webnovel

Awal

Langit nampak begitu mendung sudah lebih dari sebulan ini. Tidak ada hujan yang turun, namun entah mengapa matahari seakan enggan untuk memperlihatkan dirinya.

Beberapa kabar berita akhir-akhir terlihat sibuk dengan masih dalam pembahasan yang sama, mengenai kapan matahari akan keluar.

Para ahli mengatakan hal ini masih dalam tahap wajar dikarenakan pergerakan awan yang terjadi secara mendadak, namun hari ini para ahli kembali memberi tahu jika hal ini merupakan tanda yang tidak biasa.

Bahkan keadaan semakin parah dengan kejadian aneh, dimana satelit di seluruh dunia tidak bisa mendeteksi dengan apa yang terjadi, bahkan para ahli luar angkasa juga memberikan penjelasan yang aneh.

Dimana Singal antara satelit dan markas pusat tidak bisa terjangkau, hal ini dapat di sebabkan oleh gumpalan yang menyelimuti seluruh dunia.

Namun pendapat itu kembali di terelakkan, setelah sebuah roket luar angkasa diluncurkan pada Minggu kemarin. Dimana roket tersebut meledak seperti menabrak sebuah dinding pada saat hendak keluar atmosfer bumi.

Penjelasan kembali diberikan dengan menyebutkan bahwa sebuah dinding aneh telah muncul, yang dimana dinding tersebut nampak transparan dan membuat bumi terkurung di dalamnya.

Bahkan beberapa misil sempat di tembakan namun nihil, dinding tersebut nampak kuat tanpa ada yang bisa menembusnya. Kejadian ini memaksa manusia untuk saling tolong menolong satu sama lain.

Krisis diberbagai negera nampaknya semakin terjadi, beberapa petani mengeluh dengan keadaan lahan tanahnya yang tidak bisa subur, dikarenakan tidak ada matahari.

Dan beberapa daerah nampak lenguh dengan kekeringan yang terjadi, mengingat hari begitu mendung, namun hujan tak nampak hendak turun.

Beberapa orang percaya jika saat ini manusia tengah di hukum oleh Tuhan. Manusia terlalu banyak dosa di hidupnya, mereka rajin mengeluh disaat butuh, dan acuh disaat mampu.

Pemerintah tak dapat berbuat banyak selain memberikan bantuan pada rakyatnya, namun apakah pemerintah akan sanggup jika krisis ini berlangsung dalam waktu yang lama?

Sementara itu seorang anak dengan seekor anjing nya nampak tengah sibuk mengais tempat sampah. Ia tak berharap banyak hari ini, dan hanya ingin makan walau hanya sedikit, setidaknya ia masih bisa melihat hari esok.

"Wah! Yuki aku menemukan roti!" Teriaknya dengan bahagia sekaligus penuh syukur, meski roti tersebut nampak berjamur sebagian.

"Aku sebagian dan kau sebagian. Dan yang berjamur sebaiknya kita buang." Ucapnya tanpa mengeluh dengan apa yang ia dapat.

"Guk!" Entahlah tidak dapat di artikan namun yang jelas sang anjing mengerti dengan maksud Tuanya.

Puas dengan roti sepenggal itu kini bocah tersebut berjalan lagi menuju tempat sampah lainnya, berharap keberuntungan masih berada di sisinya.

"Sosis! Aku menemukannya! Aku dari dulu penasaran dengan bagaimana rasanya?" Bangganya kembali.

Tak lupa sebagian ia berikan pada anjing bernama Yuki di sampingnya. Ia makan dengan lahap meski keadaan makanan yang tidak terlihat layak.

Mau bagaimana lagi, dengan siapa ia hendak mengeluh jika saja dunia sedang terpuruk saat ini. Dan lagi ia juga tidak bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah dikarenakan identitas diri yang tidak terdaftar.

"Kau tau Yuki, kemarin orang-orang sepertinya mendapatkan sumbangan dari pemerintah, dan saat aku ingin mengambil juga aku malah di usir." Curhatnya pada anjing yang tak tau apa bahasanya.

"Yuki... Sepertinya hanya kau teman ku, jangan tinggalkan aku oke! Nanti jika aku mendapatkan makanan lagi, akan kuberikan sebagian juga!" Jelasnya kembali dengan rasa kesepian di hatinya.

"Kiki!" Panggil seorang pria tua yang nampak sedikit membungkuk, sambil membawa sebuah plastik.

"Halo Kakek." Sapanya sambil menundukkan kepala.

"Anak baik, kemari aku membawakan sesuatu untuk mu." Panggilannya dengan tersenyum.

"Apa itu Kakek?" Tanya Kiki dengan raut penasaran.

"Beberapa makanan dan susu, kau ambil dan bawa pulang. Gunakan sehemat mungkin karena masih ada hari esok untuk makan." Nasihat Kakek tersebut pada Kiki.

"Baik terimakasih! Kalau begitu aku akan segera kembali pulang!" Jawabannya dengan semangat.

Bocah yang berusia 12 tahun itu segera berjalan kembali menuju rumah, tangannya tak henti ia lambaikan pada kakek tua di ujung jalan sana.

Sementara itu dari belakangnya si anjing nampak setia mengikutinya, mengikuti kemana arah tuanya melangkah.

Hingga beberapa menit ia berjalan, sampailah Kiki di sebuah rumah kecil nan tua, dimana setiap dindingnya di tutup menggunakan kardus dan terpal.