1 Pernikahan hitam dan juga putih

Teng . . . Teng . . . Teng . . .

Suara lonceng besar berayun bersama hembusan angin. Sepasang burung merpati putih mulai mengepakkan sayap mereka. Dengan hembusan angin nan lembut, sepasang burung merpati itu mulai meninggalkan pekarangan.

Sambil membawa pesan kepada orang-orang bahwa para pengantin dari keluarga masing-masing akan memulai hidup baru bersama. Yang dimana burung merpati yang mereka lepaskan itu melambangkan sebuah cinta, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan.

Namun sayangnya hanya mereka yang tau bahwa pernikahan ini bukan hanya pernikahan biasa. Melainkan sebuah pernikahan yang dilandasi hitam dan juga putih. Pernikahan yang dipenuhi dengan banyaknya duri hingga membuat semua luka itu sulit diperbaiki.

"Kenapa kau masih berdiri di sini? bukankah kakakku sudah mengatakan kepadamu untuk menyusulnya" ucap wanita itu kasar.

Matanya yang tajam menatap wanita di hadapannya dengan jijik. Seakan-akan mengatakan bahwa orang yang ada di hadapannya saat ini bukanlah kakak iparnya, melainkan seorang gundik yang sedang mencari keuntungan dari pernikahan ini.

"Apa kau tidak mendengarnya? bukankah sudah ku katakan untuk menyusul kakakku, kenapa kau masih di sini? apa kau tidak memiliki kaki?!"

Suaranya yang lantang dan juga keras menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya. Membuat wanita yang berteriak itu malu dan mencoba mengangkat salah satu tangannya untuk memukul wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Namun tangan yang tadinya bertujuan untuk memukul wajah itu dengan cepat dicegat oleh seseorang. Membuat tubuh yang berdiri kokoh itu perlahan-lahan kehilangan keseimbangan dan jatuh di sana.

Rasa malu dan juga rasa sakit menambah lonjakan amarah di dalam hatinya. Sehingga ia ingin membalas rasa malu dan sakitnya saat ini juga. Hanya saja sebuah tangan kokoh itu mulai menghalangi gerakannya, menambah lonjakan amarah di dalam hatinya bertambah lagi dan lagi.

"Apa yang kau lakukan Zach? kenapa kau mencoba menghentikanku?!" teriak wanita itu saat mengetahui bahwa tangan kanan milik kakaknya mencoba menghentikan dirinya.

"Nona Meghan, anda sudah diperingatkan oleh kakak anda untuk berhati-hati dalam perilaku maupun tindakan. Jika anda melupakannya, maka masalah yang anda perbuat harus diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari pihak tuan muda kedua" jelas Zach yang tidak ingin ada kekacauan saat ini.

Terutama di saat nyonya besar sedang mengawasi mereka dari sana. Membuat dirinya dengan cepat menghentikan kekacauan yang disebabkan oleh adik tuannya. Agar mengurangi dampak dari masalah yang terjadi ini.

"Apa kau bilang perilaku salah? ini adalah keadilan paham!" tegas Meghan yang tidak menerima ucapan dari tangan kanan kakaknya itu.

"Nona Meghan, saya ulangi lagi bahwa anda harus-"

"Tidak perlu diulangi lagi Zach, kau bisa membawa menantu perempuanku ke suaminya dan menyerahkan masalah ini kepadaku" sela seorang wanita tua.

Membuat Zach dan Meghan yang mendengarnya membalikkan tubuh mereka bersamaan. Menatap wanita tua yang ada di hadapa mereka dengan rasa hormat dan patuh.

"Baik, nyonya besar. Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu" sopan Zach sambil membukakan jalan untuk nona muda kedua.

"Tapi nek-"

"Meghan diam! nenek tidak akan segan-segan mencoret namamu dari kartu keluarga jika kau masih memberontak lagi"

"Nek..."

Meghan yang mencoba meregek kepada neneknya harus dihentikan oleh kepala pelayan. Sehingga ia hanya bisa berdiam diri di sana sambil menatap punggung neneknya.

"Kurung nona muda ketiga di aula leluhur dan pastikan ia menyalin semua buku tentang norma-norma kehidupan. Jika nona muda ketiga masih belum menyelesaikan nya, jangan biarkan ia keluar dari aula leluhur" peritah wanita tua itu.

Membuat Meghan yang mendenganya mengertakkan giginya dan mengepalkan kedua tangannya keras-keras. Dengan hembusan nafas kasar, ia menatap wanita yang ada di dekat neneknya dengan penuh kebencian dan penghinaan.

"Bawa dia, Lu"

"Baik, nyonya"

Meghan yang dibawa oleh kepala pelayan, meninggalkan ruangan itu. Menjadikan tempat yang tadinya penuh dengan kekacauan menjadi hening seketika. Terutama saat mengetahui hukuman yang diberikan oleh wanita tua itu kepada cucunya sendiri.

"Hanya ini saja yang bisa nenek perbuat untukmu, Melody" jelas wanita tua itu sambil memegang kedua telapak tangan menantunya.

Dimana hanya ia dan beberapa orang kepercayaannya saja yang mengetahui seberapa banyak luka yang di derita oleh anak ini. Bahkan orang-orang yang ada di sini, tidak ada yang mengetahui bahwa di balik gaun pengantin yang megah ini dipenuhi dengan banyak luka dari rasa sakit yang ia alami.

"Melody, ingat masih ada banyak orang yang mencintaimu di dunia ini" sambung wanita tua itu. Membuat gadis berumur 18 tahun itu mendongak dan menatap wajah wanita tua yang ada di hadapannya tulus.

"Terimakasih nek" ungkap gadis itu singkat.

Wajah gadis itu menampakkan sebuah rasa letih dan rasa sakit yang tidak cocok untuk umurnya saat ini. Bahkan mata yang harusnya menampakkan kebahagian itu berubah menjadi kehampaan yang dalam.

Seakan-akan mengatakan bahwa orang yang ada di depannya saat ini bukanlah seorang manusia. Melainkan sebuah boneka yang tidak memiliki perasaan maupun nyawa.

"Nyonya besar"

"Tidak apa-apa Be, hanya saja sepertinya aku terlalu senang dan tidak menyadari batasku" ungkap wanita tua itu yang dengan lembut menghapus air matanya.

"Nyonya..."

"Baiklah-baiklah, Zach ingat jaga menantu kesayanganku dan pastikan agar ia datang ke rumah tua dengan jiwa dan juga raga" tegas wanita tua itu. Membuat Zach yang mendengarnya mematuhi perintah tersebut.

"Baik, nyonya besar. Kalau begitu nona muda kedua mohon ikuti saya, karena tuan muda kedua sudah menunggu anda di tempat parkir" jelas Zach yang tidak ingin membuat atasannya bertambah marah.

Melody yang mendengar penjelasan dari Zach hanya bisa menggangukkan kepalanya singkat. Sedikit mengganguk ke arah wanita tua itu lalu mengikuti tangan kanan suaminya.

Dimana tangan kanan yang ia ikuti saat ini akan membawanya ke tempat suaminya berada. Sebuah rumah baru dan juga tempat yang tidak akan melindunginya dari rasa aman. Karena bagi dirinya harapan baik hanyalah lelucon kehidupan bagi dirinya. Terutama pernikahan yang dilandasi hitam dan juga putih ini.

avataravatar
Next chapter