webnovel

Bye... Semoga Harimu Menyenangkan Di Sekolah, Ayah!

David mencoba menikmati sarapan paginya, duduk tenang seraya menyendoki sendok supnya. Aroma sup yang menyegarkan seharusnya bisa ia rasakan dengan nikmat.

Tapi suara teriakan dan umpatan Isabella terus saja terdengar, bukan hanya sesekali tapi berkali-kali ia dengar. Apa Isabella lupa kalau ia memakai suara David saat ini? Yang pasti suaranya akan terdengar hingga lantai bawah.

"Acchh... Ini akan menjadi sulit sepertinya. Hhh..." Keluh David sambil menghela napas panjang.

"Nona Bela, apa anda baik-baik saja. Mau saya tambahkan lagi sup anda?" Lily mendekat dengan menunjukkan wajah kecemasan.

"Tidak, terimakasih." Ucap David tanpa ada senyuman.

Pelayan wanita itu mengartikan dengan berbeda, berpikir kalau saja tadi Isabella sudah mendapatkan hukuman dari ayahnya. Itulah sebabnya Liana memperhatikan wajah Isabella yang terus saja menekuk kesal.

"Nona Bella, apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Lily berbicara terlalu dekat, membuat David harus memundurkan wajahnya segera.

"Ihh.. Tidak sopan sekali wanita ini." Batin David memandangi Lily dengan sinis.

"Mengatakan sesuatu apa?" Tanya David ketus.

"Apa yang anda lakukan didalam kamar ayah anda? Apa ayah anda memukul Anda, Nona Bella? Atau dia meneriaki anda? atau hah... Apa dia melakukan hal yang tidak pantas kepada anda, Nona Bella?" Tanya Lily dengan serius, ketika dia membayangkan hal seram lainnya.

"Hah... tidak pantas bagaimana?" David tersinggung dengan ucapan Lily.

Seketika Nafsu makan David menjadi hilang. Dia melipat kedua tangannya dengan erat. "Lily sudahlah! Jangan berpikir aneh, kami hanya berbincang sebentar. Lebih baik jika kau mengerjakan hal lain, daripada terus menggangguku."

"Nona Bela?" Lily tampak syok dengan ucapan dan sikap Isabella yang tidak ramah, tidak seperti biasanya. Apa ini karena sepeninggal Nana?

"Baik Nona Bela, jika kau butuh sesuatu. Panggil saja aku." Ucap Lily menuru dan berlalu dari ruang makan.

"Hahhh... Akhirnya aku bisa mendapatkan ketenangan." David menggerakkan lehernya yang terasa kaku.

"Kemana bocah itu? Apa selama ini dia mandi?"

"Wah... wah... Sudah ada yang merindukanku ternyata." Seru suara yang sangat David kenali, yaitu suaranya sendiri.

"Kenapa lama sekali, dan tidak..." David tidak melanjutkan ucapannya. Dia menatap dengan sangat terkejut ketika melihat penampilan tubuhnya yang tampak aneh.

"Apa yang kau lakukan pada tubuhku!!! Aarrgggggh...." Erang David kesal, dengan Isabella yang mengenakan pakaian aneh.

"Aduh! Berisik sekali! Kenapa ayah kagum ya dengan penampilanku hari ini?" Ucap Isabella menyeringai senang. Sambil menarik kursi untuk dirinya. Sedangkan David masih menyorot tajam pada tubuhnya sendiri.

Isabella mengenakan kemeja dengan motif bunga-bunga berwarna kuning dan hijau cerah, celana berwarna putih dan ada kalung bulu-bulu berwarna oranye.

David ingat, jika itu adalah kostum pantai yang sudah lama ia simpan didalam lemarinya, hanya ia kenakan sekali dan tidak lebih dari setengah jam. Saat perayaan ulang tahun perusahaan, dengan mengambil tema pantai.

"Kau tidak bisa pergi bekerja dengan pakaian seperti itu! Kau benar-benar mau mempermalukan ayahmu!" Bentak David kesal dan berjalan mendekat kearah Isabela, yang masih bersikap santai dan tidak peduli.

"Ayah, pakaian ayah itu sangat... sangat... sangat membosankan... Terlalu kuno dan tidak mengikuti trend. Ini lebih baik!" Isabella semakin menunjukkan kebanggan atas pilihan bajunya sendiri.

"Tidak! Pokoknya tidak bisa, kau harus mengganti pakaianmu segera!" David segera menarik ujung kemeja pantai Isabella, dengan sekuat tenaga ia terus saja mencoba menyeret paksa putrinya agar kembali ke kamarnya.

Sesampainya dikamarnya, David dengan segera menyiapkan pakaian pantas yang harus dikenakan saat bekerja. Isabella duduk pada tepi tempat tidur, berdiam diri saja karena puas dengan mengerjai ayahnya.

Isabella hanya menatap tubuh kecilnya yang sedang sibuk mengacak-acak isi lemari pakaian. Dia sama sekali tidak berniat untuk membantu ayahnya.

Hanya diam menikmati pemandangan yang aneh itu, jarang sekali dia bisa berbicara dengan ayahnya, dan sangat jarang ayahnya bersikap peduli. Ya... Walaupun kepedulian itu dikarenakan David peduli dengan tubuhnya sendiri, bukan karena ia peduli pada putrinya sendiri.

Hanya membutuhkan waktu sebentar saja bagi David memilah pakaian kerjanya, karena itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari yang biasa ia lakukan sendiri.

"Ganti pakaianmu dan kenakan ini saja." David menunjuk pada setelan jas rapi dan mahal, warna hitam mendominasi. Bahkan dasi yang dipilihnya berwarna abu-abu dengan garis biru tipis.

"Hh... pantas saja aura ayah sangat gelap! Terlihat dari pakaian yang ayah pilih... Ck...ck...ck... kasihan sekali." Decak Isabella seraya menggelengkan kepalanya.

"Lebih baik kau menurut, dan ikuti saja perintahku. Jangan berbuat yang aneh-aneh lagi. Cepat ganti pakaianmu." Perintah David dan meninggalkan kamarnya.

Para pekerja dan pelayan yang ada di kediaman Mahendra, pagi itu banyak dibuat bertanya-tanya.

Padahal baru satu minggu berlalu semenjak kepergian Nana, Isabella dan ayahnya tampak begitu akrab. Tidak pernah mereka melihat Isabella masuk kedalam kamar ayahnya, jangankan itu! Berbicara satu sama lain saja hampir tidak pernah mereka lakukan.

Lily sedang berada diluar bersama dengan Felix. Mereka sedang berbincang dekat dengan mobil yang akan mengantar Isabella ke sekolah.

Dengan segera Lily menceritakan apa yang terjadi pada pagi hari ini.

"Aneh bukan? Bagaimana menurutmu, Felix? Apa ini pertanda buruk?" Tanya Lily bergidik seram membayangkan, bagaimana majikannya tadi pagi berusaha untuk memaksanya agar masuk kedalam kamar untuk berdua saja.

"Kau jangan berpikir aneh-aneh, mungkin Tuan David memang sedang membutuhkan bantuanmu." Felix berusaha untuk bersikap netral, ketimbang ikut terbawa arus pada gosip yang diberitahu oleh Lily.

"Tapi ini benar-benar aneh, Nona Bella bahkan bisa dengan mudah masuk kedalam kamar ayahnya, dan diruang makan tadi! Kau harus lihat sendiri, bagaimana mereka berbicara satu sama lain." Lily terdiam, karena sadar tatapan Felix menjadi berubah dan menunjuk cemas kearah belakangnya.

"Ada apa, Felix? Kenapa kamu..." Lily membalikkan badannya dan akhirnya ia tahu apa yang membuat tingkah Felix menjadi aneh.

"Tuan David? Anda ada disini ternyata?" Ucap Lily gugup dan terbata.

"Hai Felix... Hai Lily..." Sapa Isabela terlalu riang, serta melambaikan tangannya dengan bersemangat.

Lily dan Felix menatap heran, mengapa David justru menampilkan wajah seceria itu? Bahkan hingga menyapa mereka yang hanya seorang pekerja biasa.

"Loh, kenapa kalian diam saja sih? Kalian habis lihat hantu?" Ejek Isabela, dan mulai memegangi gagang pintu mobil.

"Tuan David, apa yang anda lakukan?" Tanya Felix, menghentikan Isabella agar tidak masuk kedalam mobil.

"Ya.. aku mau berangkat seko..."

"Ayah!!" Suara anak perempuan terdengar lantang, dan memotong ucapan Isabella yang lagi-lagi lupa! Kalau saat ini ia adalah David dan bukan Isabella.

"Ayah apa yang sedang kau lakukan disini? Ayah lupa ya kalau mobil ayah ada disana." Tunjuk David pada mobil yang ada dibagian depan.

Mobil sedan hitam yang terlihat lebih elegan, ketimbang mobil yang akan dinaiki oleh Isabella.

"Ah ya, aku lupa. Seharusnya aku naik mobil yang itu ya?" Tunjuk Isabella, dan ia mulai berjalan kearah mobil yang seharusnya.

"Fuhh.. hampir saja." Ucap David pelan sambil masuk kedalam mobil putrinya.

Lily dan Randy saling menatap dengan heran.

"Benar kan apa yang kukatakan barusan." Ucap Lily pelan, ketika kedua majikannya sudah berada didalam mobil.

"Sudahlah, lebih baik saat ini aku mengantar Nona Bela kesekolah." Ucap Felix, dia pun segera masuk kedalam mobil.

Didalam mobil David.

"Uwoowww.... Mobil ayah ternyata keren sekali... Lebih keren dari mobilku sendiri. Hmm...? Pelit sekali orang itu kepada anaknya sendiri?" umpat Isabella pelan.

"Tuan David, apakah kita sudah bisa berangkat?" Tanya supir pribadi David, yang bernama Frank.

"Tuan David?" Panggil Frank, karena merasa majikannya sedang mengabaikan ucapannya.

"Ya, Frank?" Tanya Isabella terkejut.

"Ya, kita harus segera berangkat sekarang." Lanjut Isabella dengan senyuman yang terlalu lebar.

Dari balik jendela Isabella melihat mobil yang ditumpangi ayahnya sudah berlalu meninggalkan pekarangan rumah. Ia pun kembali menyeringai licik dan senang.

"Bye... bye... ayah. Semoga harimu menyenangkan disekolah."

Next chapter