webnovel

Mencintaimu Dalam Diam

Ketika dirinya mulai memasuki bangku perkuliahan, disitulah jatuh cinta mulai terukir di hatinya. Aiza Shakila, seorang wanita berusia 18 tahun yang memiliki sifat pendiam dan suka menyendiri namun menyukai Arvino Azka, Seorang Dosen yang tampan, angkuh dan dikenal kejam oleh para mahasiswanya. Aiza menyimpan perasaan pada Arvino dan hanya melalui ucapan doa saja yang ia lakukan selama ini ketika mencintai Arvino karena Allah. Menyukai dalam diam bahkan mulai mencintai Arvino selama ini membuat Aiza harus menahan diri untuk tidak mengungkapkannya ketika dirinya mulai bersaing oleh banyak wanita yang mendekati Arvino dan menundukan pandangannya kepada yang bukan mahramnya. "Ya Allah. Maaf aku jatuh cinta."

Lia_Reza_Vahlefi · Urban
Not enough ratings
62 Chs

Chapter 31

Hari semakin membosankan bagi Aiza. Tak hanya bosan, kegalauan hati serta gundah gulana membuat Aiza semakin terpuruk ketika pria yang ia sukai itu semakin menjauhinya. Siapa lagi kalau bukan Arvino.

Saat ini, Aiza tengah duduk dengan gelisah sembari menunggu giliran dirinya untuk melakukan bimbingan skripsi pada Arvino. Arvino masih fokus membimbing skripsi mahasiswa lain yang hanya tinggal satu orang saja diruangan tersebut.

Dalam kegelisahan dan diamnya, Aiza berusaha mengalihkan dengan membuka aplikasi membaca novel gratis di Wattpad melalui ponselnya. Aiza terhenyuk ketika membaca sebuah kisah yang berakhir dengan kisah sad ending. Situasi yang saat ini sedang datang bulan membuat Aiza mengalami pembawaan perasaan bahkan berakhir dengan air mata yang meluruh di pipinya.

Mahasiswi tadi akhirnya selesai. Ia pun segera pergi dari ruangan tersebut dan Arvino segera mengalihkan tatapannya pada Aiza.

"Sudah siap dengan skrip-" Arvino terdiam ketika melihat Aiza yang menundukan wajahnya sambil memegang ponsel dan mengeluarkan air matanya.

"Ada apa dengan gadis itu?" ucap Arvino dalam hati.

Aiza terus saja menangis membaca kisah tersebut di ponselnya hingga suara dehaman dari Arvino membuat Aiza mengentikan membaca kelanjutan ceritanya serta menghapus dengan cepat air mata yang mengalir di pipinya. Ah ternyata memang susah kalau seorang wanita lagi sensitif dan pms.

"Saya menunggu kamu sejak 5 menit yang lalu untuk melakukan bimbingan skripsi. Bukan nontonin kamu yang lagi menangis!" ketus Arvino.

Aiza sedikit terkejut mendengar nada bicara Arvino yang terdengar ketus. Inilah yang membuatnya galau dan gundah mendapati sikap Arvino yang cenderung dingin apalagi menghindarinya.

"Maafkan saya pak."

Arvino mendengus kesal. "Mana skripsi kamu? Saya mau lihat. Kalau bisa selesaikan tahun ini karena saya akan mengundurkan diri sebagai dosen di universitas ini."

Aiza terkejut "A-apa? Bapak mau ngundurkan diri? Kenapa?"

"Tumben kamu mau cari tau tentang saya? Biasanya juga kamu tidak perduli sama saya." sindir Arvino yang memilih membolak balikan halaman demi halaman skripi Aiza bahkan sengaja tidak menatapnya.

Mendadak hati Aiza pilu. Arvino benar. Selama ini ia berlaku tidak peduli dengan pria itu. Selama ini ia berpura-pura tentang semuanya akan baik-baik saja. Ia sudah mengabaikan seorang pria yang berusaha memperjuangkan dirinya sepenuh hati meskipun rasa ketakutan terbesarnya masih ada.

"Maaf."

"Skripsi kamu salah lagi!"

"Apa? Yang mana pak?"

Arvino menyodorkan skripi tersebut pada Aiza bahkan tidak tanggung-tanggung kembali mencoretnya dengan bolpoin dan berakhir dengan dirinya yang harus merevisi ulang, mengetik, bahkan mengeprint kembali. Benar-benar pemborosan sebuah kertas namun begitulah perjuangan seorang mahasiswa ketika ingin mencapai gelar sarjana.

"Yang ini!" tunjuk Arvino.

"Peran semiotika adalah mempelajari tentang tanda dan menterjemahkannya menjadi suatu pesan komunikasi. Ada pria yang memakai baju pink, lalu semiotika menterjemahkannya menjadi suatu pesan. Misal menggunakan teori Roland Barthes yang menggunakan Denotasi, Konotasi, dan Mitos.

Denotasinya 'baju berwarna pink'

Konotasi 'pria memakai baju pink'

Mitos 'pink artinya feminim'

Kesimpulannya pria yang menggunakan baju pink tersebut memiliki sifat yang feminim. Apa kamu paham?"

Aiza mengangguk. "Saya paham pak."

"Kesalahan kamu disini adalah kamu tidak menyertakan kesimpulannya!"

"Maaf. Saya lupa dan akan merevisinya kembali."

"Typo dan eyd kamu banyak sekali yang berantakan. Harusnya rapi. Saya tidak terima skripsi begini yang seperti sampah!"

Krek! Tanpa diduga Arvino merobek skripsi Aiza didepan matanya. Aiza membulatkan kedua matanya tak percaya dan tidak menyangka jika Arvino berlaku demikian.

"Jika terus seperti ini saya tidak akan menyetujuinya." Arvino beranjak dari duduknya. Aiza meneguk ludahnya dengan susah payah melihat Arvino yang sedang marah bahkan terlihat menyeramkan baginya.

"Bimbingan kali ini sudah selesai. Kalau tidak ada hal penting lagi saya akan pulang!"

Arvino mengabaikan Aiza. Ia pergi berlalu meninggalkan Aiza yang terdiam dengan kedua matanya yang berkaca-kaca menatap nanar skripsinya yang penuh coretan bahkan robek.

Aiza menatap punggung lebar Arvino dengan dada yang sesak dan berucap sesuatu hingga Arvino menghentikan langkahnya yang sudah diambang pintu kelas.

"Saya kecewa dengan bapak."

Arvino terdiam. Ia menoleh ke arah Aiza yang masih duduk ditempatnya dengan kedua mata mereka yang saat ini saling beradu pandang.

"Apa katamu?" sinis Arvino tajam. "Kamu kecewa dengan saya? Ck! Kamu tidak terima?!"

"Dan bapak tidak menghargai hasil jerih payah saya."

"Kamu kenapa? Lagi baper? Dasar ya wanita itu memang baperan! Contohnya kamu saat ini!"

"Setidaknya bapak tidak merobek skripsi saya!" dan luruhlah air mata Aiza di pipinya. Masa bodoh jika kali ini Arvino menganggapnya gadis cengeng karena pada dasarnya hatinya sedang bergerumul sesak akibat kegelisahan dan kegalauannya soal Arvino.

Arvino memasang raut wajah smirknya. Ia pun menutup pintu kelas tersebut dengan kasar bahkan menimbulkan suara nyaring dan melangkah mendekati Aiza. Arvino meletakkan kedua tangannya di pinggiran meja Aiza dan membungkukkan tubuhnya untuk menatap wajah Aiza yang sedang menahan kekesalannya.

"Terus kenapa saya robek? Apa kamu tidak terima? Silahkan! Karena memang saya tidak terima sebuah skripsi yang salah." ucap Arvino tajam bahkan terdengar sangat pelan karena berbicara didepan wajah Aiza.

"Tapi-"

"Dan mahasiswi seperti mu harus siap mental terhadap dosen seperti saya bahkan harus siap menerima resiko jika skripsi kamu saya coret, Saya robek bahkan saya tolak! Sama seperti diri kamu yang menolak hati saya Aiza S.h.a.k.i.l.a." nada Arvino penuh penekanan.

Aiza tak mampu berkata. Berusaha mengalihkan dari situasi yang menegang, ia pun berdiri dari duduknya. "I-ini diluar dari pembahasan skripsi. Maaf saya harus pergi."

Aiza segera melalui Arvino. Arvino sudah terlanjur emosi hingga ia pun menghadang langkah Aiza dengan berdiri didepannya sambil menatapnya tajam.

"Terus kamu sendiri kenapa?! Memang seperti itu kan kenyataannya? Apakah kamu mencoba menjadi wanita yang sok suci dengan menolak saya? Apakah kamu berusaha menjadi wanita yang sombong untuk menolak pria seperti saya yang ingin hijrah bersamamu?! Asal kamu tau, Apa yang saya lakukan akhir-akhir ini adalah sebuah kesengajaan dengan cara menjauhimu, Berlaku dingin denganmu bahkan seolah-olah tidak perduli denganmu! Tapi apa yang saya dapat? Saya pikir kamu merasa kehilangan saya, mencoba mengejar  saya, meminta maaf atau kalau perlu menyadari perasaan kamu sama saya. Kamu merasa seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. Saya-"

Arvino menundukan wajahnya. Rasa frustasi, gejolak amarah, kekecewaan bahkan hasrat seksual yang tidak terlampiaskan karena keinginannya yang ingin segera menikah apalagi terhindar dari zina ditambah keinginannya yang ingin segera berhijrah bersama wanita yang sudah ia cintai sejak tiga tahun yang lalu, kini tidak terjadi hingga sampai sekarang.

"Aku mencintaimu Aiza." ucap Arvino pada akhirnya. Bahkan tidak ada kata formal lagi diantara keduanya. "Aku benar-benar mencintaimu. Bisakah dibalik diamnya dirimu selama ini menerima cintaku? Hentikan sikap mu yang selama ini mencintaiku dalam diam. Aku ingin bersamamu. Aku ingin berada di sampingmu bahkan-" Arvino mengusap raut wajahnya dengan kasar.

"Aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku dimasa depan."

Dan akhirnya, Aiza terisak karena sudah tidak sanggup membendung rasa haru di hatinya. Ia pun menangis dan meluruh dilantai sambil menundukkan wajahnya.

"Ma-maafkan aku. A-aku, hiksss.. Aku hanya takut jika pada akhirnya semuanya akan berakhir buruk. Mungkin bagimu bisa mengatasi ini semua, tapi tidak denganku. Wanita diluar sana-"

"Baiklah." potong Arvino cepat. "Maaf aku sudah mengeluarkan semua ungakapan perasaanku padamu selama ini."

Arvino memundurkan langkahnya. Semua sudah jelas. Aiza masih meragukan dirinya. Ia mengepalkan tangannya dibalik saku celananya. Usahanya terasa sia-sia. Arvino pun meninggalkan Aiza yang masih menangis sambil terduduk dilantai kelas.

Dan sebelum mencapai ambang pintu, Arvino kembali menoleh kearah Aiza bahkan kedua matanya ikut berkaca-kaca meskipun ia mengabaikan fakta bahwa seorang pria tidak akan mudah menangis. Namun, seorang pria tetaplah pria yang memiliki hati dan perasaan jika cintanya ditolak.

"Mungkin, tunggu aku telah tiada di dunia ini baru kamu menyadari arti diriku yang sesungguhnya untuk mu."

"Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabar dicukupkan pahala mereka tanpa batas." ( Az Zumar : 10 )

🖤🖤🖤🖤

Semoga Arvino tetap sabar. Dan Aiza moga aja cepet menyadari perasaannya untuk menerima Arvino.

Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya.

Terimakasih.

With Love

LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii 🖤