webnovel

Permulaan

--Bagian 1--

Sudah dua hari sejak kejadian itu dan tidak ada hal khusus terjadi selain pemberian tugas yang menumpuk.

Serius, baru saja seminggu pembelajaran dimulai, tapi tugas yang diberikan tidak main-main.

Dan jam pelajaran sekarang adalah pelajaran bahasa Indonesia dan kebetulan guru tersebut adalah wali kelas kami.

Wali kelas tersebut bernama.... Apapun namanya, kurasa dia ibu guru sekaligus wali kelas yang baik.

Wali kelas baik tersebut tidak menerangkan pelajaran bahasa indonesia dan hanya menceritakan kisah hidupnya semasa dulu Layaknya kisah epik yang bisa mengispirasi banyak orang.

Di sela-sela kesibukanku menggambar graffiti di belakang halaman buku milikku. Aku mendengar sesuatu yang sangat janggal. Suara tangis seseorang terdengar dengan jelas oleh telingaku. Meski suaranya pelan, tapi aku mendengarnya dengan jelas.

Ini terlalu pagi untuk menemukan adegan horror di sekolahku dan aku yakin genre kisah masa SMA-ku seharusnya tidak tercantum genre horror disana.

Aku menatap bagian belakang mencari pusat suara tersebut.

Tepat di dekat dinding belakang kelas terdapat satu kursi kosong yang menghadap ke depan.

Sumbernya dari sana.

Aku seketika menatap Rio dan menggoyangkan bahunya.

"A-apaa kau mendengarnya?" Kataku kepada Rio yang menatap lesu ke arah wali kelas.

"Maksudmu suara menangis di belakang?"

"Kau mendengarnya?

"Pura-pura saja tidak dengar, nanti juga hilang dengan sendirinya"

Serius hanya itu solusinya?

Aku mencoba pura-pura tidak mendengarkan suara tersebut seperti ucapan Rio.

Meski aku mencoba mengabaikan suara itu, tapi suara itu tetap tidak hilang.

Adegan semacam ini biasanya awal permulaan sebuah kisah horror atau kisah menakutkan lainnya.

Setelah beberapa saat mendengar suara misterius tersebut, pada akhirnya suara tersebut menghilang berbarengan dengan suara bel jam istirahat.

Sial, akhirnya...

"Jangan lupa piket kelas bagi yang hari ini piket" Ucap wali kelas sambil berjalan pergi menuju pintu kelas.

Piket kelas di jadwalkan setiap hari kecuali hari libur dan siswa yang piket pada hari itu harus membersihkan kelas pagi dan sore hari saat selesai pembelajaran.

Kalau tidak salah hari ini aku piket kelas dan tentu saja hari ini aku tidak datang membersihkan kelas pada pagi hari. Siswa mana yang mau datang ke kelas di pagi hari dengan tujuan membersihkan kelas.

--Bagian 2--

Selalu ada hal baik di dalam suatu masalah.

Di sela-sela jam istirahat yang begitu menenangkan ini, ada sebuah pengumuman yang di umumkan oleh speaker yang berada di segala penjuru sekolah.

Pengumuman itu terjadi karena tepat di jam pelajaran sebelum istirahat terdapat salah satu kelas yang siswinya kerasukan oleh makhluk ghaib.

Kalimat sederhana yang mengatakan "murid kelas 1 yang khususnya berada di kelas bawah untuk sementara di pulang cepatkan"

Kalimat sederhana itu membuat kegaduhan yang bahkan melebihi suara speaker sekolah.

Memang benar kejadian itu benar-benar terjadi dan bahkan saat tadi aku pergi ke kantin, di ruang kelas IPA 3 banyak sekali orang-orang berkumpul di depan kelas dan aku sempat menanyakan hal tersebut kepada teman SMP-ku yang berada di kelas IPA 3.

Seperti kalimat awalku tadi... "Selalu ada hal baik di dalam suatu masalah"

"Yap, karenanya kita bisa pergi ke warnet sekarang"

Sepertinya aku menggumam terlalu keras.

"Ide bagus, aku akan menyusul nanti"

Jika ingin bermain warnet di jam segini, ada aturan yang tidak boleh dilanggar.

Jika kau pergi kesana memakai seragam sekolah, kau akan bermain dengan rasa tidak aman. Resikonya sangat besar sekali.

"Aku pergi sekarang untuk mengamankan kursi"

"Sisakan satu kursi buatku, aku belum makan selesai" Kataku sambil mengambil beberapa makanan yang tersedia di kantin.

Rio dengan wajah yang terlihat bahagia pergi meninggalkanku sendirian di kantin.

Dasar maniak game.

.....

Selama sekitar 5 menit aku habiskan dengan bersantai dan menikmati makanan di kantin.

Setelah menghabiskan makananku, aku bergegas menuju kelasku dan sepanjang jalan menuju kesana, suasana koridor kelas terlihat begitu sepi.

Hanya terlewat sekitar 5 menit saja suasana yang tadinya ramai berganti dengan suasana yang sepi dan hanya beberapa orang saja yang masih bertahan di sekitar koridor kelas.

Setelah beberapa lama kemudian aku sampai di pintu masuk kelasku. Pintu tersebut masih terbuka lebar dan aku rasa orang-orang dari kelasku sudah pulang.... Tapi kurasa tidak.

Tepat saat aku melangkahkan kakiku ke dalam kelas, disana terdapat seorang gadis yang terlihat sedang mencoba merapihkan kelas dengan cara menaikkan dan membalikan kursi dan menyimpannya di atas meja.

Gadis itu memulai pekerjaan tersebut dari meja paling belakang.

Dengan tubuh rampingnya itu dia mencoba mengangkat kursi kayu.

Pekerjaan kasar seperti itu tidak cocok dengan wajah cantiknya. Gadis cantik yang mampu memikat pria dari kelas lain.

Setelah melihat momen itu, aku memastikan kembali dan menatap jadwal piket yang dibuat dari karton berwarna merah yang dipasang di sebelah papan tulis hitam.

Di jadwal piket itu tertulis nama(Hilmi, Fuza, Shella, Viola).

Kemana orang-orang tidak bertanggungjawab itu?

Sialan.

Baiklah, karena kekurangan anggota piket, mungkin aku akan membantunya sedikit lalu pergi ke warnet.

Tanpa berbicara sedikitpun aku membantu membereskan kursi dimulai dari paling depan.

Gadis itu menatapku sesaat lalu kemudian mengambil sapu yang disimpan di bagian belakang kelas.

Meski kami satu kelas tapi kami hanya berbicara sekali, itupun karena kejadian waktu itu. Alasannya cukup sederhana... Mungkin karena tidak ada hal yang bisa kita bicarakan.

Suasana sunyi yang terasa canggung ini mulai menyelimuti ruangan kelas.

Aku tidak bisa menemukan satupun kalimat untuk memulai sebuah percakapan.

Apa yang harus kulakukan sekarang!?

Sial, aku harus menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat lalu pergi tanpa disadari.

Aku mempercepat pekerjaanku dengan hening.

Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku mengambil tas dan karena aku merasa tidak enak jika pergi duluan aku mengucapkan "aku duluan" Dengan suara yang pelan.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, aku mengambil tasku dan berjalan menuju pintu kelas.

Warnet sudah menanti dan sekarang Waktunya beraksi.

Untung saja hari ini ada orang yang kerasukan, mungkin jika besok ada or- ahhh

Meski terasa malu karena hanya beberapa detik yang lalu aku berpamitan tapi aku menahannya dan bergegas menuju kelasku lagi.

Jika gadis itu sendirian di kelas yang angker mungkin jika sesuatu terjadi padanya aku pasti akan menyesalinya.

Ahh sial!

Entah kenapa aku kini tergesa-gesa masuk ke dalam kelas dan saat aku masuk ke dalam kelas disana masih ada Shella sedang bersiap menggendong tas miliknya.

Saat aku menatapnya, gadis itu menatap balik padaku.

Sialan, situasi macam apa ini?

Tanpa sadar aku memalingkan pandanganku.

Aku berjalan menuju meja milikku seolah-olah mengambil barang yang tertinggal.

Saat sampai di meja milikku, aku menunduk dan berpura-pura mencari sesuatu di kolong meja.

"Terimakasih! Aku duluan!"

Kalimat sederhana yang terdengar keras namun lembut itu menggema di ruang kelas yang kosong ini.

Tanpa sadar aku mengedipkan mataku.

"Sama-sama"

Meski terlihat dingin, tapi ternyata gadis itu baik.