webnovel

MATAKU MASAMU

HIATUS : Lora yang berumur 7 tahun menangis tersedu di sudut ruangan, kedua orang tua angkatnya hanya berdiri di belakang sofa menatapnya nanar. Beberapa menit yang lalu Lora menangis hendak memeluk mama ataupun papanya namun kedua orangtuanya menjauh ketakutan. Entah apa salah Lora hingga mereka bertingkah seperti itu. Yang Lora ingat beberapa saat yang lalu ia sedang bernyanyi bersama mamanya di temani papanya yang memainkan piano namun saat lagu telah selesai. Lora melanjutkan sebuah lagu yang muncul begitu saja dalam benaknya saat ia menatap mata mamanya, seketika membuat orang tuanya berlaku aneh. Beberapa hari setelah kejadian itu, mereka mencoba bertanya pada Lora dari mana ia tahu lagu tersebut namun jawaban Lora kian membuat pusing mereka karena ia menjawab seakan lagu itu muncul begitu saja di benaknya. Sebenarnya lagu yang tiba-tiba di nyanyikan Lora adalah lagu ciptaan papa Lora dan temannya yang telah meninggal sebelum lagu tersebut di rilis ke publik. Mereka tidak merilisnya ke publik karena belum selesai, tentu saja sangat aneh bin ajaib mendengar anak umur 7 tahun menyanyikan lagu yang bahkan tidak di rilis ke publik. Seminggu berlalu dan kedua orangtua angkat Lora meninggal dalam kecelakaan lalu lintas sementara Lora yang juga berada dalam mobil yang sama dengan mereka di temukan selamat. 10 tahun berlalu, Lora Wijaya, murid SMA kelas 11B pindahan dari kota B. "Oi anak baru ya?" segerombolan kakak kelas di kantin ingin mengusili Lora yang tampak pendiam sedang melewati mereka. "....." Lora hanya berlalu karena ia tahu mereka tidak berniat baik padanya "Wuih belagu banget lu!!" teriak yang lain melihat Lora mengacuhkan mereka

YoungNes · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

Bumi, Kapten Basket.

"Hai...boleh tolong lemparin bola gua kesini?" lambai Bumi si kapten basket pada seorang siswa perempuan yang kebetulan lewat lapangan basket saat ia dan teman-temannya berlatih sejenak sebelum pulang.

Siswa perempuan itu adalah Lora, siswa yang baru saja pindah dan di gosipin sangatlah cuek terhadap siapapun.

Dengan tenang Lora mengambil bola basket yang memantul kearahnya dan melemparkannya kembali kepada Bumi lalu melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.

30 menit kemudian, satu persatu anak-anak basket mulai pulang begitupun Bumi yang kemudian keluar dari gerbang sekolah untuk pulang.

Di depan gerbang sekolah ada sebuah kursi panjang lengkap dengan pohon besar menaungi, biasa di gunakan oleh siswa untuk menunggu jemputan mereka dan di sana ada Lora sendirian duduk melihat smartphone. mungkin sedang menunggu jemputan dan entah kenapa Bumi tertarik untuk berjalan kearah Lora dan duduk di sebelahnya.

"Hai...lagi nunggu jemputan?" Tanya Bumi ramah

"...iya" Lora mengangguk tanpa melihat kearah Bumi

"Rumah lu jauh dari sini?" Bumi masih mengajak berbincang walau tampak Lora tak tertarik

"...lumayan dekat" jawabnya pendek lagi, Lora mulai merasa tidak nyaman dengan obrolan yang di mulai oleh Bumi. Lora pelan-pelan berdiri ingin pergi saja dari tempat ini sebelum percakapan Bumi semakin panjang

"Eh...mau kemana?!" Bumi dengan sengaja menangkap tangan Lora sebelum ia benar-benar pergi

"...!!" Lora tersentak kaget dengan keberanian Bumi dan tak sengaja Lora menatap mata Bumi

Kilatan cahaya memasuki pikiran Lora,

seorang anak laki-laki tampan sedang menangis melihat orang tuanya bertengkar dan sang ibu di pukuli oleh ayahnya habis-habisan.

Lora menarik tangannya kasar dari genggaman Bumi, masih menatap Bumi dengan nafas terengah-engah, tidak ingin menunjukkan keadaan dirinya pada Bumi, Lora berlari pergi menjauh.

Bumi yang melihat Lora lari masih terhenyak, ia tersadar betapa kagetnya seorang jika tangannya di tarik oleh orang yang ia tak kenal walaupun mungkin mereka satu sekolah namun tetap saja itu adalah hal yang agak kasar terhadap sebagian orang. Bumi merasa menyesal...

***

Hari ini, Lora benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah. Ia hanya bolak balik saja di ranjangnya.

Krekk....

pintu kamarnya terbuka dan muncul seorang wanita paruh baya.

"Non Lora gak sekolah?" tanyanya sambil duduk di tepi ranjang Lora

"Lagi malas bi...capek" Lora berbaring tenang sambil memegang tangan bini Ina. hanya Bibi Ina yang merawat Lora sejak kematian kedua orang tua angkatnya dalam kecelakaan, sementara keluarga dari pihak mama angkat dan papa angkatnya tidak terlalu suka pada Lora karena ternyata hampir semua harta warisan di dapat oleh Lora yang memang anak semata wayang mereka, ia adalah anak angkat yang di rawat sejak bayi oleh mereka.

"Nanti mama sedih loh non kalo gak sekolah..." bibi Ina tahu sekali kelemahan Lora, jika sudah membawa nama mama ataupun papanya ia akan melunak

"Ah bibi...tapi Lora malas, anak-anak sekolah ini juga gak ada bedanya sama sekolah lama Lora... kenapa mesti pindah sih bi" Lora terduduk

"Ya kan...rumah mama papa Lora yang di sini gak ada yang rawat, kalau yang di sana kan ada tante Merry kalau yang ini kasian non,. besar gini...banyak kenangan non Lora juga di sini" Bi Ina tahu benar Lora sejak kecil karena ia sudah bekerja pada Mama Lora sebelum mengadopsi Lora

"..." Lora terdiam sesaat "Ya udah deh Lora sekolah" ia beranjak untuk bersiap

Bi Ina tersenyum melihatnya, Lora sudah mengalami banyak hal berat sejak ia kecil dan itu yang membuat ia tumbuh sedikit keras di tambah lagi dengan kemampuan anehnya melihat masa lalu orang-orang melalui mata mereka, itu juga sebabnya ia selalu menghindari menatap mata seseorang bahkan guru di sekolah sekalipun.

***

" Enjoy sekolahnya ya non... cobalah berteman dengan beberapa anak baik" kali ini Bi Ina bersama sopir yang mengantarkan Lora

"Hm... hati-hati di jalan bi ina, pak amat" ia melambai pada mereka setelah berdiri di depan gerbang sekolah yang hampir di tutup satpam.

Mobil mereka beranjak meninggalkan sekolah Lora, setelah melihat sekelilingnya Lora mulai berjalan bukan masuk ke sekolah tapi ke arah lain

"Lah non! gak masuk sekolah?!" pak satpam memanggil Lora

"Enggak pak!" Lora tetap melihat kedepan sambil menggoyangkan tangan tanda tidak kepada pak satpam, ia berniat bolos sekolah saja hari ini

"TUNGGU PAK! JANGAN TUTUP DULU!" suara seseorang menghentikan gerak pak satpam hendak menutup gerbang

"YUK MASUK" yang empunya suara menarik begitu saja tangan Lora sehingga mau tidak mau ia harus berjalan dengan langkah cepat mengimbangi jalannya orang ini, ya ini adalah Bumi.

Kejadian yang cepat membuat Lora tak berkutik, ia akhirnya masuk saja.

"Gua langsung ke kelas gua, lu buruan ke kelas elu sebelum bel...see you!" si Bumi berlari kecil menuju kelasnya sementara Lora masih terpaku, beberapa detik kemudian Lora akhirnya berjalan gontai ke kelasnya.

Kenapa harus orang itu lagi sih, pikir Lora.

Ada beberapa waktu, Lora harus mengabaikan kemampuannya melihat masa lalu seseorang terutama saat guru yang meminta perhatiannya untuk menatap mata mereka saat berbicara padanya dan walaupun terasa menyiksa bagi Lora melihat beberapa kejadian tidak baik tentang mereka di masa lalu, Lora hanya diam saja.

Ada juga waktu dimana Lora dengan sengaja menggunakan kemampuannya untuk membuat anak-anak lain menjauh darinya.

Yang Lora tidak sadari dari kemampuannya adalah saat ia tidak suka pada beberapa orang, secara alami sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka.

Waktu istirahat tiba bersamaan dengan bunyi bel sekolah.

tidak ingin meninggalkan kelas, Lora mengambil jaketnya dan memakai earphone lalu membaringkan kepalanya di meja.

Terdengar suara gaduh namun ia tak peduli, sampai suara gaduh berubah tenang seketika.

terdengar sayup-sayup di telinga Lora bahwa ada kapten tim basket sekolah berjalan bersama timnya melewati kelas 11.

"Hai...Boleh gua ngomong bentar?" suara lembut itu lagi-lagi berada di dekat Lora.

Lora terdiam di dalam tutupan jaketnya, ia berpura-pura tidur saja.