webnovel

entahlah

Ada banyak sekali wanita-wanita cantik di klub malam itu, tapi aku tidak pernah tau kenapa Rio yang tampan dengan penuh pesona itu datang menghampiri aku. Dengan pesona seperti itu, mungkin saja dan bisa dia memilih wanita mana saja yang dia inginkan untuk menemaninya. Aku hanya mengikuti alur dan hanya menganggapnya sebagai angin lewat yang kadang aku balas leluconnya dengan senyum saja, untuk menghargai usaha Rio yang mencoba untuk menghiburku.

Malam ini aku benar-benar menikmati aliran musik-musik DJ yang dimainkan. Namun ditengah obrolan tiba-tiba Rio bertanya

"Dari tadi aku perhatikan kamu seperti banyak pikiran?" Tanya Rio padaku sembari mendekatkan tempat duduknya.

"Aku?" Tanya ku dengan wajah begitu kaget

" Iya, kamu lenn.. Emang ada orang lain di sekitar sini?" mengulang pertanyaan dan memastikan aku mendengarkan Rio bertanya.

" Ndk" jawabku singkat

"Lo dengarkan gw bicara, tapi gw perhatiin lo kagak terlihat tertarik sama sekali dari tadi." Rio mulai memasang muka serius.

Setelah mendengar pernyataan dan sekaligus pertanyaan itu, tanpa pikir panjang aku langsung. "Permisi ya, gw mau ke toilet" aku langsung pergi meninggalkan Rio sendiri.

Aku mencari Indri, aku ingin segera mengajaknya pulang. Aku merasa waktu bersenang-senang ku sudah berakhir. Mataku mencari Indri di segala penjuru klub. Iya kemelut dalam jiwaku mulai menghantui, tanpa aku bisa mengontrol agar dia merasa baik-baik saja. "Rasa apa ini. Kok tidak tenang" lirihku dalam hati. Aku berusaha menggali sumber kegundahan ini, namun sayang aku tak dapat menemukan penyebab gundahku sendiri. Dan tak lama Indri mencari ku ke tempat aku duduk sebelumnya dan seketika aku kembali dan menghampiri Indri.

"Ndri…" lirihku

"Pulang, yuk. Gw lagi gak enak badan nih" aku membisikan ndri.

"Kenapa, Lennn, kok tumben, nggak kayak biasanya? Tanya Indri pelan agar Samuel dan Rio tak mendengarkan ku.

" Nggak tau gw, tiba-tiba ndak enak badan." aku menjelaskan keadaanku ke Indri.

"Ya deh lenn. Aku bilang Samuel dulu" kata Indri. Indri langsung membisikan Samuel untuk pulang dan menjelaskan keadaan aku. Tak lama Anggukan Samuel tertuju ke aku memberikan kode untuk mengiyakan keinginan ku untuk segera pulang.

Ketika kami hendak berjalan pulang Rio, memanggil Indri dan menanyakan akun Instagram Indri. Aku tidak tertarik sama sekali memperhatikan apapun malam itu. Aku hanya berfikir ayo cepat pulang.

Saat dalam perjalanan. Aku hanya memeluk Indri dan mulai menangis.

"Lo, kenapa lenn?" Dengan wajah kaget, dan bertanya pelan.

"Gw. Nggak tau juga" kataku sambil nangis

" Loe nggak di apa-apain kan sama si Rio itu?" Tanya pelan, agar aku bisa menceritakan semuanya.

"Nggak. Ndri" aku sambil menangis

"Trus, Lo kenapa? Cerita ma gw" Indri terus membelai rambutku, agar aku bisa bercerita.

"Aku kangen orang tua gw, ndri" kataku.

"Kok bisa? Kan tadi kita senang-senang di klub?" Indri dengan nada prihatin dengan keadaanku.

"Iya tadinya. Tapi pas Rio nanya sesuatu gw langsung ingat mereka ndri" aku mencoba menjelaskan sambil menyeka air mataku.

"Lo yang sabar,ya lenn.. gw yakin mereka bahagia disana, apalagi sekarang anaknya sudah sarjana, sejak sidang tadi siang selesai." Indri mencoba menghiburku

"Iya" kataku

Dalam pikiranku di dalam mobil itu, hanya sesegera mungkin untuk kembali ke apartemen. Ingin kutumpahkan semua isi hatiku di dalam laptop kesayangan ku. Aku mungkin bisa saja bercerita ke Indri. Tapi untuk urusan pribadi yang sangat dalam tak boleh satupun orang mengetahuinya. Karena ayahku pernah berkata. Jangan pernah kau bagikan isi hatimu kepada siapapun kecuali orang itu benar-benar dipercaya, yang dimana orang itu akan jadi keluargaku. Karena hanya keluarga yang pandai dan bisa menjaga rahasia. Dan keluarga juga, kemungkinan kecil tidak akan memanfaatkan kerapuhan kita untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Setiba di di depan apartemen. Aku langsung keluar dari mobil Samuel.

"Sorry, ndri… gara-gara gw Lo jadi balik dari klub. Padahal lagi seru tadi." Memasang wajah rasa bersalah

"Kayak sama siapa aja Lo lenn." indri sambil senyum. Agar aku menyudahi menatapnya dengan wajah rasa bersalah.

"Makasih. Ndri" kataku. Dan mendekatkan wajahku, untuk salam pipi kiri dan kanan.

"Langsung, istirahat. Lenn" saat Indri mau masuk mobil.

Aku hanya membalas dengan senyum

"Daaa...lenn. ketemu besok" katanya sambil berlalu dari apartemen ku.

Aku langsung berjalan masuk ke apartemen. Dan langsung mandi. Seusai ku mandi. Aku langsung menghampiri meja tempat aku sering menulis. Ku aktifkan laptopku. Dan mulai menuliskan rasa gundah dan kangenku ke ayah dan ibuku.

Tak terasa malam begitu larut, dengan angin malam mulai meraba sekujur tubuhku. Setelah semua rasa kesedihanku ku tuliskan. Aku mulai merasa mengantuk. Dan kuputuskan untuk sejenak merebahkan tubuhku di ranjang kesayangan ku. Ketika aku hendak menutup mata sejenak aku melihat jam yang sudah pukul dua pagi. Dan sebuah notifikasi pesan WhatsApp dari nomor baru. Ku perhatikan sejenak. Ternyata Rio.

"Malam Allen" pesannya di WhatsApp

"Juga" balasku. Dan aku langsung tertidur.

Tuk,tuk…. Suara pintu apartemen ku membangunkan ku. Dan aku dengan tubuh yang masih mengantuk menghampiri sumber suara yang mengganggu tidurku. " Siapa pagi-pagi begini" lirihku kesal.

"Pagi, mbak Allen?" Tanya tukang kurir tersenyum ramah

"Iya, kenapa mas?" Tanyaku kaget.

"Ini paket atas nama mbak Allen" tukang kurir itu menjelaskan tujuannya menghampiriku.

"Salah orang kali mas, gw kagak pernah pesan apapun." Kataku kalau paketnya salah kirim

"Ini alamat dan namanya sesuai kok mbak" katanya lagi.

Tiba-tiba handphone ku berdering. "Tunggu dulu ya mas, saya ambil bentar, ada yang nelpon. Siapa tau ada petunjuk" kataku ke kurir itu. " Iya mbak" katanya. Aku langsung menghampiri handphone ku di ranjang. Aku terkejut ternyata yang menelponku Rio.

"Pagi Allen, kurir yang ada di depan itu, mau nganterin paket buat kamu." Katanya tanpa basa basi

"Oooo.. itu dari kamu, makasi Rio" kataku

"Diterima ya llenn kasihan kurirnya kalau sampai iya balik lagi ke rumahku" katanya, agar aku mau menerima paket darinya.

"Iya makasi ya" kataku

"Aku mau Menerima paket itu, kasian kurirnya nunggu" lanjutku.

Aku menghampiri kurir itu. Dan menerima paket dari Rio. Aku langsung membawa paket itu keranjang, namun tak langsung ku buka. Menerima tamu dengan wajah bangun tidur cukup membuat kantukku langsung hilang seketika. Dan kuputuskan untuk langsung ke kamar mandi, melakukan ritual pagi, pup dan mandi.

Seusai ku melakukan ritual wajib pagi ku, aku langsung membereskan tempat tidur. Dan menyiapkan sarapan untukku.

Sehabis sarapan ku buka kado yang dikirimkan Rio, aku cukup terkejut dengan kado itu. Sebuah jam tangan mewah rolex. Aku benar-benar terkejut. Ada yang salah ini. Kejutku dalam hati. Ku putuskan untuk menelpon Rio

"Halo. Rio, kamu ndk salah kirim kan?" Tanyaku

"Ndk, kenapa emang? Jelek ya? Tanya Rio

"Ndk ini terlalu berlebihan buat aku, aku kirim ulang ya ke kamu" pinta ku ke Rio

"Ndk usah, itu bener buat kamu lenn" pungkasnya dalam telepon.

"Ndk aku ndk biasa menerima pemberian berlebihan kayak gini." Aku mencoba memberitahu dia kalau pemberiannya terlalu berlebihan.

"Itu buat kamu, kamu pake ya, kamu cocok deh pakai itu" ia berusaha agar aku mau menerima itu.

"Atau aku langsung mengatarkan ini kerumah kamu" kataku.

"Iya udah kalau kamu maunya begitu" kata Rio

"Share Loc aja, ya aku tunggu" kataku tak mau basa basi.

"Iyaaa, wait…" katanya

Aku langsung menghentikan percakapan telepon itu, dan menunggu pesan share loc dari Rio.

Setelah menerima balasan Rio. Aku langsung pergi tepat dimana Rio membagikan lokasi tempat dia berada. Dan membawa jam rolex itu.