webnovel

Itu Sangat Menjijikkan!

Isabella dan Lily menatap tercengang dengan kehadiran anak perempuan, dengan sorot mata yang tajam pada mereka berdua yang masih berkutat. Isabella memberikan tatapan sinis, sebagai balasan dari tatapan ayahnya.

Lily berhasil terlepas dari tangan majikannya, kemudian ia berlari kearah Isabella yang sebenarnya adalah David.

"Nona Bella, untuk apa kau ada disini? Jangan merusak suasana hati ayahmu. Biarkan aku saja yang dihukum atas masalah ini," ucap Lily dengan segera mendekap tubuh Bella.

"Tuan David, aku mohon jangan marah kepada nona Bella. Kalau kau ingin marah, marah saja kepadaku." Lily berusaha bersikap sebagai malaikat penolong.

"Aduh... Apa sih yang sedang dia pikirkan? Sunguh ini sangat konyol." Batin David kesal. Dia berusaa untuk melepaskan diri dari dekapan Lily yang membuatnya terus saja bergidik.

"Hah? Nona Bella, apa yang sedang anda lakukan?" Lily berusaha meraih tangan Isabella, tapi langkah kecil itu sudah bergerak cepat menuju pintu kamar David.

"Mau apa kau?" Tanya Isabella ketus, Bertolak pinggang dari arah dalam kamar ketika melihat ayahnya mendekat dengan tatapan sinis.

Hari yang sangat mengesalkan bagi David, karena ia harus terus mendongak untuk melihat wajahnya sendiri.

"Mari kita buat kesepakatan, antara kau dan aku," ucap David sambil menunjuk kearah wajah miliknya dengan tatapan seperti ingin membunuh.

Lily, mau tidak mau dia harus merelakan Isabella yang sedang berbicara dengan ayahnya, meskipun dia sangat cemas meninggalkan ayah dan anak yang tidak pernah akur.

Pelayan wanita itu tampak sangat resah didapur umum, begitu juga dengan Felix. Supir sekaligus pengawal pribadi itu juga cemas, terlebih lagi dengan Isabella. Dia tahu persis bagaimana watak dari serorang David Mahendra.

Didalam kamar David.

Isabella dan David saling menatap dengan sorot mata yang tidak ingin berdamai. "Jadi apa mau, ayah?" Tanya Isabella yang masih menggunakan mantel handuk. Terlihat bentuk tubuh David yang kekar.

"Hh! Aku masih berharap kalau ini adalah mimpi," Keluh David duduk pada tepi tempat tidur, duduk dengan urakkan sehinga bagian dalam roknya sedikit tersingkap dengan jelas.

"Uh... Ayah? Apa kau tidak bisa duduk layaknya seorang wanita berpendidikan?" Cibir Isabella, karena dia tidak pernah duduk seperti itu.

"Memangnya, aku harus duduk seperti apa?" David bersikap ketus. Dia melihat putrinya menunjuk pada dirinya sendiri dengan sikap berani.

"Seperti ini!" ucap Isabella. Dia menyilangkan kedua kakinya dengan anggun.

Kalau saja David seorang wanita, pastilah akan tampak anggun dan elegan. Sayangnya saat ini Isabella-lah yang berada didalam tubuh David.

Jika ada yang melihat sikap feminim yang diperlihatkan Isabella pada tubuh David, maka akan membuat orang menjadi salah paham.

"Aku tidak pernah duduk seperti itu!" Sangah David dengan kesal. "Duduk yang benar, Bella!" Perintah David tegas.

"Aku... Juga tidak pernah duduk seperti itu , ayah! Jadi kau juga harus duduk yang benar!" Isabella membalikkan pernyataan ayahnya barusan.

"Baiklah, hhh.... kita harus membuat kesepakatan!" Ucap David.

Dia sudah mengatur kembali posisi duduknya, kedua tangannya menyilang dengan rapat. "Kesepakatan antara aku dan kau! Sampai kita bisa bertukar tubuh kembali, dan semuanya menjadi normal."

"Kesepakatan seperti apa?" Tanya Isabella, mulai memainkan kuku jari milik David.

"Ihhh... Kuku ayah sangat jelek sekali, sepertinya warna merah jambu akan lebih cocok jika aku mewarnainya." Isabella dengan ide yang menurutnya sangat briliant.

"Hei! Jangan kau berani mencoba untuk merubah apapun pada tubuhku, meskipun itu hanya seujung jariku!" David membuat wajah yang galak.

"Ingat, jika kau sedang berada didalam tubuhku, Bella! Dan kau saat ini adalah seorang pria, ingat itu! Jadi jangan sampai kau bertindak hal aneh lainnya," ancam David.

Tapi karena yang terdengar hanya gertakan dari suara anak perempuan. Bagi Isabella ancaman ayahnya tidaklah menyeramkan sama sekali.

"Ya... Ya... Aku dengar, aku tahu, tenang saja," jawab Isabella malas. "Cepat lanjutkan cerita ayah yang terpotong tadi."

"Kita harus memainkan peran masing-masing ini untuk sementara, kau tetap menjadi seorang David Mahendra. Pria tampan, gagah, penuh pesona, berusia tigapuluh tahun. Dan aku..." David mendelikkan matanya dengan sikap terpaksa.

"Dan ayah akan menjadi seorang Isabella Mahendra. Gadis cantik, manis, penurut, dan pintar." Isabella memotong ucapan ayahnya. Uhm... Aku sudah paham kok."

"Bagus kalau seperti itu, karena aku akan mengawasi semua tindakanmu, Bella!" ucap David dengan nada teramat serius.

"Hari ini ada rapat penting, dan kau harus hadir tepat waktu. Lebih kau diam saja, dan jangan terlalu banyak bicara."

"Ahh... Aku ingat!" Seru Isabella mengingat percakapan telepon beberapa saat lalu.

"Seseorang bernama Sandra menelepon. Mm... Tunggu sebentar! Aku lupa, tadi dia bilang apa ya?" Isabella berusaha untuk mengingat. "Ahh, dia bilang seseorang bernama Ry... Ry...Ryan... Dia akan datang untuk pertemuan pagi ini."

"Apa? Ryan? SIAL! Aku tidak memperkirakan hal ini akan terjadi." David turun dari tepi tempat tidur, dan segera saja ia berjalan mondar mandir dengan sikap gelisah.

"Ihh... Ada apa dengan ayah? Sudah gila sepertinya," ucap Isabella pelan. Melihat tingkah ayahnya yang jadih aneh, ketika ia menyebutkan nama Ryan.

"Aku ada ide, selama rapat kau harus menghubungiku, ok. Gunakan alat pendengar, dan jika ada pertanyaan aku sendiri yang akan memberikan jawaban langsung kepadamu." David dengan bangga akan ide cemerlangnya.

"Yah... Baiklah. Ayah juga bisa menghubungiku jika ada apa-apa disekolah. Tenang saja temanku tidak banyak, hanya seorang anak laki-laki tinggi berkacamata. Ethan, namanya." Isabella memberikan penjelasan singkat atas kehidupannya, yang tidak serumit dengan kehidupan ayahnya.

"Ok kalau begitu, kita sudah sepakat. Dan sekarang saatnya kau mandi dan bersiap-siap, untuk berangkat kerja."

"Masalahnya aku... aku tidak bisa mandi dengan tubuh ayah!" Protes Isabella menunduk malu.

"Kenapa tidak bisa?" Tanya David yang masih belum paham. "Aku bisa mandi dengan tubuhmu."

"Apa? Jadi ayah sudah melihat tubuhku?" Isabella lebih tidak percaya lagi, dan langsung saja melotot kesal pada David.

"Lalu! Menurut kau apa yang harus aku lakukan? Sekarang cepat, kau juga harus mandi!" Perintah David dengan lantang.

"Tapi... tapi... Bagaimana kalau aku melihat itu... Iiuhh... itu sungguh menjijikkan. Bahkan aku harus buang air kecil menggunakan itu?" Isabella bergidik kesal membayangkan yang aneh-aneh.

"Kau kan tinggal tutup mata saja! Apa susahnya, sih!" protes David, dia berjalan mendekat kearah putrinya.

"Cepat kau mandi! Atau aku juga tidak akan mandi pada tubuhmu ini!" ancam David.

"Aku akan menunggu diruang makan, jadi bergegaslah. Jangan sekali-kali kau berani memanggil Lily untuk membantumu mandi! Kau membuatku menjadi pria yang tampak mesum!" David pun pergi meninggalkan Isabella yang masih merungut kesal.

"Huh..!" Keluh Isabella dengan mulut yang mengerucut.

"Masih saja dia sok mengatur! Dan sekarang aku harus mandi? Ahh... Ini sangat menyebalkan. Bagaimana caranya aku mandi dengan mata tertutup?"

Isabella masuk kedalam kamar mandi, tidak lupa ia menutup matanya sendiri. Dan kembali teriakan histeris terdengar dari dalam kamar mandi kamarnya. Bahkan David yang sudah berada diruang makan bisa mendengar jelas teriakan tersebut, hal yang semakin membuatnya kesal dengan tingkah laku putrinya.

"Acchh... Ini akan menjadi sulit sepertinya. Hhh..!" Keluh David menghela napas panjang.

"Nona Bella, apa anda baik-baik saja? Mau saya tambahkan sup anda?" Lily mendekat ke arah sisi pintu dengan menundukkan wajah cemas.

Next chapter