webnovel

Mencintaimu Dalam Diam

Ketika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, angkuh dan dikenal kejam oleh para mahasiswanya. Aiza menyimpan perasaan pada Arvino dan hanya melalui ucapan doa saja yang ia lakukan selama ini ketika mencintai Arvino karena Allah. Menyukai dalam diam bahkan mulai mencintai Arvino selama ini membuat Aiza harus menahan diri untuk tidak mengungkapkannya ketika dirinya mulai bersaing oleh banyak wanita yang mendekati Arvino dan menundukan pandangannya kepada yang bukan mahramnya. "Ya Allah. Maaf aku jatuh cinta."

Lia_Reza_Vahlefi · Urban
Not enough ratings
62 Chs

Chapter 52

Assalamualaikum Aiza..

Aku hanya bisa malu karena dimasalalu pernah menyakiti dirimu Aiza. Aku pernah menyiram sebotol air di kepalamu saat di kampus sehingga baju kamu basah. Aku juga pernah menamparmu dan parahnya lagi, aku juga pernah menguncimu di toilet minimarkert Bunda tempat kamu bekerja. Semua kulakukan karena aku cemburu. Aku benar-benar iri denganmu yang hanya gadis biasa-biasa saja tapi Kak Vino menyukaimu.

Aku mohon tolong maafkan aku Aiza. Sejak aku mengikhlaskan Kak Vino menyukaimu dan menjadi suamimu, saat itulah aku mencoba bersabar. Saat itu aku masih malu hanya untuk meminta maaf denganmu hingga suatu musibah terjadi dengan Kak Vin yang kecelakaan dan mengalami kebutaan. Karena itu, sebagai permintaan maaf ku.. Demi Allah dengan rasa ikhlas aku akan mendonorkan korneaku pada Kak Vin. Aku sudah mendaftarkan diri ke Bank mata Indonesia.

Semoga kamu bahagia ya dengan Kak Vino. Sekali lagi maafkan aku. Aku titip Kak Vino. Semoga kalian langgeng. Alhamdulillah akhirnya Kak Vino sudah menemukan cinta sejatinya.. doakan adik iparmu Fikri semoga suatu saat dia bisa mendapatkan jodoh yang terbaik bila aku pergi dari dunia ini.. sampaikan sala ku pada Fikri dan katakan padanya terima kasih sudah menyukaiku..

Asalamualaikum Warahmatulahi Wabarokatuh.

Devika

Dan Aiza menangis dalam diam. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Devika berkorban demi Arvino meskipun kematian bukanlah keinginannya. Ternyata Devika sudah mempersiapkan semuanya bila ia pergi dari dunia ini dan kornea tersebut akan ia donorkan kepada orang lain yang membutuhkan. Namun siapa sangka kalau takdir berkata bahwa Arvino yang menerima donor kornea dari Devika. Karena memang sudah jalannya dan sudah waktunya umur Devika habis. Arvino sedang berada diruang kerjanya. Selagi menunggu kedatangan suaminya kedalam kamar, Aiza pun berinisiatif menghubungi Fikri sesuai isi pesan Devika tadi. Bagi Aiza itu adalah sebuah amanah.

Aiza mencoba menghubungi Fikri. Awalnya tidak direspon namun saat pada panggilan ketiga, akhirnya Fikri pun menerima panggilan tersebut.

"Asalamualaikum.." ucap Aiza dengan ragu.

"Wa'alaikumussalam. Maaf ini siapa?"

"I-ini aku.."

"Siapa?"

"A-aiza.. ini aku Aiza." jawab Aiza dengan terbata-bata.

Tidak ada sahutan apapun selanjutnya. Yang Aiza dengar hanya kesunyian dibalik panggilan teleponnya.

"Halo? I-ini Fikri kan?"

Tut..Tut.. tut... Panggilan terputus begitu saja. Aiza merasa bingung. Ia mencoba menghubunginya lagi namun Fikri malah merijeck panggilannya. Aiza hanya terdiam. Ia sudah tidak mencoba menghubungi Fikri lagi. Perasaanya tak menentu. Hingga sebuah pesan singkat dari Fikri pun masuk di ponselnya.

"Kamu tidak perlu menghubungiku lagi. Dan aku tidak pernah mau menghubungi mu sampai kapanpun. Jangan harap kamu bisa menganggapku adik ipar dan aku tidak sudi jika itu terjadi Aiza. Kamu hanyalah wanita pembawa sial di keluarga Azka dan keluarga pak Amran. Jika saja waktu itu kamu tidak bersikap bodoh pergi ke Balikpapan mungkin kak Vino tidak akan pernah mendatangimu hingga menyebabkan kecelakaan dan mengalami kebutaan. Dan Devika meninggal gara-gara kamu. Hilangkan saja semua harapan tentang kebahagiaanmu bersama Arvino karena aku yakin semua orang akan menyalahkanmu sebagai penyebab kematian Devika! Kamu sudah membuat ayah dan bunda bersedih atas kematian Devika. Asal kamu tau Aiza... Semua resepsi yang Arvino berikan padamu adalah milikku yang seharusnya akan aku lakukan bersama Devika! Lebih baik kamu pergi dari keluarga Azka! Aku tidak akan memaafkanmu sampai kapanpun!"

Dan Aiza bergetar bahkan ia menjatuhkan ponselnya sendiri. Awalnya ia menyadari bahwa kematian Devika adalah takdir. Tapi mendapati Fikri sudah menyalahkan membuat psikologi Aiza tertekan. Rasa bersalahnya begitu besar hingga mengalahkan akal logikanya sendiri. Apalagi Fikri mengatakan bahwa mertuanya dan kedua orang tua Devika menyalahkannya.

Aiza pun menangis. Ia menutup mulutnya sendiri agar suara tangisannya tidak terdengar Arvino. Perasaanya hancur, ternyata hanya seminggu saja ia merasakan kebahagiaan dengan Arvino. Pantas saja Fikri tidak pernah terlihat lagi. Pantas saja saat acara resepsi keluarga Devian tidak terlihat.

💞💞💞💞

Waktu terus berjalan. Arvino sudah tiba di kost lama Aiza. Sebuah tempat yang dijadikan kesendirian Aiza beberapa jam yang lalu. Tadi siang dengan wajah sembab Aiza meminta izin untuk keluar rumah. Katanya mau membeli sesuatu di minimarket. 

Arvino sadar Aiza pasti terpuruk setelah membaca surat dari Devika. Karena itu, tanpa Aiza sadari Arvino menyuruh Leni untuk mengikutinya secara diam-diam. Dan lagi, seperti yang sudah-sudah. Arvino kembali ragu hanya untuk bertemu dengan Aiza hingga yang bisa ia lakukan hanyalah menghubungi Leni untuk turun ke lantai bawah sambil membawa sebuah laptop.

Leni sudah berada di mobil Arvino sambil membawa laptop kemudian membukanya dan Arvino bisa melihat dilayar laptopnya itu bahwa Aiza sedang tertidur sambil meringkuk.

"Apakah dia sadar bahwa diam-diam kamu memasang alat cctv di kamar kostnya?"

"Tidak tuan. Saya memasang kamera kecil tak terlihat saat dia pergi kuliah."

"Kuliah?"

"Hm." Leni mengangguk. "Saya juga ada mengikutinya tadi siang dan istri anda menemui Pak Doni untuk kepentingan skripasinya."

Arvino terlihat diam dan murung. Leni menyadari hal itu dan ia merasa iba melihat pancaran kedua mata Arvino yang begitu merindukan istrinya.

"Ini kunci cadangan kamar Aiza."

Arvino tak menyangka bila Leni memiliki kunci cadangan kamar istrinya itu. "Jika Tuan merindukan istri anda. Anda bisa mendatangi kamarnya Aiza merasa semua orang menyalahkan kematian Nona Devika karena dirinya."

Arvino terlihat berpikir. Melihat Aiza yang akan kembali menangis karena terus menyalahkan dirinya membuat Arvino kembali bimbang. Sekali lagi, Arvino menatap layar laptop Leni. Disana Aiza terlihat pulas dalam tidurnya. Kalau sudah seperti itu apakah Arvino tega hanya untuk menemui istrinya sehingga pada akhirnya Aiza akan terbangun?

"Aku akan menerima kunci cadangan ini. Tapi malam ini biarkan saja dia istrirahat terlebih dahulu. Dia terlihat ingin sendiri. Tolong jaga dia." Leni hanya mengangguk dan segera mematikan laptopnya kemudian keluar dari mobil Arvino. 

💞💞💞💞

Suara pintu terketuk secara tiba-tiba. Aiza yang terkejut pun langsung terbangun dan mengintip ke balik tirai jendela. Disisilain, Arvino tidak lupa untuk menyuruh Leni mematikan jaringan cctv dikamar Aiza karena ia butuh privasi dengan istrinya. Aiza meneguk Saliva nya dengan susah. Ia benar-benar tidak menyangka kalau pria yang mengetuk pintunya itu adalah suaminya.

Aiza menepuk jidatnya. Kenapa semalam ia bisa lupa dan ketiduran di kostnya? Seharusnya sepulang dari kampus kemarin siang ia pulang kerumah Arvino. Aiza yakin, saat ini Arvino pasti akan marah padanya.

"Aiza!!! Buka pintunya. Aku tahu kamu tidak tidur saat ini!"

"Aiza!"

"Aiza!!! Buka! Kamu lagi sakit kan?!"

Aiza terkejut. Kenapa Arvino tahu bila dirinya sedang tidak enak badan? Rasa takut dan bayangan akan disalahkan akibat kematian Devika kembali terasa di diri Aiza .

"Aku tidak mau."

"Harus mau."

"Tidak."

"Aiza buka!"

"Tidak."

"Kalau tidak mau buka aku akan mendobrak pintu ini!"

"Biarin."

"Atau aku akan marah sama kamu. Katanya kamu tidak suka lihat aku marah kan?"

"Sudah tidak lagi."

"Kenapa?"

"Untuk apa?"

"Ya supaya kamu tahu mas lagi marah! Atau aku tidak akan pernah menyetujui skripsimu. Kamu lupa dari kemarin-kemarin aku belum menandatanganinya? Kamu bisa tidak lulus Aiza!"

"Iya."

"Aiza!! Kamu ini ya!" Arvino mengusap wajahnya dengan kasar dan lelah. "Atau mas akan pergi diluar sana. Mas gak janji kalau mas bisa di culik sama wanita-wanita lain diluar sana. Aku ini tampan Aiza!"

"Masa?"

"Kamu tidak takut?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Mas cintanya sama aku. Tidak mungkin Mas mau sama wanita lain diluar sana."

Dan Arvino bertambah kesal. Apalagi dengan Aiza menjawab semua omongannya begitu santai. Lagian, Aiza benar. Tentu saja ia tidak akan melakukan hal itu apalagi bermain dengan wanita diluar sana mengingat hanya Aiza lah wanita yang ia cintai.

Suara gedoran pintu terdengar begitu nyaring. Hingga suara amukan tetangga kost terdengar.

"Om! Ini masih pagi Astagaaaa laki-laki pula!"

"Iya nih, ganggu saja! Kalau ada urusan tidak bisa dilakukan nanti ya?"

"Eh Mas. Kalau ribut-ribut jangan disini! Kalau saya panggilan pak RT kesini gimana? Gak malu nanti di giring warga? Laki-laki pula. Nih baca laki-laki dilarang masuk!"

"Ada apa ini?" suara Ibu kost tiba-tiba datang disaat yang tepat. Begitu melihat Arvino, Ibu kost itu hanya mengangguk sopan dan beralih menatap wanita-wanita penghuni kost tadi.

"Ini Mas Arvino. Suaminya Mbak Aiza."

Suara-suara para wanita yang sepertinya terganggu akibat gedoran pintu yang dilakukan Arvino semakin membuat Aiza gelisah apalagi saat ini ada Ibu pemilik kost yang datang. 

Karena itu Aiza pun segera membuka pintunya dan menarik pergelangan tangan Arvino sebelum meminta maaf pada Ibu kost dan para tetangga sebelahnya.

Tanpa Aiza sadari, Arvino tersenyum smirk karena ia tahu hanya itulah yang bisa ia lakukan agar istrinya itu mau membukakan pintunya. 

Apalagi Aiza tipikal wanita yang tidak enakan hati terhadap orang-orang disekitarnya. Arvino sudah berdiri menjulang tinggi dihadapan Aiza. Tatapannya begitu tajam dan terasa menusuk bagi Aiza. Aiza pun merasa gugup karena tatapan Arvino begitu mengintimidasinya.

"Masih ingin menyendiri dan mengabaikan suamimu yang tampan ini?" Arvino melangkahkan kakinya dan membuat Aiza memundurkan langkahnya.

"Ngapain saja selama beberapa jam ini? Nangis? Merasa bersalah? Nyalahin diri sendiri? Nyalahin situasi? Tidak kangen sama aku?"

Aiza sudah tidak bisa memundurkan langkahnya.Aiza hanya bisa terdiam apalagi kedua paha belakangnya sudah mengenai pinggiran ranjang. 

Sekarang Arvino sudah berada didepan dirinya. Aiza pun tidak bisa berkutik karena kalau sudah berada didepan suaminya itu,

Arvino hanya menatap Aiza yang begitu sedih sehingga dirinya tak kuasa untuk bisa marah apalagi menyakiti perasaan Aiza. 

Aiza sudah meneteskan air matanya, Aiza tidak bisa menepis bawah sesungguhnya ia juga tak bisa menahan diri terlalu lama karena begitu merindukan Arvinonya. 

Dengan perlahan, Arvino memeluknya hingga Aiza pun seenggukan. Arvino memeluk Aiza begitu erat. Menumpahkan segala kerinduan yang ada dan tangis Aiza pun pecah.

"Jangan pergi Aiza. Tetap bersamaku dan dirumah. Aku tahu kamu begitu terpukul karena mengira semua orang menyalahkanmu." bisik Arvino lagi dan akhirnya mencium puncak kepala Aiza. Ia pun menangkup kedua pipi Aiza dan menatapnya secara intens.

"Dan itu tidak benar. Ayah, Bunda, keluarga Pak Amran tidak ada sedikitpun yang menyalahkanmu. Demi Allah Aiza.."

"Tapi-" Arvino menghentikan ucapan Aiza dengan mencium bibirnya. Jantung Aiza berdebar sangat kencang dan air mata masih mengalir dipipinya.

"Aku kangen Mas. Maafin aku."

Arvino mencium kening Aiza kemudian ujung hidungnya. "Saat ini Fikri sedang berkabung karena kepergian Devika dengan segala kekecewaan dan emosinya sehingga ia melampiaskan semua kesalahan padamu. Padahal hati kecilnya tahu bahwa ini semua sudah menjadi takdir"

"Aku tahu bagaimana sifat Fikri. Pendendam bukanlah sifatnya. Dia hanya butuh waktu untuk bisa menerima dan memaafkan situasi. Mas mohon jangan pergi lagi. Mulai besok kamu harus pindah dan tinggalkan kost ini. Uang bulanan kost kamu sudah Mas bayar dengan lunas.'

Allah perintahkan agar para wanita lebih banyak tinggal di dalam rumah. Karena rumah adalah hijab yang paling syar'i baginnya. Allah berfirman :

Tetaplah tinggal di rumah kalian, dan jangan melakukan tabarruj seperti tabarruj jahiliyah yang dulu. (QS. al-Ahzab: 33)

"Seorang istri diharamkan untuk keluar tanpa izin suami, kecuali karena alasan darurat. Seperti membeli makanan, karena tidak ada yang mengantarkan makanan kepadanya. (Mathalib Ulin Nuha, 5/271)"

Kini Arvino mendekatkan pergelangan tangannya pada tangan Aiza agar sebuah gelang couple yang mereka kenakan terlihat menyatu.

"Gelang aja couple. Masa kita gak couple? Tu lihat, Love nya aja nyatu. Jangan sampai kita terpisahkan lagi seperti gelang ini kalau terlepas." bisik Arvino.

"Maafin aku Mas. Tadi malam aku kelelahan dan ketiduran. Seharusnya aku pulang kerumah." 

Arvino menangkup kedua pipi Aiza. "Jangan pernah pergi dari Mas. Aku bisa terluka."

Aiza mengangguk. Ia pun menangkup kedua pipi Arvino dan berjinjit untuk mencium kening suaminya. "Iya Mas, Aku mencintaimu."

💞💞💞💞

Cieeeeee yang sudah baikan wkwkwkw.  😄

Perasaan kalian.

Senang?

Bahagia?

Atau

Baper?

😄😄😄😄😄

Terima kasih sudah ikutin alur ini sampai sekarang.

Bagaimana kelanjutan Arvino Aiza setelah ini? Apakah masih ada masalah-masalah lainnya atau tidak? Eh masing ingat sama si Kumala-kumala itu? Btw Dia lama gak nongol ya🙄

Ada apa lagi sih? Ntahlah. Doakan saja semoga Arvino Aiza tidak ada masalah lagi🙏 Kalian bisa pantengin spoiler Chapter 53 di akun Instagram lia_rezaa_vahlefii

Terima kasih. Sehat selalu buat kalian.

With Love

LiaRezaVahlefi