk," terdengar suara lelaki dari ruangan yang diketuknya.

"Selamat siang, pak. Saya Ria Widyanti dari divisi keuangan. Kata pak manager, bapak memanggil saya?" tanyanya setengah ragu.

"Ah ya, silakan duduk dan tunggu sebentar"

***

Lima menit yang lalu, manager datang ke mejanya secara langsung. Padahal biasanya, asisten manager yang datang menemui karyawan apabila ada sesuatu, terlepas penting tidaknya sesuatu itu. Jelas perlakuan ini menimbulkan keributan yang tidak perlu; para karyawan berbisik heran satu sama lain, menimbulkan tanya dan rasa curiga.

"Ria Widyanti?"

"Iya, saya, pak?"

"Ikut ke ruangan saya"

"Ya?"

Tatapan semua orang di ruangan hanya fokus pada pemandangan asing itu. Sosok pria setengah baya berperut buncit yang jarang turun dari singgasananya, tiba-tiba menghampiri karyawan yang baru bekerja sekitar tiga bulan di perusahaan.

Kepala divisi keuangan yang mendengar keributan dan bisik-bisik karyawan pun langsung menghampiri dua sosok yang menjadi pusat perhatian.

"Pak manager, ada apa ya? Apa yang karyawan divisi keuangan lakukan hingga membuat Anda langsung ke sini secara personil?"

"Bu kepala divisi keuangan, maaf saya tidak datang ke ruangan ibu dahulu, tapi ada hal penting yang karyawan divisi ini perlu lakukan, tepatnya, karyawan bernama Ria Widyanti dan harus segera, makanya saya terburu-buru dan tidak memerhatikan etika perusahaan"

"Ah, iya, tidak apa-apa, pak. Silakan jika memang harus segera, saya tidak boleh menahan lama-lama"

"Terima kasih atas pengertiannya"

"Sama-sama, pak"

Mata, kepala, dan tubuh ketua divisi keuangan langsung memberi isyarat tajam padaku, seolah berkata, cepat ikuti dia, jangan buat kesalahan!

Mau tak mau ia pun mengikuti manager itu. Tapi, tidak sampai ruangan, manager itu langsung memberi perintah lain.

"Kamu sekarang pergi ke ruang direktur, direktur mencarimu"

"Ya? Direktur?"

"Iya, cepat sana pergi"

"Ada apa ya, pak?"

"Tanyakan saja langsung pada yang bersangkutan, dan cepat, jangan buat saya bicara dua kali"

"Baik pak, permisi"

***

Ruangan direktur punya AC yang dingin, sofa yang nyaman, cahaya matahari yang cukup, buku-buku yang tertata rapi, serta kebersihan yang terjaga. Ruangannya sangat luas, satu lantai ini hanya ada ruangan direktur. Ada pintu di dalam ruangan direktur, ruangan berpintu itu cukup besar untuk ukuran kamar mandi, tidak ada jendela dan celah untuk mengintip. Padahal, selain ruangan berpintu itu, dinding ruangan direktur adalah kaca.

Laki-laki yang disebut direktur itu terlihat lebih muda jika dibandingkan manager tadi. Postur tubuhnya tinggi, badannya pun prorposional, tidak ada tumpukan lemak di perutnya, alias rata atau mungkin sixpack? Pipinya tirus, alisnya tebal, rambutnya tersisir rapi, wangi. Wajah dan tubuhnya adalah definisi dari pria tampan.

Suara langkah kaki membangunkan lamunannya.

"Maaf membuatmu menunggu"

"Ah, tidak apa-apa, pak"

"Kamu Ria Widyanti yang mulai bekerja tiga bulan lalu?"

"Ya betul, pak"

"Baiklah, saya langsung ke intinya saja ya, mulai hari ini kamu jadi sekretaris pribadi saya"

"Huh?"

avataravatar
Next chapter