1 Hubungan Yang Dingin

Di sebuah cafe bernuansa lilac dengan konsep bunga yang hampir ada di setiap sudut ruangan, ada seorang gadis yang sedang menunggu sang kekasih. Gadis itu bernama Aisyah, dia sedang menunggu Reza orang yang paling dia cintai setelah abinya.

Tiga tahun sudah Aisyah menjalani hubungan yang serius pada Reza. Namun hubungan mereka berdua sehat sejauh ini, hanya sekedar berpegangan tangan. Aisyah masih menjadi remaja yang taat akan agama meskipun ia tidak berhijab. Ia masih takut dengan dosa yang berlebihan saat berpacaran. Selama ini pun Reza tidak pernah bertingkah yang aneh-aneh.

Lelah kini melanda Aisyah saat hampir 1 jam lebih dirinya menanti Reza namun tak kunjung datang. Hatinya kesal, selalu seperti itu jika weekend. Tidak rindu kah Reza pada Aisyah? mereka bisa bertemu hanya seminggu sekali karena Reza yang sedang kuliah di lain tempat yang jauh dari tempat Aisyah tinggal. Aisyah tinggal di Pekanbaru dekat Bandara Sultan Syarif Kasim. Sedangkan tempat Reza kuliah saat ini butuh waktu hampir 3 jam jika ingin bertemu Aisyah.

Ting..Bunyi pesan dari sebuah aplikasi ikon berwarna hijau.

My Love.

"Sayang, maaf ya Abang nggak bisa nemuin Adek di cafe Purple House."

"Kenapa?"

Hanya dibaca saja oleh Reza, kesal yang dia rasakan saat ini. Satu jam sudah dia menunggu tetapi Reza dengan seenaknya membatalkan janji kencan yang dia buat.

"Adek udah makan kan? jangan lupa makan."

"Lagi apa sekarang? udah pulang dari cafe kan?"

"Adek jangan nunggu Abang ya."

Tiga pesan beruntut masuk di ponsel Aisyah. Pertanyaan yang dia tanyakan kenapa alasannya membatalkan kencan itu tidak dijawab sama sekali. Aisyah hanya membaca saja tidak ada niatan untuk membalas, sambil menyedot minuman jus yang sudah dia pesan sejak tadi.

Reza pikir dengan memberi perhatian kecil seperti itu bisa membuat hati Aisyah tidak marah dan memaafkan dia. Nyatanya semua itu semakin membuat Aisyah sadar jika Reza benar-benar tidak serius dengan dirinya selama kurang lebih 3 tahun. Dan selama kurang lebih 3 tahun itu pula Aisyah pacaran secara backstreet dari Abi dan juga uminya.

Ting.

Lagi, pesan Reza masuk di aplikasi pesan Aisyah.

"Adek sedang apa?"

Dulu, pertanyaan seperti itu mampu membuat hati Aisyah berbunga-bunga. Tapi kini perasaannya semakin hambar kala Reza sering membatalkan janji dengannya secara sepihak akhir-akhir ini. Bersamaan dengan Aisyah membaca pesan dari Reza, di seluruh ruangan cafe terdengar musik yang diputar terdengar menggema ditelinga Aisyah. Lagu dari Judika sangat mewakili perasaan nya kini saat lagu itu sampai ke lirik,

Pertanyaan kamu sedang apa terkesan hanya sebuah formalitas saja

Coba tanyakan lagi pada hatimu apakah sebaiknya kita putus atau terus.

Dua lirik lagu dari Judika itu membuat Aisyah langsung tertawa hambar. Menertawakan dirinya yang selalu merasakan cinta yang dalam untuk Reza tanpa ada balasan sikap romantis secara nyata. Hanya pertanyaan sedang apa? sudah makan? hubungan yang terkesan dingin seperti isi lagu dari Judika.

Langsung saja Aisyah segera membayar minuman yang dia pesan tadi ke kasir. Tidak ingin sedih terlalu lama, dia butuh pantai saat ini. Sepertinya pantai tidak terlalu buruk untuk tempatnya menulis diary. Kebiasaan yang tak pernah Aisyah hilangkan sejak dirinya mendapat hadiah dari teman masa kecilnya yang memberikan dia buku tebal dengan aksen kancing di bagian sampul dan juga ada pembatas di dalamnya. Buku itu menjadi buku diary Aisyah jika dirinya sedang merasakan bahagia ataupun sedih.

Setelah selesai membayar minumannya, Aisyah langsung menancapkan gas motor maticnya menuju pantai yang selalu dia kunjungi sendiri. Tidak ada yang menemani dirinya saat sedang sedih seperti ini, sahabatnya yang bernama Salsa sedang kuliah juga di tempat yang sama dengan Reza. Aisyah selalu menanyakan kabar Reza melalui Salsa, sahabatnya saat sekolah.

Hari Minggu hari yang paling dinanti Aisyah setiap kali lelah karena hampir sepekan sibuk kuliah. Aisyah kuliah baru semester 2 karena baru saja dirinya lulus sekolah. Aisyah mengambil jurusan yang sangat ditentang oleh abinya, yaitu seni. Dirinya sangat menyukai seni musik.

Sedangkan abinya menginginkan Aisyah mengambil jurusan agama islam agar nantinya dia bisa menjaga image keluarga yang banyak dikenal orang. Itu bukan skill Aisyah sama sekali, kemampuannya hanya ada di bidang seni.

Untung saja tidak banyak yang tahu jika dirinya adalah anak dari ustadz kondang yang sering diundang oleh warga kota Pekanbaru hingga ke kampung yang terkenal dengan banyaknya hamparan pohon kelapa, desa terpencil yang tidak terjamah oleh hiruk pikuk kendaraan roda empat yang berlalu lalang siang dan malam. Siapapun pasti kenal dengan Ustadz Abdul Rozak. Hanya Reza dan juga Salsa yang tahu jika Aisyah adalah anak dari Ustadz Abdul Rozak.

Rengganis, Humaira, itulah yang banyak orang tahu jika mereka adalah anak dari Ustadz Abdul Rozak. Aisyah tidak ingin menampakkan dirinya di depan umum saat kedua kakaknya pernah diajak abinya berdakwah. Karena Aisyah tidak suka memakai hijab seperti kedua kakaknya yang memakai hijab Syar'i.

Abinya tidak pernah memarahi Aisyah dengan membentak, hanya sentilan kata-kata halus namun bisa membuat Aisyah merasa terpukul.

****

Akhirnya Aisyah tiba di sebuah pantai yang indah dan terbentang luas. Deburan ombak dan juga Angin kencang membuat suasana pantai makin terasa. Itulah yang Aisyah suka saat berada di pantai. Selain itu, dirinya juga suka sekali bermain hujan meskipun usianya bukan lagi tergolong anak kecil. Dan yang dia suka dari hujan adalah aroma Petrichor yang menguar menusuk indera penciumannya. Aroma itu datang saat hujan jatuh di tanah kering, aroma yang begitu menenangkan menurut Aisyah.

Aisyah duduk di bawah rindangnya pohon kelapa sambil membuka tas yang selalu dia bawa kemanapun. Sambil memesan air kelapa muda yang banyak dijual di sekitar pantai. Sungguh, suasana seperti inilah yang membuat Aisyah merasa bebas dengan apa yang dia rasakan.

Jika di rumah Aisyah merasa bosan karena selalu dibanding-bandingkan dengan kedua kakaknya yang kuliah di Kairo. Aisyah tidak peduli dengan semua itu, baginya mengekspresikan diri dengan bebas lebih menarik daripada menuntut ilmu di negeri orang.

Buku tebal berwarna ungu di tangan Aisyah sudah dibuka, lalu dia segera menuangkan semua yang dia rasakan saat ini.

Dear diary.

Kamu tahu, cuma dengan kamu aku bisa menumpahkan semua isi hatiku setelah pada Allah. Sahabat, hanya Salsa yang aku punya saat ini.

Kamu tahu nggak, hari ini aku merasa kesal dengan bang Reza,dia selalu mengabaikan janji yang telah kita buat setelah selama hampir tiga bulan kita tidak ketemu. Sepertinya dia tidak menghargai hubungan yang telah kita jalani selama hampir 3 tahun. Aku tidak tahu ,apakah dia sibuk dan bekerja?

Benci? tentu saja aku merasakan itu. Karena aku bukan wanita Sholehah seperti yang Abi inginkan. Aku juga kesal padanya. I hate you bang Reza.

Di akhir buku diary nya kali ini Aisyah menulis perasaan yang dia rasakan pada Reza. Langsung saja dia menutup buku itu dan memasukkannya ke dalam tas.

Setelah itu Aisyah bangkit dari duduknya dan berjalan menyusuri pantai dengan bertelanjang kaki. Berlari ke sana kemari, berteriak menumpahkan semua emosi yang dia rasa saat ini. Ingin sekali ia memaki dan memarahi Reza namun ia tidak punya nyali sebesar itu. Lalu akankah Aisyah memaafkan Reza untuk kali ini?

avataravatar
Next chapter