webnovel

Chapter 18 - Seseorang yang Datang 

"Detektif Rodison, Apakah Anda menemukan sesuatu?" pria lain yang telah berada di depan gedung apartemen itu nampaknya baru sampai. Ia terlihat cemas, tetapi tidak benar-benar terlihat seperti itu. 

Mungkin dia memang sedang merasakan itu. Entah bagaimana harus menjelaskannya, pria ini memang memiliki wajah sendu sejak dulu. Jadi tidak bisa disimpulkan jika ia memang sedang mengkhawatirkan sesuatu. Apa yang terjadi tetap membuatnya terlihat demikian. 

"Saya mencemaskan, Anda Detektif. Bagaimana keadaan di sana? dan bagaimana keadaan Anda? Anda baru saja menyelesaikan masalah Dara. Pasti akan sulit berpikir jernih saat ini. 

Baik, kali ini dia benar-benar merasa khawatir.

Detektif Rodison menatap pria yang merupakan bawahannya itu. "Trody, terima kasih. Saya pikir, ada hal yang harus diselesaikan karena kita memang detektif. Pekerjaan ini harus tetap menjadi prioritas mengingat kita adalah pejabat publik. Untuk masalah Dara, mungkin akan saya selesai dalam waktu beberapa hari ke depan. Saya sudah membicarakan ini kepada Luis."

Trody, pria berwajah sendu itu, termenung sejenak. Sepertinya ada sesuatu yang menjadi biang pikir di dalam kepalanya sekarang. Dan Mungkin, Dara adalah sesuatu yang membuatnya seperti ini. 

"Kamu tidak apa-apa, Trod?"  kini Detektif Rodison yang bertanya kepada Trody. 

"Saya … saya tidak apa-apa." 

"Kamu pasti kelelahan karena beberapa hari terakhir harus berpatroli di malam hari. Bukankah begitu?" 

Trody tersenyum, membenarkan bahwa ia memang letih karena pekerjaan yang cukup berat beberapa waktu belakangan. 

Suara sirine berbunyi dan menandakan bahwa mereka akan berangkat ke menuju rumah sakit. Mereka perlu memeriksa penyebab kematian wanita yang masih belum diketahui identitasnya. 

"Apakah sudah diketahui identitas wanita itu?" Trody bertanya karena penasaran. "Saya pikir, ini mungkin hanya kasus bunuh diri."

Detektif Rodison tidak menjawab karena sedang memikirkan sesuatu. "Kita belum menemukan kartu identitas dari wanita itu." 

"Apa? bagaimana bisa?" seru Trody, ia tidak percaya. "Apakah ini masuk dalam kasus pembunuhan?"

Detektif Rodison belum membuat kesimpulan sehingga tidak bisa memberikan kepastian kepada Trody. "Aku harus ke kantor dulu."

"Apakah ada saksi? bagaimana dengan Detektif Mark, apakah dia juga di sini bersama anda?"

Detektif Rodison yang semula berjalan meninggalkan Trody, kini berbalik dan menatap detektif juniornya ini. "Detektif Mark masih mengusut masalah kematian David Hunter. Dia belum kembali dari tebing sejak kemarin."

Trody pun mengangguk, tetapi wajahnya masih sendu. 

"Oh, ya. Kamu bisa mampir ke rumah. Mungkin Dara akan lebih baik setelah melihat sahabatnya menjenguk." Detektif Rodison melambaikan tangan kemudian masuk ke dalam mobil polisi yang juga menyalakan suara sirine. 

Dari kejauhan, Trody tersenyum. Ia senang melihat Detektif Rodison yang paling ia hormati itu memberikan senyuman kepadanya. Detektif itu terkenal dingin. Jika ia tertawa atau tersenyum, itu pasti hanya bentuk  sarkasme yang menyakitkan. 

Detektif Rodison selalu melindungi anaknya, Dara Rodison, dari lelaki manapun. Hanya Luis dan dirinya yang diperbolehkan berteman dengan Dara. 

Luis mungkin masih sibuk karena di adalah residen di sebuah rumah sakit. Trody merasa mendapatkan kesempatan setelah melihat senyuman yang tidak mengandung sarkasme dari Detektif Rodison. 

Trody mengambil ponselnya kemudian menekan beberapa tombol di sana. Ia hendak menelepon Dara dan memastikan keadaannya. Tentu saja ia merasa sangat bahagia hingga tersenyum sendiri di tengah riuh masyarakat yang juga mulai memudar. 

Namun, tiba-tiba saja ia melihat seseorang dari kejauhan. Seseorang yang berlindung dalam kegelapan sehingga ia tidak dapat terlihat dengan jelas. 

Ponselnya masih tergenggam bahkan menempel pada telinganya.Sayangnya, senyuman itu mulai menghilang. Seseorang yang tidak diketahui olehnya itu melambaikan tangan kemudian tersenyum. Entah bagaimana, senyuman bergigi itu terlihat dari orang yang bertopi dan tidak dikenali.

Trody yakin bahwa senyuman itu adalah untuknya, karena tidak ada siapa-siapa yang berada di belakang atau sekitarnya. Namun, siapa orang yang terlihat seorang pria itu?

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia tidak menyadari bahwa Dara tidak menjawab panggilan teleponnya. Dering tersebut menunjukkan seseorang sedang meneleponnya. 

"Siapa?" Trody melihat kembali pria yang sebelum ini melambaikan tangan kepadanya. "Dia juga … memegang ponsel?"

Trody pun menjawab panggilan telepon itu, "Halo?"

"Selamat Malam, Trody. Aku rasa, aku membantumu kali ini."

Trody membelalakkan matanya setelah mendengar kalimat itu. Membantu apa? apa yang sedang dia katakan?

"Mm-membantu apa?" Trody menelan ludah sambil memeriksa sekelilingnya. Jika seseorang melihat apa yang ia lakukan sekarang, mungkin akan terlihat mencurigakan. 

"Bukankah, wanita itu lebih baik mati di tangan orang lain?" kata pria yang masih belum diketahui siapa identitasnya. 

Tanpa berlama-lama, panggilan telepon terputus. Pria yang entah siapa itu memutuskan panggilan. Trody melihat lambaian tangan lagi yang jelas hanya untuknya seorang. 

**

"J-jadi siapa kamu?" Rayn masih berusaha mengendalikan diri. Ia melihat wanita yang sama dengan orang yang baru saja dibawa oleh kepolisian setempat. 

"K-kamu siapa?" ia masih berkata dengan terputus-putus. Perasaannya menjadi kacau sekaligus kesal. Di mana hantu yang bernama Honey itu? di mana dia di saat Rayn membutuhkan penjelasan tentang ini?

Wanita itu yang kini berdiri di depan unit apartemen ayahnya hanya diam. Benar, tidak menunjukkan tanda-tanda akan menjawab pertanyaan dari Rayn. Kedua matanya menghitam. Luka di dahi dan lehernya masih jelas nampak berbekas. Bahkan, sepertinya itu luka yang tidak akan mengering. Karena di mata Rayn, sayatan itu masih berwarna merah lebam. 

Rayn menghela napas untuk mencari udara yang lebih segar. Lebih baik ia keluar dari gedung apartemen ini untuk sementara. Dia bisa menginap di hotel sebagai pilihan. Tapi, ia yakin bahwa Pak Bara tidak ada di sini. Ia sudah malas jika harus mencari taksi untuk keperluan yang tidak masuk akal bagi orang yang waras. 

Tidak, aku tidak bisa seperti ini.

Lagipula, barang-barang Rayn masih ada di dalam apartemen. Ia tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. 

"Astaga, kenapa aku harus berurusan dengan hantu seperti ini. Sial!" Rayn pun memilih untuk masuk ke dalam apartemen sambil menutup mata. Ia melewati dan menembus hantu wanita itu tanpa benar-benar merasakannya. 

"Ini benar-benar menyebalkan." Rayn menutup pintu apartemen sambil mengelus dada. "Ini benar-benar menyebalkan!" 

Setidaknya, ia sudah masuk. Hantu itu sepertinya tidak akan masuk ke dalam apartemen ini. Tidak tahu bagaimana, Rayn meyakini hal itu. 

"Ada apa dengan hantu-hantu ini? mengapa banyak hantu sekarang yang ada di dalam kehidupanku? menyebalkan!" 

Rayn memang mengeluh tetapi ia tahu tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Ia hanya bisa pasrah, terlebih sejak ia sadar dari koma. Bisa sadar dari koma sudah membuatnya sedikit bersyukur. Ya, hanya sedikit. Karena sejak itu, ia justru malah melihat Honey yang menggentayanginya. 

Teko yang berisi air itu akhirnya berbunyi, menunjukkan bahwa air di dalamnya telah mendidih. Rayn ingin membuat teh. Jelas, ia ingin menenangkan diri. 

Malam ini adalah malam yang panjang. Tidak pernah terpikirkan akan mengalami hal seperti ini dalam hidupnya. 

"Pak … David … Hunter .... "

Suara lirih nan jelas terdengar di telinga Rayn yang baru saja mencelupkan kantong tehnya.