webnovel

MENANTU SAMPAH

Ethan Abraham Patlers mengulurkan tangan menyalami mertuanya. "Mama, happy birthday."

"Apa sih. Sana jauh-jauh. Tidak usah sok akrab deh," hardik Caroline kasar sambil menepis tangan Ethan. "Jangan kira karena sudah menikahi anakku terus bisa panggil aku mama. Mimpi saja sana," desis Caroline saat Ethan berjalan di sampingnya.

Di hari ulang tahunnya yang ke-50, Caroline Alexella Gallagher membuat pesta dengan mengundang keluarga dan teman-temannya.

Ethan yang baru kena PHK pusing karena tidak bisa memberikan hadiah yang layak untuk mertuanya.

Megan, istrinya yang merupakan putri bungsu Caroline berkali-kali berusaha menenangkan suaminya supaya tidak terlalu merisaukan hadiah.

"Sudah, tidak usah dipikirin. Kasih saja hadiah semampunya, tidak perlu dipaksain." Megan mengusap lengan suaminya lembut.

Dibenak Ethan masih terbayang jelas saat Caroline menepis tangannya di depan pintu tadi.

"Megan..." Terdengar suara Caroline dari ujung ruangan, "Ada Tante Yona nih."

"Iya, tunggu sebentar." Megan memandang suaminya lalu berkata, "Ayo salam sama Tante Yona dulu," Megan bergegas menuju arah suara panggilan mamanya.

"Hai Megan, ya ampun makin cantik aja keponakan tante ini."

Mereka berangkulan dan saling cipika-cipiki.

Hangat-hangatnya mereka saling bersapa, Ethan hanya bisa menatap diam. Bukan apa-apa, dari awal memang ia tidak suka dengan Ethan yang dia anggap sebagai lelaki tidak berguna.

"Ethan." Tante Yona tiba-tiba menghardik Ethan, "Kau kegiatannya sekarang apa, sudah ada perubahan belum?"

"Aku juga tidak tahu. Pusing mikirin dia. Tidak ada produktif-produktifnya jadi orang. Ngelamar kerja ke sana ke mari tapi tidak pernah ada kejelasan," sambar Caroline sebelum Ethan sempat menjawab pertanyaan Tante Yona.

"Hmmm..." Tante Yona manggut-manggut kemudian melanjutkan, " Itulah makanya aku bilang, cari menantu harus jelas bibit, bobot, dan bebetnya. Jangan asal tampan aja. Kalau udah kejadian begini gimana? Istri mau dikasi makan apa, tampang?"

"Iya. Beda banget kau sama Jayson, Ethan," cecar Caroline sambil mendorong tubuh Ethan.

"Lho jelas, pilihanku mana bisa salah. Lihat sendiri sekarang, berkat kerja keras dan ketekunannya, bisnis Jayson maju pesat. Tadi aku ketemu Ravella, ya ampun dia udah kayak toko perhiasan berjalan."

"Jayson memang pandai memanjakan istrinya. Coba Megan punya suami yang kreatif kayak Jayson, pasti hidupku makin terasa sempurna."

"Sudahlah Megan, mending kau cerai aja sama Ethan suami kau yang tidak jelas itu. Mumpung belum bunting. Nanti kalau udah ada anak bakal makin sengsara hidupmu."

Tante Yona menarik Megan ke dekatnya, sementara Caroline mendorong Ethan menjauh dari mereka.

Perlahan ruang pesta dipenuhi tamu undangan.

Setelah berhasil melepaskan diri dari Tante Yona, Megan menghampiri suaminya yang terlihat begitu tampan dalam balutan kemeja berwarna biru, dipadu dengan celana casual berwarna krem.

Ethan memiliki hidung mancung, alis tebal dan rahang kokoh yang dipertegas dengan pilihan Ethan untuk memelihara bulu janggutnya. Bulu-bulu yang dipangkas rapi itu tumbuh menyambung dari dagu hingga cambang di pelipis kanan dan kirinya.

"Hei," sapa Megan pada suaminya yang terlihat asik menyesap minuman dari gelas bertangkai.

"Sudah selesai ngobrol ya sama Tante Yona?"

"Sudah, lagi pula tidak asik."

"Eh! Ga boleh gitu."

"Megan..." Kembali terdengar teriakan Caroline dari ujung ruangan.

"Aduh, kenapa lagi sih," Megan berjalan kembali menyeberangi ruangan dengan menggerutu.

Ethan mencari kursi kosong untuk beristirahat.

Agak jauh dari tempat Ethan duduk, Ravella, kakak Megan tengah asik bergunjing dengan gerombolannya.

"Tuh lihat suami si Megan," Ravella menunjuk ke arah Ethan dengan pandangannya. Perlahan gerombolan Ravella datang menghampiri Ethan.

"Ethan, kok di sini?"

"Nemenin Megan."

"Tidak penting banget sih. Perasaan kau tidak ada di daftar undangan deh, pengangguran kayakmu mah tidak layak ikut pesta mama." Ravella mengibaskan tangannya di hadapan Ethan.

"Lho? Beneran ya dia pengangguran?"

"Ya beneran lah."

"Sayang ya."

"Duh amit-amit deh, jangan sampai punya suami pengangguran."

"Terus apa kegiatannya setiap hari?"

"Di rumah doang. Ngebabu. Ngepel, nyuci baju," Ravella melotot ke arah Ethan. Seolah ingin menelan Ethan bulat-bulat.

Ethan merasa darahnya memanas. Diteguknya minuman dalam gelas untuk mendinginkan kepala dan bergegas menjauh.

Tamu-tamu pesta berbisik pada temannya saat melihat Ethan lewat. Sebisa mungkin Ethan menahan diri supaya tidak menanggapi para kerabat Megan yang bergunjing tentang kemiskinannya.

Tanpa sengaja Ethan bertemu dengan istrinya yang tengah berdiri di samping Caroline.

Mengetahui Ethan mendekat, obrolan seketika terhenti. Semua kepala mendongak dan memandang kepada Ethan dengan tatapan 'pergi jauh-jauh dari sini'.

Merasa dirinya tidak diinginkan, Ethan segera memutar badannya. Tangan Megan terulur untuk menarik suaminya, tapi segera ditepis oleh Caroline dan segera menarik putrinya menjauhi suaminya.

Ethan mengeluarkan dari sakunya kado yang sudah ia persiapkan. Kotak kayu tempat make-up. Ia menimbang-nimbang dalam hati sebelum meletakkannya bersama kado lain pada tumpukan di meja.

Megan Alexella Gallagher yang cantik dan lincah adalah putri bungsu Caroline Alexella Gallagher. Caroline memiliki dua orang putri, Ravella adalah kakak Megan.

Berbeda dengan Ethan dan Megan terseok-seok mengatur keuangan, Ravella dan Jayson adalah pasangan yang jadi favorit Caroline karena bisnis Jayson tengah naik daun.

Meski sebenarnya kesuksesan bisnis Jayson adalah berkat bantuan dari Ethan dan Megan.

Sebelum bisnisnya sesukses sekarang, Jayson pernah bangkrut karena ditipu rekannya. Tak hanya bangkrut, hutangnya juga menumpuk di sana-sini.

Ethan dan Megan yang saat itu masih pengantin baru tidak tega melihat kakaknya terpuruk. Atas saran Ethan, Megan meminjamkan perhiasan mas kawinnya untuk digunakan Jayson sebagai modal awal menjalankan bisnisnya kembali.

Perlahan bisnis Jayson bangkit. Karena Caroline yang selalu membanding-bandingkan Jayson dan Ethan, akhirnya Jayson berubah menjadi seseorang yang kelewat berpuas diri dan selalu berusaha membuat dirinya terlihat lebih hebat dibanding Ethan.

Jayson dan istrinya sudah lupa dengan bantuan yang pernah mereka terima dari Ethan dan Megan. Belakangan malah mereka turut bergabung dengan kerabat lain yang mengolok-olok Ethan.

Pesta dilanjutkan dengan membuka kado. Caroline membuka bungkus hadiah dari tumpukan satu per satu diiringi tepuk tangan dari para tamu.

Tibalah giliran kado dari Jayson dibuka.

"Wah, mama suka sekali hadiah ini," Caroline memegang tempat make up beserta anak-anaknya di tangannya seperti tengah menimang bayi. Warnanya emas yang mewah juga halus sekali buatannya.

Caroline menempatkannya dengan hati di sisi lain meja, seolah memang dikhususkan dan melanjutkan membuka kado yang lain hingga akhirnya ia sampai pada kado dari Ethan.

Dari tempatnya berdiri di bagian belakang kerumunan, Ethan dapat melihat wajah Caroline mengernyit saat membaca nama pada bungkus kado.

Dengan kasar Caroline menyobek bungkus kado dan melihat sekilas pada kotak kayu pemberian Ethan, lalu cepat-cepat meletakkannya kembali ke meja. Caroline bahkan menyeka kedua tangannya dengan hand sanitizer sebelum membuka kado selanjutnya.

Acara membuka kado selesai dan dilanjutkan dengan acara makan bersama. Seluruh tamu dipersilakan untuk bergegas ke ruang makan.

Caroline mengumpulkan semua kado ke dalam keranjang dan pergi dengan wajah semringah.

Ethan berjalan menuju ruang makan dan tanpa sengaja melihat sesuatu di dalam kotak sampah di samping meja tempat mengumpulkan kado tadi. Ia mendekatinya dan melihat kotak kayu pemberiannya teronggok di dalam tempat sampah.

Ia menengok ke kiri dan ke kanan, setelah yakin tak ada yang memperhatikan, diambilnya kotak kayu itu.

Hatinya bimbang. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk tetap mengikuti pesta sampai selesai. Karena Ethan tidak ingin memberi keluarga Megan satu bahan lagi untuk dipergunjingkan.

Dengan menahan semua hal itu Ethan turut bergabung bersama tamu-tamu lain di ruang makan.

Ethan Abraham Patlers, dipanggil Ethan, tak seorang pun dalam keluarga Megan yang tahu bahwa sebenarnya Ethan adalah putra Abraham Patlers Konglomerat paling berpengaruh. Bisnisnya di bidang migas dan infrastruktur membuat Klan Abraham Patlers mampu mengendalikan perekonomian semudah ia membalikkan telapak tangan.

Kekuatan Klan Abraham Patlers dengan kepemilikan saham mayoritas pada beberapa maskapai penerbangan internasional sebenarnya mampu mengendalikan perekonomian dunia.

Karena satu kesalahan fatal, Ethan dihukum tidak dapat mengakses seluruh aset Klan Abraham Patlers. Karena merasa tertantang, Ethan menerima hukuman itu dengan senang hati dan menjalani hidup seperti orang kebanyakan. Hal yang selama ini ingin ia coba.

Selama dihukum oleh keluarganya inilah ia bertemu Megan. Dari hanya saling sapa di coffee shop langganan, akhirnya bertukar nomor ponsel. Sebelum tahun berganti, mereka telah berganti status menjadi sepasang kekasih, dan berlanjut ke jenjang pernikahan pada tahun selanjutnya.

Semenjak awal bertemu sampai sekarang, Ethan tidak pernah bercerita tentang siapa dirinya sebenarnya. Karena sejujurnya ia juga mulai menikmati hidup sebagai orang yang biasa-biasa saja.

Selain tentu saja, bahwa Ethan sendiri tidak tahu kapan hukuman penutupan akses ini akan berakhir.

Di ruang makan ia bertemu Megan dan tidak menceritakan perihal kadonya yang dibuang ke tempat sampah.

Ponsel Ethan bergetar. Pesan dari asisten keluarga Abraham Patlers yang memberitahukan bahwa mulai pukul 00.00 malam ini, penutupan akses untuk Ethan telah dicabut. Semua kartu kredit dan debit miliknya sudah aktif dan bisa dipergunakan kembali.

Ponsel kembali bergetar. Satu pesan M-Banking masuk yang berisi pemberitahuan: SALDO ANDA SAAT INI ADALAH SENILAI Rp. 100.000.000.790.000,00

Seratus trilyun. Batin Ethan. Hmmm...

"Pesan dari siapa?" tanya Megan ingin tahu karena melihat senyuman di wajah suaminya.

"Dari teman," jawab Ethan seraya merengkuh Megan ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepalanya.

Next chapter