webnovel

Mawar Merah di Sekolah

Dera Zahra adalah seorang gadis cantik, periang, pintar dan juga ramah. Dia seorang remaja yang duduk di bangku SMP, salah satu sekolah menengah pertama yang terletak di Jakarta. Dia berasal dari keluarga sederhana, Ayahnya hanyalah merupakan karyawan pada sebuah pabrik pembuatan kertas dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Walaupun hidup dalam kesederhanaan Dera tumbuh menjadi gadis yang dewasa, rajin dalam membantu pekerjaan ibu nya dirumah. Dia menjadi gadis yang serba bisa dengan segala aktifitas yang dilakukan nya sehari hari. Dera tumbuh di lingkungan yang menyayangi nya terlebih dia merupakan anak tunggal dari pasangan Hendro Sukardi dan Fatimah. Dera bersahabat baik dengan Lulu Aryani, seorang gadis gadis periang, keras kepala, berambisi, dan juga sedikit arogan. Dia tak segan segan mengkonfrontasi seseorang bila sudah melukai atau berani melawan pendapatnya, tetapi dia adalah seorang gadis yang baik. Mereka bersahabat sejak kecil hingga mereka menginjak usia remaja mereka selalu terlihat bersama. Hingga mereka memutuskan untuk sekolah pada sekolah yang sama juga. Persahabatan mereka terjalin sangat erat. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak pernah bertengkar, sesekali mereka berselisih faham apa lagi sifat lulu yang keras kepala terkadang membawa mereka pada sebuah perdebatan kecil yang di akhiri dengan saling tidak tegur sapa untuk beberapa hari setelahnya. tapi ini tidak berlangsung lama, karena setelah amarah mereka reda mereka akan kembali bertegur sapa, karena sesungguhnya mereka tidak dapat berpisah satu sama lain. Mereka saling membutuhkan untuk berbagi cerita bersama dan juga lawan yang sengit dalam beradu argument. Hingga pada saat Dera berkenalan dengan seorang anak lelaki bernama Dimas. Dia adalah seorang anak lelaki yang nakal, suka membolos, berkelahi dan juga mencuri. Tetapi dia selalu berlaku manis apabila berada bersama Dera, mereka sering bertemu setelah pulang sekolah, dan Dera merasa sebenar nya Dimas adalah anak yang manis dan baik. Dia merasa senang apabila berbicara dengan Dimas. Tanpa mereka sadari kedekatan mereka telah menumbuhkan benih benih cinta diantara kedua nya. Bertemu dengan Dimas sudah menjadi bagian dari hidup Dera sekarang ini. Tetapi kisah cinta mereka mendapati banyak hambatan, terlebih ketika Lulu tidak senang melihat kedekatan antara Dera dan Dimas. Dan juga tiba tiba seorang gadis bernama Anggi muncul, dia terlihat seperti dari keluarga yang berada jika dilihat dari penampilan nya yang nyentrik. Tetapi dia adalah gadis yang sombong dan juga ketus. Ucapan nya selalu membuat sakit hati lawan bicaranya, bahkan dia selalu merendahkan Dera dan Lulu karena merasa mereka tidak sekelas dalam hal kedudukan sosial yang notaben nya Anggi berasal dari keluarga kaya sedangkan Dera dan Lulu berasal hanya dari keluarga sederhana. Anggi begitu amat sangat membenci Dera, karena kedekatan nya dengan Dimas. Dia bahkan tanpa sungkan meminta Dera untuk menjauhi Dimas, sebagai seorang bestfriend dari Dimas, Anggi menginginkan Dimas memilikibteman yang sederajat dengan nya bukan seperti Dera. Kisah cinta antara Dera dan Dimas tidak berjalan mulus dan selalu diwarnai pertengkaran pertengkaran antara sahabat mereka. Tapi kian hari antara Dera dan Dimas terlihat semakin erat, mereka yakin akan perasaan mereka satu sama lain. "tidak ada yang bisa memisahkan kita, apapun yang terjadi" itulah ucapan Dimas yang selalu menguatkan Dera untuk terus maju dan selalu bersama Dimas sang pujaan hatinya. Bagaimana kah kisah cinta mereka selanjutnya? Dapatkah Dera menghadapi konflik konflik dari sahabatnya Lulu? apakah Dera juga akan gentar dan mampu mengatasi segala permasalahan nya dengan Anggi? ataukah dia akan menyerah pada cinta nya dengan Dimas untuk kedamaian bersama? ataukah dia akan mengorbankan persahabatan nya untuk cinta nya? sedangkan Dera dan Dimas hanyalah seorang remaja yang baru mengenal apa itu cinta tanpa mengetahui resiko yang akan dihadapinya kelak dikemudian hari.

Dhia_Dini · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 10

Dimas akhirnyapun datang dengan sebuah nampan ditangan, dia membeli dua buah porsi sup lengkap dengan dua fred chicken nya, dua french fries, dua nasi, dua buah es teh manis

dan juga dua ice cream, kemudian meletakan semua makanan itu diatas meja.

Aku tampak terkejut menatap semua makanan yang ada di meja "banyak banget, ini semua buat kita?" tanyaku

"he eh" jawab dimas sambil menganggukan kepala "gak banyak kok cuma dua porsi kita kan berdua"

"tapi tetep aja porsi nya banyak buat gw"

"ya udah ga papa makan aja dulu ntar juga abis" jawab Dimas sambil menyuapkan nasi kedalam mulut nya

Melihat Dimas makan dengan lahap nya, aku pun mulai menyuap nasi yang terasa lembut di lidahku, kemudian aku memakan sup yang terasa lezat sekali.

"enak gak?" tanya Dimas sambil melihat wajahku

"iya enak, hampir sama kaya masakan mama dirumah" jawabku sambil terus mengunyah makanan dalam mulutku

"oh ya, mama mu jago masak ya?" tanya nya lagi

"iya donk, masakan mama gak kalah enak nya, cuma yang ini memang agak beda sih lebih berasa kaldu nya dan lebih pedes dikit" ucapku memberi nilai pada masakan restoran ini

"wah kapan kapan aku main kerumah kamu ah mau nyobain masakan mama kamu hehe"

"huk huk.." ucapan Dimas membuatku tersedak.

"pelan pelan makan nya, minum nih" ucap Dimas sambil menyodorkan es teh manis yang ada di meja kepadaku. Lalu aku mengambil dan meminumnya.

"memang nya mama lo gak pernah masak?" tanyaku sembarang

"mama?"

"iya mama lo"

"dia sibuk, gak punya waktu buat itu" jawab Dimas sambil terus memasukan nasi kedalam mulut nya dan sesekali meminum es teh manisnya.

"trus yang masak buat makan sehari hari siapa" tanyaku lagi, mendadak aku ingin tau lebih tentang Dimas.

"Ada mak ijah dirumah, dia yang ngurus semua kebutuhanku"

"oh lo punya pembantu"

"aku gak pernah nganggap mak ijah sebagai pembantuku, justru menurutku orang yang pantas ku panggil mama ya mak Ijah" jawab Dimas lagi

Aku memperhatikan wajah Dimas, ada sebuah luka terpancar dari matanya entah apa yang telah terjadi dalam keluarganya

"kalo lo mo maen kerumah gw maen aja gak papa, tapi rumah gw kecil, sempit mungkin gak kaya rumah lo yang gede"

"beneran?" tanya Dimas yang terlihat antusias "rumah kecil tapi penuh cinta dan kehangatan itu lebih baik dari pada besar tapi sepi kaya kuburan"

Aku merasa iba mendengar ucapan Dimas dan aku bisa merasakan betapa menderita nya dia dari raut wajah nya yang terpancar.

"emang lo gak punya sodara trus papa mama lo kemana?"

"aku cuma sendiri dirumah, mama sama papa jarang pulang sibuk bisnis, paling dirumah cuma ada mak ijah, pak sarto, sama pak Darmo"

"pak Sarto sama pak Darmo itu siapa?" tanyaku

"pak Sarto itu tukang kebun dan pak Darmo itu satpan rumahku lek" jawab Dimas yang sekarang asik memakan ice cream nya.

"owalah.. itu nama nya gak sepi, orang ada empat orang yang tinggal disana kok, dirumah gw malah cuma tiga orang, papa, mama sama gw doank"

"kamu juga anak tunggal lek?"

lalu aku mengangguk. "iya, jumlah keluarga kita sama kan" ucap ku sambil nyengir

Aku melihat Dimas hanya memandangiku tanpa berkedip yang membuatku merasakan perasaan yang aneh, aku memalingkan wajah kearah lain untuk menghindari tatapan Dimas

"rumah kamu dimana lek, nanti aku anter sampe rumah ya?"

"kan gw nanti latihan paskib dulu disekolah"

"kamu yakin keburu?"

"keburu donk, emang sekarang jam berapa?" tanyaku pada Dimas

Dimas melihat arloji yang ada di tangan nya "udah jam 4"

"ya ampun gw belum dapet sepatu nya lagi" jawabku panik sambil memandang berkeliling mencoba melihat dimana toko sepatu terdekat.

Ternyata mall itu sangat luas lebih luas dari pasar dan sejauh aku memandang tidak kulihat satu toko sepatupun.

"gak usah panik tenang aja, kita pasti dapet sepatu kok" jawab Dimas "eh kamu gak make jam tangan ya lek?" tanya Dimas tiba tiba

"gak, gw gak punya"

"heemm.. udah abisin makanan nya abis itu baru kita cari sepatu"

"udah abis nih" jawabku

"keyang belum? kalo belum aku pesenin lagi ya?"

"ampun Dim gw kenyang banget, ntar gak bisa jalan kalo kekenyangan malah" jawabku sambil mengelus elus perutku yang serasa terisi penuh

"haha kalo gak kuat jalan biar Dimas gendong nanti" sambil tersenyum menatap kearahku

"yakin lo mo gendong gw keliling mall?" jawabku ngeledek

"yakin donk, aku kuat kok" sambil berdiri dan mendekat kearahku sambil tangan nya bersiap seperti hendak menggendong. Sontak aku berdiri menjauh dari nya sambil tertawa malu.

"iihh gak usah, gw bisa kok jalan"

"ya udah ayo" ajak Dimas sambil menggandeng tanganku dan menuruni eskalator.

"kamu pernah nonton di bioskop gak lek?" tanya Dimas

"belum pernah, kalo nonton ya gw nonton tv dirumah"

"serius belum pernah?"

Aku menggeleng "lo sering ya?" tanyaku

"kapan kapan kita nonton ya"ucapnya sambil memandangiku "nanti kita cari film yang bagus pas ada aku jemput kamu ya"

"lo mo jemput gw dmna?"

"dirumah kamu lah"

"Emang lo tau rumah gw"

"ya kan kamu ngasih tau ntar, lagian juga nanti kan aku anter kerumah"

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban Dimas.

"kalo senyum tanda nya iya, baiklah, haha" Dimas tertawa puas

Kemudian kami sampai di lantai bawah dan mulai mencari cari toko sepatu.

kemudian kami memasuki sebuah toko yang cukup besar terdapat berbagai macam barang disana ada pakaian, tas, parfum, dan beberapa etalase jam tangan

"Lek liat, jam tangan kamu kan belum punya"

"iya, tapi gw nyari nya sepatu Dim bukan jam" jawabku

"ya ga papa, kita liat liat aja skalian" kemudian Dimas mengajak aku mencoba beberapa jam ketanganku, mba penjaga toko terlihat sibuk melayani pengunjung lain yang memang ramai sekali dan tak terlalu memperhatikan kami berdua

"Dim udah yo, kita cari sepatu aja" ajaku mulai terasa lelah karena terlalu banyak jam yang telah aku coba

"kamu suka yang mana lek?"

"semua bagus" jawabku

"trus kamu mau pake smua skaligus?"

"ya gak mungkinlah Dim, gak mungkin juga aku bisa beli smua jam tangan ini"

"yang ini bagus" sambil menyodorkan sebuah jam tangan berwarna silver Tampa menggubris perkataanku sama sekali.

"tapi, ayo kita coba yang lain" sambil menarik tanganku untuk berpindah kesebelah etalase itu dan mencoba model model yang lain.

"udah deh yo, gak ada yang bagus" ujar nya berjalan menjauh etalase jam tangan itu, aku bersyukur akhirnya Dimas sendirilah yang mengajaku pergi, mba penjaga toko hanya nelihat kami berlalu sambil terus melayani pembeli yang lain nya.

"tuh sepatu lek" ucap Dimas terdengar heboh padahal aku yang mau beli sepatu. "kamu suka model yang mana?" tanya nya

"yang simple aja dan gak berat jadi gw nyaman make nya"

Dimas tampak memilih milih, kemudian dia mengambil sebuah sepatu berwarna merah dengan strip biru disamping nya

"coba yang ini" lalu dia jongkong dan membantuku membuka serta memakai sepatu baru itu

"bagus ya" ucap nya

"berapa harga nya Dim?"

"kamu suka gak?"

"suka sih, warnanya bagus lo emang pinter milih ya" jawab ku sambil tersenyum

"iya donk, sapa dulu Dimas" jawabnya membanggakan diri

"hahaha... sombong lo" candaku sambil tertawa

"sombong pada tempat nya itu syah loh haha"

"berapa harga nya Dim?" tanyaku lagi. Entah mengapa Dimas suka sekali mengabaikan pertanyaanku

"tiga ratus lima puluh ribu" jawab nya

"hah... " aku membuka mulut lebar lebar mendengar harga darj sepatu itu "mahal banget, ayo cari sepatu yang laen aja, lo tau kan duit gw ada berapa"

"ssshhh berisik.. kamu suka gak sepatunya?"

"suka sih tapi kemahalan"

"yang penting kamu suka, ayo kita bawa ke kasir" menyeret ku menuju kasir

"tapi duit gw gak cukup Dim"

"sshhh jangan berisik"

Kemudian Dimas menyerahkan sepatu itu ke kasir dan membayarnya, setelah itu dia menarik tanganku dan buru buru bergi meninggalkan toko itu. Aku tak mengerti apa yang terjadi karena Dimas membayar tanpa aku sempat memberikan uang ku

"Dim lo duit dari mana, ini uang gw masih ada sama gw"

"udah pegang aja uang kamu, ayo cepet jalan nya lek"

"kenapa sih kok kita buru buru banget?" tanyaku separuh berlari mengikuti langkah Dimas yang cepat sekali.

Kemudian kami menaiki motor yang melaju meninggalkan mall dengan sejuta pertanyaan dikepalaku, ada apa dengan Dimas? mengapa dia memintaku bahkan separuh menyeretku agar aku berjalan cepat mengikutinya dan segera meninggalkan pusat perbelanjaan itu?.