webnovel

ban 4 Mabuk Darat

Kirana dan bapaknya sudah berada diterminal bus dan sudah duduk didalam bus yang akan membawa mereka ke kampung halamannya, jarak nya kira- kira dua belas jam perjalanan, dan itu adalah waktu yang sangat menyiksa Kirana karena dia mabuk dara..., jangankan naik, baru lihat bus nya saja Kirana sudah pusing dan mual.

"Kiran, ini plastik dan minyak kayu putihnya kamu bawa..." bapak meNyerahkan kantong plastik dan minyak kayu putih untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu Kirana muntah.

"Makasih pak..."Kirana kemudian mencoba untuk tidur, kepalanya bersandar di jendela, matanya terpejam dan kepalanya sudah sangat pusing.

Bapaknya juga memejamkan mata karena ini adalah perjalanan yang panjang.

Delapan jam sudah bus yang mereka tumpangi berjalan meninggalkan kota yang sudah kurang lebih sepuluh tahun ditinggali kirana dan orang tuanya, meninggalkan begitu banyak kenangan dan cerita baik suka maupun duka.

Dikota ini, kirana memiliki teman dan sahabat yang sangat berat melepaskan kepergiannya.

Dulu, kirana sering bolak balik ke kampung saat liburan sekolah atau lebaran tapi untuk saat ini kirana akan menetap dan bersekolah disana, tinggal seorang diri dengan neneknya, sementara bapak- mamaknya harus mencari nafkah diperantauan.

Bus yang membawa kirana dan bapaknya masuk ke rumah makan terakhir sebelum sampai kampung halamannya, kirana memesan bakso dan teh panas untuk meredakan pusing dan mualnya.

***

Jam baru menunjukkan pukul tiga dinihari saat Kirana dan bapaknya turun dari bus, lega rasanya karena rasa tersiksa selama perjalanan sudah berakhir, Kirana dan bapaknya berjalan kurang lebih dua puluh meter dari jalan raya untuk sampai kerumahnya, dikampung ini orang tua kirana sudah memiliki rumah yang berdampingan dengan rumah nenek kirana jadi nantinya kirana akan tinggal seorang diri sementara neneknya tinggal di rumah belakang.tetapi untuk makan orang tua Kirana sudah pasrah sama nenek Kirana.

"Assalamu'alaikum..., mbok....!" bapak mengetuk pintu rumah belakang tempat simboknya tinggal karena kunci rumahnya dititipkan simbok.

"Wa'alaikum salam..., sebentar...!" nenek Kirana membukakan pintu masih memakai mukena mungkin sedang melaksanakan sholat malam, keluarga Kirana adalah keluarga yang taat beribadah karena dulu kakek Kirana adalah seorang kiyai dan tokoh agama dikampungnya, setelah beliau meninggal nenek kirana yang meneruskan mengajar mengaji.

"Weee..., la dalah..., kowe to le..." nenek Kirana sangat senang saat mengetahui bahwa putra dan cucunya pulang.

"Nggeh mbok..." bapak mencium punggung tangan nenek Kirana.

"Nenek..." Kirana juga mencium tangan neneknya, ketiganya pun kemudian masuk kedalam rumah.

"Kok ora kabar- kabar le..." kata nenek Kirana pada bapakK

"Nggeh mbok..., memang mendadak, kirana mau bersekolah disini." bapak menjelaskan pada simboknya tentang tujuannya pulang kampung kali ini.

"Waah..., yo apik kui...! jadi rumahmu ndak kosong..., ngopo kalian semua ndak pindah sini saja semuanya." mata nenek Kirana berbinar membayangkan semua anak cucunya berkumpul.

"Belum saatnya mbok..., kami masih harus bekerja keras...!" bapak kemudian meminta kunci rumahnya pada simbok.

"Iki le kuncine...! kalian langsung bisa beristirahat...! tiap hari simbok bersihkan" nenek Kirana menyerahkan kunci rumah pada bapak dan langsung mengajak Kirana untuk masuk kedalam rumahnya sendiri.

"Ini kamarmu Kiran..., ini kuncinya...!" bapak menyerahkan kunci pada Kirana yang langsung membuka pintu dan memasukkan barang-barangnya, kamar Kirana tidak terlalu besar, ada sebuah kasur dilantai dan lemari juga meja belajar, kirana sangat lelah sehingga saat melihat kasur langsung merebahkan dirinya dan langsung terlelap bahkan Kirana belum sempat ganti baju saking capeknya.

Perjalanan jauh cukup melelahkan bagi Kirana, ditambah lagi penyakit mabuknya yang parah membuat Kirana lelah, tubuh kecilnya meringkuk dikasur dengan memeluk guling, dalam sekejap mata Kirana sudah tertidur pulas. Bapak dan nenek menggelengkan kepala melihat Kirana sudah tepar diatas kasur.

"Cucuku tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik..." nenek Kirana tersenyum memandang cucunya kemudian menutup pintu kamar Kirana membiarkannya istirahat.

Nenek Kirana dan bapak mengobrol sambil menunggu waktu subuh...pasangan ibu dan anak itu bercerita melepas kerinduan mereka..., karena nanti sore bapak sudah harus pukang ke kota.

Next chapter