webnovel

Mencintaimu Dalam Diam

Ketika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, angkuh dan dikenal kejam oleh para mahasiswanya. Aiza menyimpan perasaan pada Arvino dan hanya melalui ucapan doa saja yang ia lakukan selama ini ketika mencintai Arvino karena Allah. Menyukai dalam diam bahkan mulai mencintai Arvino selama ini membuat Aiza harus menahan diri untuk tidak mengungkapkannya ketika dirinya mulai bersaing oleh banyak wanita yang mendekati Arvino dan menundukan pandangannya kepada yang bukan mahramnya. "Ya Allah. Maaf aku jatuh cinta."

Lia_Reza_Vahlefi · Urban
Not enough ratings
62 Chs

Chapter 54

Aiza terbangun pada pukul 03.00 pagi dan mendapati Arvino sedang tertidur di sofanya. Rasa bersalah bersarang dihatinya. Tapi mau bagaimana lagi, akhir-akhir ini moodnya memang hilang tanpa sebab. 

Aiza teringat bila sekarang waktunya melaksanakan sholat tahajud yang sudah menjadi kebiasaan sejak kecil. Karena itu ia pun beringsut ke kamar mandi dan segera mandi junub setelah berhubungan suami istri dengan Arvino.

Waktu terus berjalan. Setelah mandi dan sholat tahajjud, Aiza mendekati Arvino dan menatapnya sejenak. Suaminya itu sedang tertidur pulas dengan posisi duduk bersandar nyaman oleh kedua tangannya yang bersedekap. 

Biar bagaimanapun Aiza merasa tidak enak hati karena mempunyai tugas skripsi dan malah Arvino yang mengerjakannya. Aiza duduk disebelah Arvino dan membangunkannya.

"Mas.." panggil Aiza sambil mengusap pelan pipinya.

Arvino terbangun. Kedua matanya sayup-sayup. "Aiza ya?"

Aiza mengerutkan dahinya tak mengerti. Lah, memang dirinya Aiza kan? Ah Arvino itu sedang tahap baru bangun tidur. Wajar saja bila ucapannya sedikit ngawur.

"Mas."

Arvino tidak merespon. Ia kembali menutup matanya bahkan membuat Aiza sedikit gemas. "Mas.. bangun."

"Mas."

"Mas."

Aiza mengguncang pelan tubuh suaminya dan yang di lakukan Arvino hanya diam bergeming tanpa membuka kedua matanya.

"Mas."

"Mas."

"Mas."

"Hm." jawab Arvino akhirnya.

"Bangun Mas. Sudah pagi. Segera mandi junub dan sholat tahajjud."

"Hm."

"Mas!"

"Hm."

"Mas!" Dengan gemas Aiza menangkup pipi Arvino. Sedikit mencubit pelan lalu memaksakan Arvino untuk segera membuka kedua kelopak matanya.

"Massss... Bangunnnn."

Akhirnya Arvino membuka kedua matanya. "Aiza ya?"

"Mas."

"Aiza ya?"

"Iya Mas iya! Aku Aiza." kesal Aiza akhirnya. "Mas kira siapa?"

"Bidadari cantik."

"Ha?" Arvino sudah tidak menjawab. Dia hanya tertawa geli kemudian tertidur lagi.

"Mas.."

Aiza pun tersenyum kemudian mencium pipi Arvino dan mencium keningnya. "Sayang sholat tahajjud ya."

Dan Aiza benar. Hampir saja Arvino melupakan sholat Sunnah Tahajjudnya. Kalau boleh jujur, dulu sebelum menikah ia paling jarang melakukan sholat tahajjud. Tapi semenjak menikah dengan Aiza, istri Solehahnya itu hampir tiap hari mengingatkannya. Bahkan ketika datang bulan pun dengan senang hati Aiza membangunkan dirinya.

Arvino mencium kening Aiza. "Iya. Maaf ya. Kamu cantik seperti bidadari sih sampai-sampai mengalihkan duniaku."

Aiza bersemu merah dan akhirnya mencium ujung hidung Arvino. "Mas juga pangeran. Pangeran tampan."

"Mas mandi junub dulu."

"Iya."

Arvino sudah pergi meninggalkannya. Dan Aiza memilih berdzikir dan mengaji sejenak hingga sholat subuh pun tiba. Dengan khusyuk Aiza sholat subuh sementara Arvino sudah pergi sholat subuh berjamaah dimesjid dekat rumah mereka.

***

Aiza terdiam didalam kamarnya. 30 menit lagi ia akan berangkat menuju kampus untuk keperluan mengurus seminar proposalnya. 

Tiba-tiba Aiza teringat Reva. Reva bukan teman dekatnya. Bukan sahabat. Tapi kalau boleh jujur, ia merindukan Reva yang pernah menjadi tetangga kostnya. Apalagi sedikit banyaknya wanita itu pernah membantunya.

Aiza mencoba membuka akun instagramnya. Ada beberapa orang yang memfollow dia. Ada Adila, Arvino, Devian, dan.. Devika. Aiza mencoba menstalker Devika yang ternyata akun Instagramnya tidak di private. Aiza mulai menstalkernya. Terlalu niat sampai ke unggahan foto paling bawah.

Aiza merasa cemburu. Ada beberapa foto Devika bersama Arvino walaupun disana sedang bersama keluarga lainnya. Di foto tersebut ada Papa dan Mama Devika. 

Bahkan banyak sekali wajah Arvino disana. Tenyata memang benar, Arvino dan Devika sudah berteman sejak kecil. Pantas saja bila Devika begitu mencintai Arvino bahkan rela mendonorkan kornea nya.

Rasa penasaran pun muncul. Aiza pun menstalker akun Instagram Arvino yang juga tidak di private. Padahal pria itu suaminya. Tapi Aiza belum mengkonfirmasi akun instagram Arvino sampai sekarang. Aiza terlalu fokus hingga akhirnya sebuah rampasan ponselnya membuat Aiza terkejut.

"Mas!"

Arvino menyipitkan kedua matanya dengan curiga. Aiza mendekatinya bahkan berusaha menggapai-gapai ponselnya. Tubuh Arvino terlalu tinggi bagi Aiza dan akhirnya Aiza mengalah dengan raut wajah memelas.

"Mas, ponselku."

Arvino tak menggubris. Ia pun melihat dan mengecek ponsel Aiza. "Cieee yang lagi stalker."

Mendadak Aiza malu. "Mas. Sini kembalikan!"

"Tidak mau. Mas kepo."

"Mas-"

"Ih jahat ya. Hampir 3 tahun lebih loh Mas follow kamu dan kamu tidak terima?"

"Mas-"

"Mas mau lihat selama ini kamu ngepoin siapa saja."

"Mas!"

Dan Arvino berlari menghindari bahkan Aiza pun mengejarnya. Untung saja kamar Arvino sangat luas sehingga membuat keduanya malah kejar-kejaran.

"Mas."

Arvino mengerutkan dahinya dan ia tersenyum sinis kearah Aiza. "Jadi hanya tiga orang yang kamu stalker?"

"Mas kembaliiin."

"Yang pertama Arvino. Kedua Adila, dan terakhir Devika? Ck."

"Massssss."

"Kamu stalker Mas tapi tidak pernah konfirmasi akun Instagram Mas? Begitupun Devika dan Adila yang saat sejak dulu follow kamu?"

Dan Aiza sudah lelah. Ia pun terduduk dilantai sambil merengek bagaikan anak kecil bahkan sedikit meronta menggoyangkan kedua kakinya.

"Massss balikinnnnnnn."

"Dasar ya. Diam-diam tapi ngepoin orang. Sungguh luar biasa. Mas jadi penasaran kira-kira web browser kamu selama ini apa aja ya isi riwayat internetnya."

Dan Aiza panik. Tiba-tiba ia teringat ketika disana banyak sekali riwayat pencaharian di google tentang tata cara mempersiapkan malam pertama, cara berenampilan yang menggoda ketika dimalam hari didepan suami, cara cepat hamil dan masih banyak lagi yang ia cari sekaligus ia pelajari setelah menikah.

"Argghh perutku." Ringis Aiza tiba-tiba. Mendadak raut wajah Aiza berubah pucat akibat berlarian mengejar Arvino. Mendapati hal itu, Arvino langsung panik dan khawatir. Dengan cepat Arvino berjongkok disamping Aiza.

"Aiza! Kamu... Ya Allah, kamu kenapa?"

Dan Aiza mengambil kesempatan dengan mengambil ponselnya. Berhasil. Lalu Aiza pun kabur sambil menjulurkan lidahnya. Arvino merasa tidak terima. Aiza meninggalkannya begitu saja dan menuju pintu kamar berniat membukanya namun sungguh disayangkan bila kenopnya terkunci. Arvino hanya menatap Aiza dengan sinis.

Aiza menoleh kebelakang dan ia bertambah kesal dengan raut wajah Arvino yang begitu sombong baginya sambil memperlihatkan kunci kamar mereka di telapak tangannya.

"Hahaha. Kamu cari ini ya?"

Aiza gugup. "M-mas.."

Arvino berjalan kearahnya dengan santai. Siap menerkam istrinya yang sudah usil meninggalkan dirinya. Tanpa diduga Arvino langsung menggendong tubuh Aiza dan berjalan keatas tempat tidur.

"Ini hukuman buatmu Aiza. Hahah." 

💞💞💞💞

"Jam berapa kamu ketemu dengan petugas universitas untuk meminta jadwal seminar proposal skripsi mu?"

"Jam 11 ini Mas."

"Yakin? Tidak salah?"

"Insya Allah tidak Mas."

Saat ini Arvino dan Aiza sudah berada didalam mobil dalam perjalanan menuju kampus. Disisilain, hari ini Arvino juga memiliki jadwal mengajar dan beberapa bimbingan skripsi dengan mahasiswa lainnya.

"Mas."

"Hm?"

"Siang ini Mas sibuk?"

"Tidak. Kenapa?"

Aiza bergelayut manja di lengan berotot Arvino. "Pengen makan ayam goreng mentega."

"Tumben."

"Tidak boleh ya?"

Arvino hanya diam. Ia mengulum senyum sambil mematikan mesin mobilnya ketika saat ini ia sudah tiba di halaman parkir kampus. Ia pun mengusap pelan kepala Aiza yang tertutup khimar berwarna peach.

"Bukan tidak boleh. Ya tumben saja kamu minta ayam goreng mentega. Nanti siang insya Allah Mas masakin."

"Makasih Mas."

Aiza hendak menjauh dari Arvino karena mereka sudah tiba di halaman parkiran universitas namun lagi-lagi Arvino mencegahnya. Aiza menoleh kearah Arvino dan menatapnya

"Cara berterima kasihnya bukan begitu."

"Maksudnya?"

Arvino tak banyak berkata. Yang ia lakukan hanyalah mencium pipi Aiza sekilas. Lalu Arvino mencium kening Aiza yang tidak pernah bosan untuk dilakukan. Aiza bersemu merah. Aiza sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba ingin berada terus didekat Arvino bahkan sangat suka bila Arvino menciumnya, berlaku romantis dan menatapnya penuh cinta.

"Nanti kita lanjutin lagi dirumah." bisik Arvino sambil melepaskan safety beltnya diikuti dengan dirinya. Bahkan sesampainya di luar mobil, Aiza merasa ragu dan takut apalagi Arvino menggenggam tangannya.

"Kenapa?" Aiza melihat tangannya di genggam oleh Arvino.

"Aku takut."

"Takut apa?"

"Aku-"

"Kamu takut dengan para mahasiswi di kampus ini?"

Aiza mengangguk. "Kamu juga takut di bully dan disakiti?"

Kedua mata Aiza berkaca-kaca. Tanpa ragu, Arvino memeluknya dengan erat. Mengabaikan tatapan para mahasiswa yang berlalu-lalang disekitaran mereka. Masa bodoh. Kalau sudah halal mah bebas kan?

"Jangan takut." ucap Arvino sambil mengelus punggungnya.

"Mas tahu hari ini adalah tahun ajaran baru untuk mahasiswa yang akan menempuh pendidikan perguruan tinggi. Justru itu mereka semuanya harus tahu kalau kamu miliki aku dan aku milik kamu. Percaya sama Allah Aiza. Percaya sama Mas juga." ucap Arvino penuh keyakinan sambil mengelus pipi Aiza.

Aiza pun akhirnya mengangguk dan berusaha memaksa senyumnya meskipun ia sendiri masih ragu dan bimbang. Bahkan tanpa keduanya sadari, dari jarak kejauhan salah satu mahasiswi menatap Aiza dengan benci.

"Kalau gitu cepat temui petugas universitas dan jalankan tujuanmu kemari."

Aiza mengangguk. "Maafin aku Mas soal tadi."

"Tidak apa-apa. Ayo."

Dengan yakin Arvino memasuki universitas tersebut sambil menggenggam tangan Aiza dan memasukkan kedalam saku jaketnya bahkan sebagaian Mahasiswa dan Dosen yang melihat mereka hanya tersenyum sopan. Beberapa Mahasiswa angkatan baru sedikit baper melihatnya dan yang dulunya pernah menjadi fans-fans Arvino berusaha menerima kenyataan dan bersabar bila pria itu bukan jodohnya.

Sesampainya di ujung koridor, mereka pun akhirnya berpisah. Tak lupa Aiza mencium punggung tangan Arvino diikuti dengan Arvino yang mencium kening istrinya. Aiza melangkahkan kedua kakinya sambil menundukkan wajahnya seperti biasanya. Tiba-tiba perasaan ingin buang air kecil pun terasa didalam diri Aiza.

Karena itu Aiza pun segera menuju toilet hingga tanpa ia sadari seorang wanita yang menatapnya benci sudah mengikutinya sejak tadi. Aiza sudah didalam toilet. Butuh waktu beberapa menit Aiza menuntaskan buang air kecilnya. Aiza pun segera keluar toilet lalu mencuci tangan di westafel. Pintu terbuka lebar dan ia terkejut. Kedua matanya terbelalak. Jantungnya berdetak sangat kencang.

"Hai.. apa kabar?"

"K-kak Kumala?"

Kumala hanya tersenyum sinis dan bersandar santai didinding toilet sambil mengunyah permen karet. Bahkan Aiza tidak menyangka bila Kumala berhijab. Tapi apakah wanita itu benar-benar hijrah seutuhnya?

Kumala pun melangkahkan kakinya mendekati Aiza. Aiza yang ketakutan malah memundurkan langkahnya hingga punggungnya mengenai dinding yang ada di belakangnya.

"Mentang-mentang sudah menikah seenaknya ya tebar kemesraan sana sini. Ck!"

"K-kakak mau apa. Aku-" PLAK!

Tanpa diduga Kumala menampar pipi Aiza. Rasa sakit dan nyeri di pipinya membuat kedua air mata Aiza meluruh.

"Dasar wanita sok ganjen! Gara-gara kamu Arvino sekarang berpaling dan meninggalkanku. Kamu tahu apa yang aku lakukan setelah kalian menikah HAH?!!!!"

"K-kak, aarrghh sa-sakit!!!" Aiza meringis kesakitan ketika Kumala mencekik lehernya di sudut dinding yang dingin. Dua orang wanita tengah berjaga sambil menatap situasi dengan cemas di luar pintu toilet agar memastikan situasi aman dan tidak diketahui siapapun.

"Kumala cepat! Aku tidak yakin bila cepat atau lambat ada mahasiswa lain kesini." Suara salah satu wanita didepan toilet membuat Kumala beralih menatapnya lalu kembali menatap Aiza dengan tajam.

"Kak. A-aku mohon.. le- lepaskan aku." Aiza berusaha melepaskan kedua tangan Kumala dilehernya bahkan ia pun terbatuk-batuk.

Dengan kesal mencengkram kedua bahu Aiza kemudian mendorongnya hingga Aiza terjatuh dilantai. Aiza meringis kesakitan ketika pinggulnya terhentak. Aiza meringkuk kesakitan dan menangis.

"Ini semua gara-gara kamu Aiza! Aku menggugurkan kandunganku sendiri demi mengalah padamu dan itu darah daging Arvino! Tapi melihatmu yang sok tebar kemesraan di parkiran tadi membuatku muak!" 

Kumala menendang perut Aiza dengan kuat. Kepala Aiza terasa pening. Kedua matanya sudah mulai mengabur. Rasa perutnya yang sakit dan tak bisa di gambarkan bagaimana rasanya itu begitu menyiksa dan melilit.

Aiza terkulai lemas. Ia tak berdaya. Air matanya meluruh di pipinya bahkan berusaha untuk berdiri saja sudah tidak sanggup.

Rasa yang nyeri dibagian perutnya begitu terasa menusuk. Kumala pun akhirnya pergi dengan perasaan puas karena telah melampiaskan amarahnya pada Aiza sejak lama dan meninggalkan Aiza yang pingsan di tempat dengan darah segar yang mengalir di kedua pahanya.

💞💞💞💞

Aiza ya Allah Aiza 😭😭😭😭

Padahal sudah Seneng banget liat kemesraan Arvino sama Aiza. Tapi kenapa setelah itu tiba-tiba Kumala datang di kampus 😫😖

Emot kalian setelah membaca chapter ini ...

Saya ; 😊🤣😄😅😍😘 😲😤😩😢😭

Kumala keterlaluan! Kira-kira bagaimana setelah ini? Kalian bisa cek spoiler chapter 55 di Instagram lia_rezaa_vahlefii.

Sehat selalu buat kalian. Lagi gak semangat gara-gara Kumala 😤😤😤

With Love

LiaRezaVahlefi