1 Prolog + Ch 1

Bau anyir darah tercium pada indra milik seorang gadis. Surai coklat muda indahnya tersebut bergoyang tertiup oleh angin di malam hari. Sunyi senyap terjadi di daerah tersebut dan membiarkan seorang gadis cilik itu menangis di tengah gelapnya malam.

Cahaya sang ratu malam menemani sang gadis dan membantu pengelihatan gadis tersebut untuk melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi di halaman belakang rumahnya. Cairan merah pekat dengan bau anyir tersebut tampak berkilauan karena sang rembulan.

Entah apa maksud dari sang bulan yang membiarkan seorang gadis kecil ini melihat pemandangan kematian kedua orang tuanya dengan lebih jelas.

Secara perlahan, darah tersebut berubah menjadi abu dan terbang bersama dengan angin di malam hari itu. Kemudian suara deringan sebuah alarm pun terdengar.

Tunggu! Apa? Alarm.

"AKU TELAT!" teriak seorang gadis yang langsung melompat dari tempat tidurnya, dan sialnya. Mengapa harus bagian bawahnya yang mendarat duluan di lantai kayunya.

"Sial, sakit!" umpatnya kesal. Namun, sedetik adalah berharga. Dengan manik mata yang bahkan belum tersadar sepenuhnya gadis tersebut berjalan ke kamar mandi yang berada di samping kamarnya.

Tangannya meraih odol dan sikat gigi, kemudian menyikat giginya. "Mandi? Oh BIG NO Artemis tidak akan mandi di saat genting seperti ini, nanti sore saja." Baik semua pembaca, mari kita tidak mencontoh perbuatan tak baik gadis bersurai coklat muda dengan nama lengkap Artemis Selena tersebut.

Artemis berlari keluar kamar mandi, mengenakan seragam sekolah tahun terakhirnya dan berlari ke arah dapur yang berada di lantai pertama. Ia meraih sebuah roti tawar yang sudah disiapkannya sejak malam hari kemudian ke ruang keluarga.

"Aku pergi dulu ayah, ibu!" ucapnya sembari menatap ke arah dua buah foto yang bertengger manis di samping televisi ruang keluarganya. Foto tersebut dibingkai dengan sangat baik oleh Artemis sehingga tampak sangat indah.

Dan kembali berlanjut kepada kerutinannya. Gadis tersebut mengenakan sepatunya, roti yang di pegangnya di sangkutkan di mulut. Roti tawar tersebut masih utuh, dan bahkan belum dimakan barang segigit pun.

Artemis mengetukkan sepatunya beberapa kali di lantai kayu ruang keluarga. Ia menghembuskan nafas panjang dan menggengam erat tas di rangkulannya, "Waktunya berang-."

Roti di mulutnya jatuh seketika saat gadis tersebut berjalan ke ruang tamu, gadis tersebut diam dan tak bergeming barang sedikitpun. Warna cokelat maniknya menatap pekat ke arah tujuh pria tanpa asal usul yang jelas dan tiba-tiba saja bisa ada di hadapannya saat ini, di rumahnya.

"Siapa kalian!"

....................................

Perkenalan tokoh~

1. Artemis Selena

- Kedua orangtuanya mati saat usia Artemis masih berusia dua belas tahun.

- Tinggal sendiri dengan warisan kedua orangtuanya. Namun, terkadang neneknya datang menghampiri.

- Usia 18 Tahun, dan akan segera menamatkan sekolahnya.

- Jadi bahan pembicaraan di sekolahnya gara-gara tiap pulang selalu dijemput orang ganteng yang berbeda tiap harinya.

- Sifatnya? Hm, masih misterius.

2. Lucifer (Pride/Kebanggaan)

- Selalu bangga dan sombong terhadap apa yang dia perbuat.

- Artemis sering menjadi korban uji coba Lucifer kalau lagi bereksperimen.

- Pendiam, tapi diam-diam juga otaknya mikirin eksperimen gila.

- Pemimpin dari para penguasa neraka.

3. Satan (Wrath/Kemarahan)

- Pemarah. Tapi bagi Artemis, Satan kalau lagi marah jadi keliatan imut, karena itu dia suka bikin Satan marah.

- Tsundere (?)

- Seneng banget sama kucing liar yang tiba-tiba ketemu entah di mana.

- Misterius.

4. Leviathan (Envy/iri hati)

- Selalu iri sama orang lain, dan irinya pasti aneh. Bahkan pernah dia iri sama kucing karena bisa ngomong bahasa kucing.

- Tempat curhatnya? Hanya Artemis seorang.

- Sering pergi ke hutan buat nyegerin mata biar ga iri terus. Eh, pas pulang bilang iri sama pohonlah, sungai, danau, dan lain-lain.

5. Mammon (Greed/keserakahan)

- Ada satu peraturan mutlak di rumah Artemis yang tak bisa diganggu gugat yaitu, DILARANG MENYENTUH BARANG MAMMON!

- Tiap kali dapet giliran buat jemput Artemis dia selalu ngerampas uang orang pake ancaman, dan itu bikin Artemis milih buat pura-pura ga kenal.

- Ga akan ngerampas uang Artemis atau penguasa neraka lainnya.

- Over Protektif ke Artemis. Apa lagi kalau ada Asmodeus.

6. Asmodeus (Lust/nafsu birahi)

- Dapat julukan 'Om pedo' dan 'Mesum' dari Artemis.

- Kalau malam suka ngendap-endap masuk ke kamar Artemis walau lima menit kemudian keluar dari kamar dengan wajah bonyok semua.

- Artemis selalu menjadi korban kenakalannya, walau akhirnya Asmodeus bakal apes sendiri.

- Gak pernah dikasih ijin berduaan sama Artemis, dan gak pernah dibolehin jemput Artemis sendirian.

7. Beelzebub (Gluttony/Rakus)

- Artemis paling iri sama Beelzebub, karena pria itu banyak sekali makan dan tidak pernah gemuk.

- Pelit soal makanan.

- Tiap jemput Artemis selalu minta di traktir sama Artemis.

- Porsi sepuluh orang dihitung sekali makan kalau sama Beelzebub.

- Kalau laper cerewet, kalau gak laper jadi pendiam.

8. Belphegor (Sloth/Kemalasan)

- Muka-muka Gangster tapi pemalas tingkat akut.

- Yang di sukai Belphegor hanya duduk di kursi, dan memainkan belatinya.

- Cuma bakal gerak kalau di suruh Artemis. Sama penguasa neraka lainnya? Ogah.

- Kalau Asmodeus berani macam-macam dengan Artemis, belatinya tidak akan segan-segan untuk membunuh nafsu birahi satu itu.

===============

Chapter 1 "Morning Routine"

Matahari terbit dari ufuk timur. Hal tersebut tersebut menjadi perawalan kegiatan yang akan segera dilakukan oleh gadis bersurai coklat muda tersebut. Sinar matahari menyeruak masuk melalui jendela kamarnya, dan mengganggu tidur seorang gadis.

"Hmm..." Tangan kanannya terangkat untuk mengusap matanya yang terasa sangat sulit untuk di buka karena sinar matahari yang mengarah langsung ke arah kedua matanya.

"Hey Artemis, bangunlah..." Suara lembut yang tak asing menyambut indra pendengaran Artemis. Ia melenguh pelan dan membuka sedikit manik matanya. Dari sela-sela tersebut dapat dilihatnya sepasang manik mata berwarna merah menyambutnya, surai putihnya terjatuh di pipi mulus Artemis.

"Tunggu," ucap Artemis pelan. Ia berusaha untuk mengumpulkan seluruh jiwanya yang berceceran saat dirinya tidur, otaknya yang pergi entah kemana akhirnya kembali lagi.

Kedua manik matanya berkedip beberapa kali saat melihat pria bermanik merah di hadapannya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dan menampilkan seorang pria yang juga bersurai putih dan bermanik coklat. Tangan kanan pria tersebut memegang Spatula sembari tersenyum ke arah Artemis.

"Ar, kamu sudah bang..."

Spatula di tangan pria bermanik coklat tersebut terjatuh di susul dengan raut wajahnya yang berubah seratus delapan puluh drajat dari senyuman menjadi tampang marah yang amat menyeramkan.

Surai putihnya melayang-layang dan cakar panjang nan tajam tumbuh di kedua tangannya. "Asmodeus, apa yang sedang kamu lakukan di sini? Lalu terlebih lagi kenapa kamu menindih tubuh Artemis? Kamu sudah gak sayang nyawamu? Apa perlu aku hancurin tubuh sama jiwamu di neraka maupun dunia fana?" ucap Lucifer yang memberikan pertanyaan beruntun kepada Asmodeus. Bibirnya memasang senyuman yang teramat menyeramkan.

Asmodeus segera bangkit dari ranjang milik Artemis, dan memasang pose siaganya. "Oh, tentu Lucifer, akan ku layani dengan senang hati tantanganmu," ucapnya menyahuti permintaan Lucifer.

Sementara itu di sisi lain, Artemis sudah mendapat seluruh kesadarannya. Ia menatap malas ke arah dua orang pria di hadapannya. Mengapa dirinya tak marah diperlakukan seperti itu oleh Asmodeus? Tentu saja karena di sudah lelah berdebat oleh iblis nafsu birahi tersebut. Lagi pula saat ini tingkah laku Asmodeus cukup menguntungkan buat Artemis, karena berkat ia Artemis tak perlu alarm menyebalkan lagi. Alarm manual Asmodeus, lumayan 'kan?

Jika kita mengulang pada kejadian dua bulan yang lalu dimana ia bertemu dengan monster-monster neraka tersebut. Pada hari pertama gadis tersebut tau bahwa mereka tinggal di rumahnya dan Asmodeus melakukan hal yang sama kepadanya seperti saat ini. Banyak barang di kamarnya yang ia lempar hingga hancur karena perilaku iblis satu itu.

"Sudah-sudah, aku mau makan terus sekolah." Artemis bangkit dari ranjangnya dan berjalan ke arah dapur. Lucifer segera berhenti mengeluarkan mode marahnya kemudian kembali ke senyuman bangganya.

"Hari ini aku masak gado-gado buat sarapan, gimana kira-kira, kerja bagus 'kan?" tanya Lucifer. Artemis menganggukkan kepalanya malas, gadis tersebut bahkan belum memakan masakannya tetapi iblis di sampingnya sudah menanyakan masalah tersebut.

"Yah lagi pula, memasak di dunia ini sungguh gampang. Aku bisa menguasai semua masakan atau apapun itu asalkan aku melakukannya di dunia fana. Kamu harus sering-sering jadi eksperimenku ya Ar," ucap Lucifer panjang lebar.

Risih dengan perbuatan Lucifer? Jawabannya lagi-lagi tidak. Ia sudah mengalami rutinitas barunya ini selama terhitung enam puluh satu hari.

"Hem, pasti habis ini aku ke dapur dan gado-gadonya sudah dihabisin sama Baal, kemudian akhirnya aku cuma kebagian roti tawar lagi," gumam Artemis pelan.

Langkah kakinya berhenti di depan meja makan, tangan kanannya mengangkat tudung saji di meja tersebut dan hasilnya...

kosong.

Artemis pov

Apa salahku yang cuma mau makan dengan normal di pagi hari ya Tuhan. Apa mungkin lain kali aku harus minta Lucifer bikin porsi ekstra ya biar aku bisa makan enak setidaknya sehari aja.

Aku melirik melalui ekor mata ku Beelzebub yang sedang berada di halaman belakang sembari mengurus perkebunannya yang telah ia rawat selama dua bulan ini. Setidaknya sayuran itu dapat menghemat biaya makan Beelzebub.

Aku mengambil sebuah roti tawar di meja dan memakannya. Untung saja Beelzebub tidak menyukai roti tawar karena menurutnya rasanya tidak enak, jadi setidaknya aku masih memiliki jatah makan. Aku tidak mementingkan iblis neraka yang lain? Tentu saja tidak, mereka selalu makan lebih dulu sebelum Beelzebub, oleh karena itu selalu aku yang tidak kebagian jatah.

"Hari ini giliran siapa?" ucap pria berwajah gangster yang dapat kuduga saat ini sedang duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi dan memainkan belatinya.

"Aku." Oke, suara yang berasal dari kamar mandi ini aku sudah dapat mengenalnya. Kamar mandi kedua di rumah ini berada tepat di belakangku jadi aku tidak akan membalikkan badan.

Alasan? Sudah pasti karena Leviathan baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan handuk. Itu gila! Apa mereka gak sadar kalau aku ini perempuan, mungkin esok hari aku harus mencoba berpakaian pria agar dapat menjadi lebih santai dengan perilaku mereka.

Yap, tapi itu tak mungkin. Karena kalau aku berpakaian laki-laki maka cerita ini tak akan memiliki Heroine nya 'kan? Jadi hal tersebut tidak mungkin.

Aku melirik Leviathan dari ekor mataku dan berkata, "Leviathan cepat naiklah ke kamarmu, aku mau mandi!" ucapku tanpa menoleh ke arah pria tersebut. Oke, mungkin sebentar lagi pria tersebut akan mulai mengatakan iri.

Dan lima detik kemudian prediksi ku menjadi nyata ketika Leviathan berkata, "Aku iri sama kamu soalnya kamu perempuan." Perempat siku timbul di kening ku, apa-apaan irinya kali ini. Kenapa Leviathan selalu iri terhadap sesuatu yang aneh seperti itu.

End Artemis pov

Artemis melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Waktu masuk sekolah Artemis masih berdurasi cukup lama, karena itu gadis tersebut memilih untuk mandi, dan sialnya ia mandi tanpa membawa handuk dan juga pakaiannya.

"Satan tol-."

"Sudah kugantung di depan pintu kamar mandi!"

"Sera-."

"Seragamnya juga sudah. Lagi pula aku sudah hafal kebiasaan mu!" teriak Satan dari lantai atas, nada berbicaranya terdengar seperti orang marah, tapi ya namanya juga Satan jadi Artemis memaklumi hal tersebut.

===

"Tuh, cowok ganteng lagi kan. Beda lagi dari yang kemarin, kok tiga hari ini dia dianter terus dijemput sama cowok yang beda terus ya, apa lagi cowoknya ganteng semua lagi."

Murid-murid bergosip ria ketika melihat Artemis yang datang ke sekolahnya dengan Leviathan. Kegiatan mengantar dan menjemput ini baru diterapkan tiga hari yang lalu, dan terima kasih berkat Asmodeus yang membuat Mammon bersama Lucifer menjadi kesal.

Pria bernafsu birahi tersebut diam-diam pergi untuk menjemput Artemis sendirian, dan mencoba untuk berbuat aneh-aneh. Walau sebenarnya semua itu hanya salah sangka semata oleh Mammon dan Lucifer yang kebetulan sedang berada di sebuah supermarket.

Flashback

"Astaga! Asmodeus tunggu sebentar." Asmodeus menghentikan langkahnya saat Artemis tiba-tiba menyerukan namanya dengan nada memohon.

Asmodeus segera menoleh ke arah gadis tersebut dan menatapnya dengan tatapan bertanya, kemudian manik mata merah pria tersebut beralih ke arah rok gadis tersebut yang tersangkut pada sebuah tumbuhan dengan duri di batangnya.

Rok merah kotak-kotak dengan panjang selutut tersebut tersangkut, dan Artemis berusaha keras untuk melepaskannya.

"Tunggu biar ku bantu!" Asmodeus berlari ke arah Artemis dan segera berjongkok untuk melepaskan rok yang tersangkut tumbuhan tersebut.

Tanpa mereka berdua sangka dua pasang mata berbeda warna tengah menatap tajam ke arah mereka. Manik mata kedua iblis tersebut tampak bercahaya dan aura pekat berada di sekeliling mereka.

"Apa yang mereka berdua lakukan?" ucap Lucifer menggenggam erat kantong belanjaannya.

"Mungkin aku harus bikin peraturan khusus buat Asmodeus, kalau sebenarnya Artemis milikku!" Tangan kekar milik Mammon yang tengah menggenggam uang kembalian dua ribu rupiah tersebut mengepal kencang, seketika uang dua ribu yang di genggamnya pun terbakar oleh api yang tiba-tiba muncul di kepalan tangannya.

Flashback end

avataravatar
Next chapter