webnovel

Ch 1. Giandra Raihan

Giandra Raihan yang kerap disapa Rai merupakan pengusaha muda yang sukses diusia 26 tahun. Ia memiliki wajah rupawan nan cerdas, sikapnya yang ramah kepada siapapun, tegas dalam memimpin menjadi idaman semua wanita. Rai sendiri tidak tertarik dengan suatu hubungan, ia hanya fokus dalam menempuh pendidikan sehingga dapat lulus 3 tahun lebih cepat dengan ipk sempurna. Semua pendidikan yang ia tempuh tidak membayar sepeserpun, Rai selalu mendapatkan beasiswa. Namanya menjadi legenda di sekolah yang ia tempuh.

Sebuah ruangan yang didominasi warna abu-abu, duduklah seorang laki-laki yang sedang membolak-balikkan dokumen seraya menghela napas lelah, semua dokumen ini tidak ada habisnya. Baru saja ia meriksa satu dokumen, dokumen lainnya datang. Tidak aneh sih untuk pemilik Pusat Perbelanjaan, Apartemen dan Hotel.

Tok ... tok ... tok ...

"Masuk," titah Rai.

"Permisi pak, ada dokumen yang harus bapak tanda tangani," ujar sang sekretaris, pak Danis.

"Baiklah, simpan saja. Sore nanti akan saya berikan."

"Baik pak. Maaf pak sebelumnya ... ada yang ingin bertemu dengan bapak."

"Siapa?"

"Arkan pak ...."

"Kebiasaan sekali dia datang tanpa membuat janji," gumamnya sebelum mempersilahkan Arkan masuk.

"Yo bro!" sapa Arkan.

"Jangan mentang-mentang lo temen gue main dateng seenaknya!" tegur Rai.

"Ngga usah kakulah ... nih minum dulu, gue tau lo mumet sama kerjaan," ucap Arkan seraya memandangi tumpukan dokumen.

"Ya lo ngga salah juga," Rai mengambil kopinya.

"Jadi gimana? Udah ada kemajuan?"

"Belum."

"Ya namanya juga baru nyari minggu lalu."

"Habis ini lo mau kemana?"

"Cafe, biasa Barista berulah lagi. Pusing banget gue, ngga ada yang bener," keluh Arkan.

"Udah berapa kali lo ganti?"

"Kalau sama sekarang sih 4 kali. Sampe bosen gue," ucap Arkan sambil menyeruput kopinya.

Arkana Mahendra merupakan pemilik cafe yang sudah membuka cabang di kota Bogor dan Bandung sekaligus sahabat Rai sedari SD. Awalnya mereka tidak dekat sampai Arkan mengetahui bahwa Rai ditinggalkan kedua orang tuanya di Panti Asuhan.

Rai ditemukan oleh pemilik Panti Asuhan yang bernama bu Tia pada malam terakhir tahun 1995. Saat itu bu Tia baru membuka Panti Asuhannya. Bu Tia senang sekaligus sedih ketika merawat Rai. Senang karena Rai menjadi anak asuh pertamanya, sedih karena ditinggal orang tuanya. Merupakan suatu anugerah merawat anak cerdas seperti Rai. Selama dirawat Rai tidak pernah merepotkan bu Tia sekalipun. Rai tidak pernah keberatan membantu bu Tia dalam merawat anak lainnya maupun dalam membereskan rumah.

Perasaan sedih merasuki dirinya ketika mengingat malam tahun baru. Apa alasan orang tuanya meninggalkan Rai? Mengapa harus malam tahun baru? Ia hampir saja membenci malam tahun baru. Alasan tersebutlah yang menjadi penyebab Rai mencari orang tuanya.

"Oh ya, bentar lagi pembukaan Mall Star kan?" tanya Arkan memastikan.

"Iya," jawab Rai tanpa mengalihkan pandangan dari dokumennya.

"Yakin lo dateng?"

"Yakali ngga."

"Meski itu malam tahun baru?"

Rai mengangguk.

"Baguslah kalau lo bisa ngadepinnya."

"Udahkan keponya? Sana pergi, gue sibuk," usir Rai.

"Iya iya, sampai jumpa temen gue yang sibuk."

"Hah ..." Rai menghela napas, membalikkan kursinya dengan menyenderkan seluruh tubuh seraya memejamkan mata. Ia harus mempersiapkan mental untuk besok malam. Ia tidak bisa berdiam diri di kamar saat malam tahun baru selamanya.

***

Rai membereskan tumpukan dokumen, akhirnya setelah bergelut selama berjam-jam ia dapat membereskan semua itu.

Rai memanggil pak Danis dengan memencet salah satu tompol pada telepon yang terletak di samping kanan meja kerjanya.

"Pak Danis mohon untuk masuk ruangan saya," titahnya.

"Baik pak," jawab pak Danis.

Tak lama kemudian pak Danis masuk. Rai langsung menyerahkan dokumennya kepada pak Danis.

"Pak Raihan, saya perlu mengkonfirmasi kehadiran bapak untuk pembukaan Mall Star besok malam," pinta pak Danis sopan.

"Sampaikan bahwa saya akan datang, sekarang kamu bawa semua dokumen. Saya mau pulang."

"Baik pak."

Ringringring!

Widya is calling..

Tanpa pikir panjang Rai langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Rai! Lo baik-baik ajakan? Lo lagi dimana?"

Rai menjauhkan sedikit ponselnya karena teriakan Widya dari seberang sana.

"Gue baik-baik aja, lo ngga usah khawatir. Gue juga masih di kantor."

"Tunggu di lobby, gue jemput!"

"Apaan sih? Aneh tau ngga cowok dijemput cewek."

"Ngga aneh, kalau dijemput sahabat sendiri."

"Hahaha ... iya iya, gue tunggu."

"Ok, gue otw."

Pip!

Shalitta Widya adalah sahabat sedari SMP. Mereka sama-sama mengikuti ekstrakurikuker Bulu Tangkis. Dahulu Rai merupakan anak yang pendiam, ia selalu berbicara seperlunya. Sosoknya yang misterius menarik perhatian Widya.

Widya susah payah mengakrabkan dirinya, berulang kali ia diabaikan, berulang kali ia ditinggalkan ketika Widya sedang mengajak Rai mengobrol.

Widya termasuk cewek beruntung bisa berteman dengan Rai. Setelah mengenal Rai lebih jauh, Widya mengetahui fakta bahwa Rai anak yang menyembunyikan kesedihannya. Dibalik sosok misterius terdapat masa lalu yang kelam.

Ting!

Pesan masuk dari Widya yang berisikan bahwa ia sudah sampai. Rai tidak membalasnya, ia langsung menghampiri Widya.

Widya melihat Rai menyapa karyawannya dengan ramah. Senyum senang terlihat dari wajahnya.

"Ciee akrab sama pegawainya, udah ngga dingin lagi nih?" ledek Widya saat Rai memasuki mobil.

"Siapa yang dingin? Gue ngga pernah dingin tuh."

"Ya ya ngga dingin, tapi irit bicara hahaha ..." Widya menjalankan mobilnya.

"Mau sampai kapan sih lo khawatirin gue? Gue bukan anak kecil lagi," protes Rai.

"Sampai lo menemukan pendamping lo. Mau sampe kapan ngejomblo?"

"Ngga sadar diri ya anda."

"Ya setidaknya gue punya orang yang disuka."

"Udah berapa tahun ya lo bilang gitu, sampe sekarang gue ngga pernah ketemu sama orang yang lo suka?"

"Itu karena gue suka sama lo," batin Widya.

"Hahaha ... emang gue belum bilang ya, kalau dia lagi study di luar negeri?" bohong Widya.

"Oohh ... ternyata sedang menempuh pendidikan," balas Rai.

"Iya! Makannya gue belum bisa nyatain perasaan gue."

"Lo emang luar biasa ya."

"Hah? Apaan sih? tiba-tiba gini!"

"Ngga tiba-tiba, dari dulu gue mau bilang gini tapi ngga bisa. Makasih ya berkat lo gue bisa ngadepin semuanya, lo juga yang udah rubah gue. Sifat ceria dan positif lo menjadi motivasi buat gue."

"Rai ... gue geli," ucap Widya sambil bergidik geli.

"Hahaha iya gue tau."

"Tawa lo sudah menjadi candu buat gue. Gue bahagia bisa melihat lo tertawa," batin Widya melirik Rai.

Tidak terasa mereka sudah sampai di Apartemen yang tentu saja milik Rai.

"Thanks ya Widya udah nganter gue. Hati-hati di jalan udah malem," pamit Rai.

"Santai, siapa sih yang berani lawan gue si sabuk hitam Taekwondo," ucap Widya membanggakan diri.

"Bener juga."

"Gue pergi ya," pamit Widya menjalankan mobilnya, Rai membalasnya dengan lambaian tangan.

***

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Clariinnaaacreators' thoughts
Next chapter