1 "Mimpi Buruk"

Hujan malam itu begitu deras disertai angin yang kencang. Ben tak bisa tidur dengan nyenyak, mimpi buruk itu datang lagi. "Beni...!" Suara teriakan seorang wanita di tengah hujan deras dengan kondisi yang mengenaskan. Perutnya terus mengeluarkan darah akibat ditusuk pisau oleh seorang laki-laki yang mengenakan sweater hitam dengan penutup kepala. Ben tak bisa melihat wajah pelaku itu dengan jelas karena malam yang gelap akibat listrik padam. "Bella...!" Ben terjaga dari mimpi buruknya. Wajahnya berkeringat, dia nampak ketakutan. Segera Ben menuangkan air ke dalam gelas dan dia meminumnya.

Keesokan harinya, Ben menuju ke ruang makan. "Pagi Pak." Sapa Asisten rumah tangganya. "Pagi Mbok." Ben tersenyum padanya. Ben lalu menaruh nasi dan lauk dalam piringnya untuk segera sarapan. Dia melihat kaca jendela yang masih basah oleh air hujan. Kenangan itu muncul lagi di benaknya, dimana ada seorang wanita cantik yang sedang mengelap kaca jendela dengan kain. Ben lalu mengetuk kaca jendela tersebut dari dalam dan wanita bernama Bella itu tersenyum manis padanya. "Pagi sayang." Sapa Bella dari balik jendela. Ben memberi isyarat dengan jarinya, meminta Bella mendekatkan wajahnya ke kaca jendela hingga Bella pun menurut. Ternyata Ben mau mencium bibir Bella meski dari balik kaca jendela. Bellapun tertawa. "Dasar nakal!" Gumamnya. Ben tersenyum, dia lalu melambaikan tangan dan segera berangkat bekerja.

Kini perlahan Ben mendekat ke jendela itu lagi. Dia menyentuh kaca jendela itu sambil membuka kacamatanya. Ben dapat merasakan sentuhan tangan Bella yang hangat begitu dekat dengannya. "Pak?" Sejak tadi Si Mbok sudah memanggilnya. "Ada apa Mbok?" Ben menoleh. "Nanti biar Mbok minta tukang kebun yang baru buat ngelap jendelanya." Kata Si Mbok. Ben mengangguk.

Ben sudah bersiap akan pergi ke kantor, di saat yang bersamaan, tukang kebun yang baru sudah datang. Ternyata dia seorang Pria yang terbilang cukup tampan jika menjadi tukang kebun. "Kamu siapa?" Tanya Ben. Pria bertubuh tinggi itu hanya menundukkan kepalanya dan tak menjawab. Si Mbok muncul dan memperkenalkannya pada Ben. "Ini Ken Pak, tukang kebun yang Mbok ceritakan." Barulah Pria bernama Ken itu menyapa Ben. "Pagi Pak." Ben sejenak terdiam. "Suaranya gak asing, tapi siapa ya?" Pikirnya. "Saya berangkat dulu Mbok." Ben masuk ke mobilnya dan segera berlalu. Ken masih melihat mobil Ben dengan tatapan yang mencurigakan. Benpun memperhatikannya lewat spion mobil. "Jangankan suaranya, wajahnya juga gak asing." Ben masih penasaran.

Si Mbok mengajak Ken masuk ke dalam rumah. "Tugas kamu hari ini ngelap kaca jendela sampai kering." Ken mengikuti Si Mbok ke sebuah ruangan di lantai 1. "Ini ruang penyimpanan, kalau kamu mau naruh tas kamu atau mau istirahat bisa di sini." Jelas Si Mbok. Ken mengangguk. Ken mulai mengerjakan tugasnya mengelap kaca jendela rumah Ben satu persatu. Dia lalu sampai di kaca jendela kamar Ben. Ken melihat foto pernikahan Ben dan Bella di atas Bufet. Ken meremas kain lap di tangannya. Dia nampak marah.

Hari sudah sore dan Ben sudah menyelesaikan semua pekerjaannya di kantor. Ben memilih untuk segera pulang. "Lanjutkan pekerjaannya besok saja, ayo pulang." Tutur Ben pada semua karyawannya. Mereka tersenyum dan mengangguk. "Baik Pak." Sahut karyawannya. "Kalau gitu, saya duluan ya." Ben berpamitan pada mereka. "Hati-hati Pak." Ucap salah satu karyawannya. " Pak Ben orangnya baik banget ya." Puji karyawan yang lain. "Dia juga setia banget sama mendiang Istrinya. Dia gak nikah lagi padahal Istrinya udah meninggal 5 tahun lalu." Gumam karyawan satunya. "Apa benar Istrinya meninggal karena dibunuh?" Tanya seorang karyawan wanita di sana. "Ssstt... Hati-hati kalau ngomong, kalau ada yang dengar bisa gawat." Teman di sampingnya segera memperingatkan. "Aku dengar Pak Ben itu mengidap masalah kejiwaan, dia yang bunuh Istrinya sendiri bukan orang lain, makanya kasusnya ditutup. Gitu deh kalau orang kaya." Mereka berdua saling berbisik.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba hujan turun lagi. Semua pengendara mengebut hingga hampir terjadi kecelakaan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Suara bising clarksound mobil membuat Ben sakit kepala. Dia memilih menepikan mobilnya di depan sebuah cafe dan masuk ke sana. "Mas, tolong kopi hitam 1. Jangan pakai gula pasir tapi pakai gula batu ya." Ben memesan pada seorang pelayan cafe. "Baik Mas. Sebentar ya." Pelayan itu mencatatnya lalu segera pergi untuk membuatkan kopi.

Ben duduk sendirian sambil melihat ke luar jendela cafe. Tampak seorang gadis cantik sedang bermain hujan bersama anak-anak jalanan yang lain. Tanpa sadar Ben tersenyum. Gadis itu tak khawatir pakaiannya yang basah kuyup, tanpa malu dia bermain bersama anak-anak pengamen dan tukang semir sepatu. "Sudah besar masih seperti anak kecil saja." Ben malah berkomentar sendiri. Kemudian dia menyadarinya dan dia malah memilih pergi dari cafe. "Mas, pesanannya?" Panggil Pelayan sudah selesai menyeduh kopi. Ben kembali dan memberikan uang selembar 50 ribuan pada pelayan itu. "Maaf, saya harus pergi sekarang." Ben langsung pergi begitu saja. Pelayan cafe heran melihat sikapnya.

Ben buru-buru hendak menemui gadis itu. Sayangnya gadis itu sudah tidak ada di sana. " Kakak-kakak yang tadi main sama kalian mana?" Tanya Ben pada anak-anak itu. "Baru aja naik bajaj." Tunjuk anak itu. Ben lalu kembali ke mobilnya dan mencoba menyusul bajaj yang ditumpangi gadis tadi. Jalanan yang sudah mulai bisa dilewati nyatanya tak selancar biasanya. Ben hampir kehilangan jejak gadis itu. Saat Ben melihat bajaj itu berhenti di depan sebuah gang, dia langsung menghampirinya. "Pak, perempuan yang naik barusan kemana?" Tanya Ben pada sopir bajaj. "Sudah pergi, masuk gang itu." Jawab Sopir bajaj. Ben segera berjalan masuk ke gang di tengah hujan lebat, dia juga sudah basah kuyup. Ben benar-benar kehilangan jejak gadis berbaju merah itu. Ben terlihat sedih dan putus asa. Beni berharap gadis itu adalah Bella, istrinya. Karena Bella sangat menyukai hujan.

Setiap hujan turun, Bella akan segera bermain di halaman rumah dengan ceria seperti anak kecil. "Bella, masuk, nanti kamu sakit." Ben mencemaskan Bella. "Ayo main Ben." Bella menarik tangan Ben. "Aku gak mau kamu sakit." Ben masih mencemaskan Bella. "Kalau aku sakit, ada kamu yang ngerawat aku. Kalau aku pergi, ada kamu yang selalu membawa aku kembali." Bella menatap wajah Ben di tengah hujan. Mereka lalu berpelukan. Hal itulah yang membuat Ben sedih.

Lalu gadis itu muncul dan memayungi Ben. "Kamu nyari siapa?" Tanyanya pada Ben. Ben mengangkat wajahnya dan dia melihat wajah Bella yang tersenyum padanya. "Bella?" Ben langsung memeluk gadis itu. Gadis itu terkejut, dia segera melepaskan pelukan Ben. "Saya Dara, bukan Bella." Dia menegaskannya. Kini Ben sadar kalau yang berdiri di hadapannya bukanlah Bella. Apa yang dilihatnya tadi hanya ilusi. Ben tak menjelaskan apapun, dia malah pergi begitu saja. "Dasar aneh." Dara bingung dibuatnya.

Si Mbok sedang mengobati luka di pergelangan tangan kanan Ken. "Lagian udah hujan bukannya langsung turun masih lanjut ngelap kaca." Dia mengomeli Ken. Sebenarnya luka Ken bukan tanpa alasan, saat itu dia meninju kaca jendela kamar Ken hingga pecah agar dia dapat membuka jendela kamar itu yang terkunci dari dalam. Setelah jendela terbuka, Ken masuk ke dalam kamar dan mengambil foto pernikahan Ben dan Bella. "Bella." Ken hanya fokus pada gambar Bella saja. "Seharusnya kamu bahagia." Ken bersedih karenanya. Darahnya terus menetes di lantai. Hujan yang turun membuat Si Mbok tak menyadari suara pecahan kaca jendela. Dia masih terus memasak di dapur. Ken membersihkan darahnya yang berceceran di lantai dan di jendela. Kemudian Ken turun melalui tangga dan menemui Si Mbok seolah itu adalah kecelakaan kerja.

Ben sudah tiba di rumahnya. Dia masuk ke dalam rumah tanpa salam dan langsung naik ke lantai 2. "Pak Beni kenapa ya?" Si Mbok merasa khawatir. Ben masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Dia berdiri di depan cermin, bayang-bayang Bella muncul di sana. Sedang mengambil pakaian kotor Beni di atas tempat tidur. Lalu Beni memeluknya dari belakang. "Ganti baju dulu Ben. Nanti kamu masuk angin." Bella memegang pipi Ben. Ben melepas pelukannya. Bella lalu mengambil handuk dan memberikannya pada Ben yang masih belum berpakaian. "Sebelum ganti baju, mandi dulu." Dia tersenyum pada Ben. "Kalau gitu, ayo kita mandi." Ben menggendong Bella lalu membawanya ke kamar mandi. "Beni!" Bella mencoba untuk turun. Kini semua itu tinggal kenangan. "Aku benci hujan!" Teriak Ben. Ben lalu melihat ke arah jendelanya yang pecah. Ben mendekat ke sana dan mencoba memeriksa. "Kenapa bisa pecah?" Tanyanya.

Mendengar suara teriakan Ben, Si Mbok mengetuk pintu kamar Ben. "Bapak gak papa?" Teriaknya dari depan pintu. Ben lalu membuka pintu kamarnya. "Mbok, kaca jendela saya kenapa bisa pecah?" Tanyanya. "Tadi Ken ngelap jendela Pak, terus tiba-tiba hujan dan dia terpeleset. Tangannya juga luka tadi." Cerita Si Mbok. "Lukanya parah?" Ben merasa khawatir. "Gak papa kok Pak. Sudah si Mbok obatin." Jawab Si Mbok. "Syukurlah." Ucap Ben.

Pagi harinya, Ben kedatangan seorang pekerja yang akan mengganti kaca jendela di kamarnya. Ken sedang mengurus tanaman di halaman samping rumah Ben sambil sesekali melihat ke arah kamar Ben, saat Ben melihat ke arahnya, Ken berpura-pura melanjutkan menaruh pupuk di dalam vas bunga. Sementara kaca jendela telah selesai diganti. "Terimakasih ya." Ben membayar upah pada tukang itu sebelum pergi.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, Ben mengambil tasnya lalu bersiap berangkat ke kantor. "Mbok, saya pergi dulu." Dia berpamitan pada Si Mbok yang sedang membereskan meja makan. "Hati-hati Pak." Kata Si Mbok. Melihat Ben pergi, Ken malah meninggalkan pekerjaannya dan diam-diam masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang. Ken kembali menuju ke kamar Ben. Tetapi ternyata pintunya sudah dikunci. Ken merasa kesal di dalam hati karena gagal masuk ke dalam sana.

"Pagi Pak." Sapa karyawan di kantor Ben. "Pagi." Ben membalas menyapa mereka. Saat hendak masuk ke ruangannya, Ben melihat Dara. "Kamu?" Dia terkejut. "Pagi Pak." Dara merasa canggung di hadapan Ben. "Saya minta maaf soal kemarin." Pinta Dara sambil menundukkan wajahnya. "Ngapain kamu di sini?" Tanya Ben. "Dia karyawati baru di sini Pak." Jawab salah seorang karyawan di sana. Sebenarnya Ben juga merasa canggung berhadapan dengan Dara, dia memilih masuk ke ruangannya.

[Siapakah sosok Dara sebenarnya? Apakah dia reinkarnasi dari Bella? Lanjut baca BAB selanjutnya.]

avataravatar
Next chapter