18 Pembicaraan yang Hangat

"Dia tahu cara membuatku nyaman ketika berada disampingnya. Membuat ku tertawa dalam setiap candaan ketika kami berbincang.

Sesederhana itu menjadi bahagia"

Aku yang tersenyum ketika memandangnya.

Bel jam kedua istirahat berbunyi. Siswa-siswi Matusha bersiap untuk pergi ke mushola melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid yang terletak di depan sekolah.

Aku, Tika dan Nur berjalan menuju masjid sambil berbincang dan tertawa jika pembicaraan itu ada yang lucu menurut kami. Kami bersiap untuk sholat dzuhur berjamaah. Setelah selesai, aku merapihkan mukena ku.

"Oh iya, Nun. Aku mau nanya" Ucap Tika sambil merapihkan mukena nya juga.

"Mau nanya apa?" Tanya aku penasaran.

"Ishh, hmmm. Aku penasaran. Guntur tahu kamu suka sama dia?" Tanya Tika sambil menatap ku.

Aku melemparkan Tika dengan tas mukena ku " Husshh, jangan berisik" Ucap ku dengan pelan.

Tika menutup bibirnya hampir sama keceplosan "sorry" Bisik Tika pelan.

"Nanti aku jawabnya sambil jalan. Yuk, ke kelas lagi"

Tika mengangguk kepalanya tanda setuju dengan ajakanku. Kami keluar dari mushola bersama.

"Ekh, tapi, Nun" Nur berucap menghentikan langkah kami.

"Aku mau ke kantin dulu hehehe. Anter yuk, Tik" Ajak Nur kepada Tika.

"Aihhh, aku pengen ke kelas aja langsung" Keluh Tika menatap Nur dengan malas.

"Ikhh, hayo lah. Anterin aku" Rengek Nur sambil memegang tangan Tika.

"Ishh, yaudah iya. Nun, kamu duluan aja. Biasa aku nganterin bocah satu ini dulu" Tika meminta kepada ku untuk kembali ke kelas terlebih dahulu.

"Oke deh" Jawab aku singkat sambil meninggalkan mereka.

Aku berjalan menuju kelas ku yang terletak dilantai tiga. Sungguh melelahkan sekali menaiki tangga satu persatu.

"Hahhh akhirnya" Aku menghelas nafas lega ketika sudah berada di koridor lantai tiga. Lalu, aku melanjutkan langkah ku menuju ke kelas.

Aku membuka pintu kelas mendapati tidak ada siapapun di dalam kelas saat ini. Mungkin teman yang lainnya sedang berada di kantin, begitu pikiran ku saat itu.

Tiba-tiba seseorang mengangetkan dari arah belakang.

"DOR"

"Astaghfirullah" Ucap ku dengan reflek menyetuh jantungku yang berdetak dengan keras.

Aku berbalik ke belakang ku melihat Guntur sedang tersenyum tanpa dosa menatap kearah ku.

"GUNTUUUURRRR. Ikh kaget" Teriak ku dengan kesal.

"Hahaha, yah maaf" Guntur meminta maaf dengan tak berniat sama sekali.

Aku berjalan ke arah meja ku menghentakkan kakiku dengan kesal.

"Ikhh, ngambek" Guntur mengikuti ku dari belakang.

"Bodo amat" Ucap sambil duduk di tempat ku.

Guntur menarik kursi yang ada di belakang ku, lalu meletakkan kursi itu di depan ku.

"Jangan marah donk, Nun. Nanti jadi jelek" Rayu Guntur dengan menahan senyum nya.

"Bodo amat" Ucap ku masih tidak peduli.

Guntur hanya tertawa ringan lalu melihat ku dengan tersenyum lembut "yaudah, iya gua minta maaf, hm"

Aku hanya memalingkan wajah ku, pura-pura masih kesal kepadanya.

"Dihh, gua di cuekin ni"

Ya, aku masih tidak peduli dengan keberadaannya yang ada di depan ku.

"Yaudah, gua bakal bilang sama anak-anak kalo lu suka sama gua" Ancam Guntur karena kesal didiamkan oleh ku.

Aku yang mendengar ancaman Guntur menatap Guntur dengan terkejut.

"Jangan berani-berani nya lu ngasih tahu anak-anak" Kali ini aku mengancam Guntur.

"Gua ga peduli, wleee" Ucap Guntur sambil menjulurkan lidahnya.

"Guntur ikhhh, jangan" Rengek aku berusaha mencegah Guntur untuk tidak memberitahu teman-teman sekelas ku.

Guntur berjalan ke luar kelas melaksanakan ancamannya untuk memberitahukan perasaan ku yang suka padanya. Lalu, aku berlari mengejar Guntur menarik Guntur untuk masuk ke dalam kelas lagi. Menutup pintu kelas dengan cepat agar Guntur tidak keluar dari kelas.

Aku mengatur nafasku yang tidak stabil. Sedangkan Guntur berdiri di depan ku sambil menyilangkan tangannya di dada menatapku dengan sinis.

"Minggir" Perintahnya nyuruh ku agar menyingkirkan.

Aku merenggangkan tanganku "ngga"

"Gua mau jajan lho" Ucap Guntur. Entah dia benar-benar akan jajan ke kantin atau hanya bualannya saja.

"Ga gua percaya" Aku tidak mempercayai ucapannya.

Guntur menatap ke arah lain  dengan kesal "gua serius" Guntur masih berusaha untuk meyakinkan ku.

Aku tetap pada pendirian ku diam di depan pintu mencegahnya untuk keluar.

Samar-samar aku mendengar suara teman sekelasnya di balik pintu yang sedang aku tahan.

"Nur, kok pintunya ga bisa di buka" Ucap Tika berusaha untuk membuka pintu.

Tok tok tok

"Nun, lagi ngapain? Buka pintunya woy" Teriak Tika sambil mengedor pintu kelas dengan kencang.

"Bentar" Teriak ku sambil menatap tajam ke arah Guntur "awas" Bisik ku dengan pelan mengancam Guntur.

Lalu aku membuka pintu kelas dengan tersenyum paksa menampilkan deretan gigi ku. Tika yang tahu seperti aku menahan pintu menatap ku dengan kesal.

"Lagi ngapain sih?" Tanya Tika kesal.

"Ngga ngapa-ngapain kok. Orang lagi duduk aja" Jawab aku gelagapan.

Tika masuk ke kelas. Lalu, menghentikan langkahnya terdiam melihat Guntur yang ada di depannya. Perlahan, Tika menengok ke arah ku menatap ku dengan curiga.

"Kok cuma berdua di kelas? Habis ngapain?" Tuduh Tika dengan curiga.

Aku menggerakkan tanganku dengan cepat "ngga, ngapa-ngapain. Orang lagi ngobrol biasa aja sama Guntur"

"Yakin?" Tanya Nur ikut menimpali masih tidak percaya dengan jawabanku.

"Beneran kok. Kalo ngga percaya tanya aja Guntur" Aku masih berusaha meyakinkan mereka sambil menunjuk Guntur dengan jariku.

Tika dan Nur melihat Guntur menantikan jawaban Guntur. Apakah yang aku katakan ini benar atau bukan.

Aku melihat Guntur sedang menatapku dengan intens. Aku yang ditatap seperti itu hanya membuang wajahku dengan cepat. Aku mendengar Guntur menghela nafasnya dengan kencang sebelum menjawab tuduhan Tika dan Nur.

"Gua sama Ainun ngga ngapa-ngapain kok. Cuma ngobrol biasa aja" Guntur memberitahu Nur dan Tika.

Aku memegang jantung ku dengan pelan lega dengan jawaban yang diberikan oleh Guntur.

"Hmmm, begitu yah" Gumam Tika sambil mengangguk kepalanya.

"Iya" Jawab Guntur singkat sambil berjalan meninggal kelas.

"Tapi, yang perlu kalian ketahui. Kalo AINUN SUKA SAMA GUA, YAAA" Teriak Guntur berlalu meninggal kelas setelah mengucapkan itu.

Aku yang mendengar ucapannya, terbelalak kaget, terkejut dengan ucapan Guntur yang benar-benar mengatakan hal itu.

"WHAT?" Tika dan Nur terkejut mendengar ucapan Guntur.

"Ekh, ngga bukan gitu" Aku gelagapan menanggapi reaksi mereka yang sangat terkejut.

"Jadi, Guntur udah tahu, Nun?" Tanya Tika masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Anjayy, aku ga percaya lho, Tik" Nur memegang tangan Tika menggoyang-goyangkan tangan Tika dengan pelan.

Aku hanya menatap mereka dengan tersenyum paksa.

"Gila.... Aku ga percaya" Ucap Tika setelah melihat aku yang hanya tersenyum.

"Aku kalo jadi si Ainun ga akan masuk sekolah selama seminggu" Ucap Nur yang masih tidak percaya juga dengan jawabanku.

Tika menepuk pundak ku dengan pelan "sabar yah, Nun. Dunia Baru kamu akan segera di mulai" Ucap Tika memberikan kekuatan padaku.

Aku hanya mendesis dengan kesal memikirkan apa yang akan aku lakukan untuk kedepannya nanti. Bersiap untuk menjadi pertanyaan teman-teman mengenai hubungan aku dan Guntur.

avataravatar
Next chapter