webnovel

RYAN RANGGA

11 Desember 2020

Nama ku Ryan Rangga, hmm.. apa yaa, uhmm,sepertinya.. memang tidak ada yang menarik dalam hidupku untuk diceritakan sebelumnya,tidak sebelum hari itu tiba, dimana aku mengalami hal yang mengerikan.

Aku akan membawamu kembali ke hari dimana pertama kali aku memiliki ini, sebuah kekuatan,lebih tepatnya kemampuan, mereka bilang anugerah, tapi.. Bagiku ini tidak lebih dari sebuah kutukan.

Ya, kutukan memiliki mata yang dapat melihat semuanya

Mata Dewa.

11 Desember 2015

Aku hanyalah seorang anak sekolah menengah pertama biasa, yang dapat kau jumpai di sekolah mana pun di kota ini, aku tak memiliki apapun untuk di unggulkan sebagai seorang pelajar, dalam hal akademik maupun fisik semuanya rata rata, maksudku, kau tahu? Hidup mu akan lebih mudah bila kau tampan atau cantik kan? Sayang nya wajahku pas pasan,

Tidak, bahkan beberapa gadis di kelasku memberikan predikat,sebagai cowok paling tampan di kelas ke 19,ya dari 20 siswa laki-laki lainnya

Aku hanya lebih tampan sedikit dari orang paling jelek di kelas,hanya itu yang dapat ku banggakan.

Jika aku bercermin mungkin aku tahu alasannya kenapa..

Maksudku lihatlah si culun ini,

Rambut yang tidak modis

Bingkai kaca mata yang besar

Jerawat yang tersebar di hampir seluruh wajah

Kantung mata yang besar menghitam

Hidung yang selalu merah entah kenapa,

Orang berpenampilan seperti itu masih dapat disebut beruntung berada di peringkat 19 kan?

Tapi pecundang juga berhak jatuh cinta,

Di kelas ini, aku diam diam menyukai gadis itu.

Kayla Daveena,

Dia yang duduk di bangku barisan depan

Yang selalu di kelilingi temannya,

Aku hanya dapat memandanginya dari belakang sini layaknya seorang pengecut,

Padahal aku juga sangatlah ingin berbicara banyak dengannya seperti yang lain.

Selama ini kami hanya saling menyapa atau bicara saat berpapasan saja, atau saat ia melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas, dan mengharuskan dirinya melakukan interaksi pada para siswa

Ya sekadar..

"Hai Rangga" atau "Selamat Pagi Rangga" tapi disapa oleh gadis sepertinya rasanya...

~Ah Cantiknyaa

Membuatku ingin bertanya pada Tuhan dari apa ia menciptakan senyumnya

Pastinya aku menyukainya bukan karena kecantikannya saja,

Dia juga sangatlah cerdas

Selalu peringkat pertama di kelas

Aktif di sekolah, terbukti dengan dia yang menjabat menjadi ketua kelas dan anggota Organisasi Siswa,

Dia juga mengikuti banyak ekstrakulikuler

Dan mahir banyak olahraga,

Tapi Voly favorit nya.

Tidak aneh kalau dia populer,

Bahkan ku dengar beberapa kakak kelas menyukai nya,

Dia juga baik kepada semua orang

Tak terkecuali padaku dan Reno,

Yang kebanyakan dari siswa di kelas ini selalu menghina kami berdua,

Tapi dia berbeda,ia sama sekali tidak pernah melakukannya.

Haha, lagipula tenang saja aku juga sadar diri, mana mungkin aku berusaha mendapatkan hatinya,

Perihal aku yang menyukainya, cukuplah diriku dan hatiku yang tahu

Dan menderita karenanya,

Ah, sial dia menoleh ke arahku!

"Hei Rangga, mau ke kantin?"

Suara Reno yang tiba tiba, berhasil menyadarkan ku dari kebiasaan buruk ku berbicara sendiri,

Reno, dia adalah pemegang predikat cowok paling jelek, terkadang aku bertanya tanya kenapa, kalau hanya karena dia sedikit gemuk dan berkulit gelap, aku rasa aku yang lebih pantas di posisinya, sebagai yang paling jelek di kelas

Memang menyakitkan,

Dan ya Reno ini adalah satu satunya teman yang bisa dibilang paling dekat denganku,

Mungkin karena kita sama-sama pecundang.

Batinku meringis geli.

Jika Reno menyadari nya, mungkin dia akan bertanya kenapa aku tiba-tiba memasang senyum kecut ini di wajahku.

"Aku sedang tidak lapar Ren, maaf ya tidak bisa ikut"

Setelah aku menolak ajakannya dengan berbohong padanya kalau aku sedang tidak lapar,lagi lagi respon itu ia tunjukkan padaku, senyuman nya yang tabah milik Reno yang khas sekali.

Aku sangat kagum pada Reno,walaupun terkadang dia jadi korban pembullyan dan olok olokan orang, tapi ia selalu berhasil memasang senyum yang tabah dan hidup dengan ceria tanpa beban untuk menutupinya.

Sedangkan aku,

Ah sial menjijikan jika dibayangkan, orang muram yang selalu menyalahkan keadaan

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya, Ga!"

Ucap Reno pamit padaku tak berapa lama setelah kutolak ajakannya

"Uhm"

Aku mengangguk dan tersenyum padanya

.

.

.

.

.

Itu, adalah hal yang paling aku sesali dalam hidup ku,

Menolak ajakannya.

Jika saja aku ikut dengannya ke kantin saat itu..

Mungkin peristiwa ini tidak akan pernah terjadi.

Hari itu

Ia..

"Kya aaaaaaahhh!!! "

Teriakan dan kehebohan menggelegar di luar memancing keributan para siswa yang penasaran,ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi di luar sana,

Mereka berdesak desakan tak terkecuali denganku,

Katanya ada siswa yang loncat dari lantai tiga.

Ia...

Reno..

Telah bunuh diri.

Saat aku datang ke lokasi

Yang aku lihat hanyalah penampakan tubuh Reno yang terbujur kaku di tanah

Di penuhi darah

Dengan mata terbuka dan air mata yang mengalir darinya

"Oi Rangga, bukankah dia sahabatmu?"

Tanya salah satu siswa diantara kerumunan yang aku tidak tahu entah siapa namanya.

Tentu saja dia sahabatku, buktinya aku..

Terjatuh berlutut di tanah seperti ini, mencengkeram dada ku yang sesak ini

Sakit..

Sakit sekali

Orang orang mulai melirik ke arahku

Kayla juga, tatapannya penuh rasa iba

Ku lihat ia menghampiriku

Tapi..

Ini aneh..

Aku tidak bisa menghentikan air mata ku yang jatuh..

Yang ada, tangisanku makin keras bersama

Kesadaranku yang perlahan mulai hilang

Kaca mata ku jatuh

Pandanganku kabur

Tiba-tiba semua gelap.

Pemandangan langit biru lah satu satunya hal yang aku lihat dan aku ingat

Aku ceroboh.

Seharusnya aku mendampinginya saat itu,dia pasti ingin menceritakan sesuatu..

Dirinya..

Pasti sedang bersedih.

Ada masalah yang menimpa nya dan..

Dia pasti membutuhkan bantuanku!

Tapi aku malah..

Dengan bodohnya

Menolak ajakan nya mentah mentah!

Ah sial,betapa tololnya aku.

Air mata mulai mengalir di pipiku.

Seharusnya aku tahu bahwa ajakan itu, adalah permintaan tolongnya!

Jika aku lebih peka sedikit dan menurunkan egoku,

Kata kata terakhirnya mungkin berarti seperti

"Tolong selamatkan aku"

Air mata ini, hangat..

terasa di pipi dan leherku.

Akan ku ingat, sampai mati

Kata katamu

Reno.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya, Ga!"

Penyesalan ini, akan terus menghantuiku seumur hidupku,kau tahu itu kan

Ren?

Saat aku terbangun kemarin

Aku tak ingat bagaimana tiba tiba aku sudah berada di kamarku.

Seseorang membuka pintu,

Itu ibu

Dia menghampiriku lalu memelukku

Erat

Katanya aku pingsan seharian dan kelelahan.

***

Ini sudah dua hari semenjak kejadian Reno bunuh diri tapi aku belum juga masuk sekolah.

Bukan trauma pasca kehilangan seorang sahabat.

Ini malah seperti..

Rasanya malas pergi ke sekolah tanpa sosok Reno.

Memang benar pepatah menyebutkan

"Kalau sudah tiada barulah terasa, bahwa kehadiran seseorang itu sungguh bermakna"

Tapi aku punya alasan lain, itu karena mata kanan ku yang bengkak,

Memang aku tidak merasa sakit atau apapun, hanya saja ini mengganggu penglihatanku.

Dan tentu saja sulit beraktivitas dengan keadaan seperti itu

Dokter yang memeriksaku bilang ini karena aku terlalu banyak menangis

Merah, berair, bengkak

Iritasi ya?

Entahlah, rasanya aku sudah tidak peduli lagi apa yang terjadi pada tubuhku

Setidaknya mungkin bila aku mati, aku bisa menemaninya di alam sana,

Reno,aku.. Sungguh sangat menyesal.

Jika aku murid sekolah yang normal

Yang berteman seperti seharusnya

Mungkin teman teman sekolahku

Datang menjenguk

Tapi.. Ya aku sadar aku ini bukan siapa siapa

Maksudku mana mungkin ada yang..

Seseorang mengetuk pintu kamarku

"Nak ada teman sekolahmu datang menjenguk,kau sudah bangun? apa ibu boleh masuk?"

Tidak Mungkin.

"Iya bu"

ku jawab dengan sedikit mengencangkan suaraku

Aku pun segera memakai kacamata yang tersimpan di samping meja ranjangku

Pintu terbuka

Tapi siapa?

Aku mencoba menyipitkan mataku yang penglihatannya mulai menajam setelah kacamata ku kenakan

Aku bertanya tanya memang dengan siapa lagi aku dekat di kelas

Seharusnya aku terkejut, tidak, mungkin seharusnya malah aku berteriak kaget lalu pingsan

Tapi aku hanya diam

Membisu

Mungkin karena aku menganggap ini mimpi

Benar ini mimpi, aku yakin itu.

Mimpi yang indah,

Karena bila ini nyata

Mana mungkin gadis seperti Kayla datang menjengukku

***