1 SEBUAH PERTOLONGAN

"Bang Danar! aku ikut! aku ikut Bang Danar kerja!" rengek si bungsu Anggi ingin ikut Danar bekerja di hari Minggu saat Danar lembur.

"Dedek.. tidak boleh ikut abang sama kak Shin saja ya? Abang kan harus kerja tidak boleh bawa anak kecil." ucap Shina adik perempuan Danar yang masih duduk di SMP kelas tiga.

"Tidak!!! pokoknya Anggi ikut Abang kerja sekarang hari Minggu." teriak Anggi dengan histeris tidak ingin di tinggal Danar bekerja.

Danar menghela nafas panjang sambil menekan pelipisnya melihat Anggi adik laki-laki satunya yang tidak bisa jauh-jauh darinya.

"Dedek, bagaimana kalau Abang kerja dulu setelah itu Abang akan ajak dedek mancing di sungai?" ucap Danar yang berencana lembur setengah hari karena cuaca lagi mendung dan sedikit gerimis.

"Tidak!! aku tetap mau ikut Abang." ucap Anggi dengan kedua matanya yang berkaca-kaca memegang pergelangan tangan Danar.

"Sayang...dengarkan Abang ya, Abang hanya kerja setengah hari saja. Tidak akan lama, setelah itu kita akan mancing berdua saja, bagaimana Dek? Dedek mau ya?" ucap Danar dengan tatapan penuh kasih sayang seraya mengusap puncak kepala rambut Anggi.

Melihat kesungguhan di mata Danar, akhirnya Anggi mengalah dan pegangan tangannya terlepas.

"Abang Danar tidak bohong dan ingkar janji kan?" ucap Anggi dengan tatapan penuh harap mengulurkan jari kelingkingnya.

"Tidak Dedek, Abang akan tepati janji Abang. Sekarang Abang harus berangkat kerja ya." ucap Danar membalas uluran jari kelingking Anggi dengan menautkannya sebagai ikatan janji. Sungguh Danar selalu bersikap sabar menghadapi sikap adik-adiknya.

"Shina tolong di jaga Dedek ya? Abang akan berangkat kerja sekarang." ucap Danar pada Shina yang sudah di percaya untuk menjaga Anggi dan rumah jika dia bekerja dan tanggung jawab sudah beralih ke Shina selama dia belum pulang.

"Ya Bang...hati-hati ya Bang, di luar hujan. Biasanya di puncak rawan longsor." ucap Shina dengan perasaan cemas karena sangat sayang pada Danar karena sejak orang tuanya meninggal karena kecelakaan di puncak, Danarlah yang menanggung semua beban menjadi kepala rumah tangga.

"Ya Shin,... Abang berangkat dulu, jaga Dedek dan rumah jangan kemana-mana ya? Assalamualaikum." ucap Danar seraya mengeluarkan motor bututnya.

"Iya Bang...Waalaikumsallam." sahut Shina dan Anggi mengantar Danar sampai depan pintu.

***

Untuk menjaga area kelapa sawit Danar menggunakan mobil pick up kantor untuk berkeliling ke seluruh area di puncak.

Jalanan memang sangat licin karena hujan tidak berhenti walau tidak terlalu deras.

Dalam perjalanan menuju puncak jalanan mulai berkabut, jika orang tidak waspada bisa saja terjadi kecelakaan karena jalanan menuju puncak memang rawan kecelakaan.

Sambil bersholawat Danar menjalankan mobilnya dengan sangat pelan, tepat pada tikungan masuk ke area kelapa sawit yang harus Danar periksa Danar menghentikan mobilnya secara mendadak karena dia melihat sebuah mobil yang sedang berhenti di sebuah pohon besar dengan keadaan mobil depan ringsek dan kap mobil yang terbuka .

Danar masih mengamati dari dalam mobilnya, dan sangat terkejut saat melihat ada wanita di dalamnya dalam keadaan telungkup dengan kepala di dashboard mobil.

"Ya Allah, apa wanita itu barusan menabrak pohon itu? tapi dengan keadaan hujan seperti ini kenapa dia nekat pergi ke atas puncak?" tanya Danar dalam hati seraya keluar dari mobil dan menghampiri mobil tersebut.

Dengan perasaan was-was namun berusaha tenang, Danar melihat keadaan wanita itu dengan menekan denyut nadinya.

"Alhamdulillah, masih hidup... sebaiknya wanita ini aku bawa ke puskemas." ucap Danar berusaha membuka pintu mobil yang setengah terbuka.

Dengan mengeluarkan tenaga penuh, Danar mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke dalam mobil pickup nya.

"Maaf Neng, mobilnya tidak bisa di pakai untuk tiduran." gumam Danar yang hanya bisa mendudukkan wanita itu dengan kepala di sandarkan di pintu setelah pintu mobil tertutup.

Setelah Danar naik ke mobilnya, Danar menjalankan mobilnya dengan sangat pelan karena posisi jalanan menurun.

Melihat keadaan kepala wanita yang terbentur pintu secara terus menerus, hati Danar tidak sampai hati karena dahi kepala wanita itu sudah berdarah walau sedikit kering.

"Bismillah, aku berniat menolong Neng." ucap Danar seraya meraih kepala wanita itu dan menyandarkan di bahunya agar tidak terlalu sakit saat mobil terguncang- guncang karena jalanan yang menurun dan tidak rata.

Tiba di puskesmas, Danar segera keluar dari mobil dan mengangkat tubuh wanita itu dan di bawanya masuk ke dalam Puskesmas.

"Permisi Dokter...tolong teman saya, dia baru saja mengalami kecelakaan di puncak." ucap Danar dengan bibirnya yang gemetar karena terlalu lama kehujanan.

Dengan cepat seorang dokter dan dua orang perawat memeriksa keadaan wanita itu dengan seksama.

"Silakan tunggu di luar sebentar ya Bang Danar." ucap salah satu perawat yang mengenal namanya padahal Danar tidak mengenalnya.

Setelah hampir satu jam menunggu Dokter yang menangani wanita itu keluar.

"Begini mas, untuk sementara setelah saya periksa pasien tidak mengalami luka parah, hanya keningnya yang robek sedikit dan sudah saya jahit. Untuk hal lain tidak ada saya temukan apa-apa, kecuali dengan benturan di kepala mungkin harus di periksa ke rumah sakit kota. Jadi di tunggu saja nanti saat pasien sadar, jika tidak mengalami hal apapun bisa di bawa pulang." jelas Dokter terdengar dengan tersenyum.

"Terima kasih Dokter." ucap Danar dengan tersenyum dan tatapan terima kasih.

"Bang Danar, ini dompet aku temukan di celana temannya Bang Danar." ucap Perawat yang mengenalnya.

"Terima kasih Mbak." ucap Danar lagi dengan mengucapkan rasa Alhamdulillah karena urusannya akan cepat selesai jika wanita itu tidak mengalami apa-apa.

"Bang Danar, minta tolong untuk segera isi form pendaftarannya atas nama pasien siapa?" ucap Perawat itu lagi seraya memberikan form dan sebuah bulpen pada Danar.

Dengan tangan sedikit gemetar Danar membuka dompet wanita itu karena dia harus tahu nama dan tanggal lahir wanita itu untuk mengisi daftar form pasien.

"ANNISA FATMA" nama wanita itu dan berusia 23 tahun.

Setelah mengisi form pasien Danar menyerahkannya pada Perawat yang masih menunggunya.

"Ini Mbak, terima kasih banyak." ucap Danar seraya menganggukkan kepalanya.

Perawat itu pun tersenyum kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Setelah menunggu beberapa menit, Danar mendapat panggilan lagi agar segera masuk ke kamar karena pasien bernama Annisa Fatma sudah sadar dari pingsannya.

Dengan hati berdebar-debar Danar membuka pintu kamar dan lihatnya wanita itu sedang menoleh ke arahnya.

"Assalamualaikum." sapa Danar dengan perasaan canggung.

Annisa tidak menjawab pertanyaan Danar selain menatapnya dalam keadaan bingung.

"Siapa kamu? dan aku ada di mana?" tanya Annisa dengan suara yang terdengar lembut di telinga Danar.

avataravatar
Next chapter