webnovel

Mas Joko Incaran

Gagah! Tak ada kata lain yang mampu menyematkan rasa kagum para janda dan perawan di salah satu desa di pinggiran kota Jakarta atas perawakan tubuh jangkung Joko yang telah menjelma menjadi pemuda tampan rupawan metropolitan. Karena hobinya berolah raga, tak ayal membuat tubuh Joko, pemuda dua puluh lima tahun itu bak santapan liar yang siap dilahap kapan pun. Pekerjaan Joko tak menentu, ia bekerja karyawan kantor biasa yang dipindah tugaskan. Karena himpitan ekonomi memaksa pesonanya untuk memikat. Terkadang ia juga bisa menemani para janda yang kesepian karena ditinggal suaminya bekerja jauh. Tidak hanya janda, bahkan para gadis muda pun menawarinya side job untuk berkencan. Begitu pun Anita, pemilik kos di mana Joko baru saja bernaung di sana. Ia pun tak kalah terpincut dengan pesona sang pemuda tampan. Lantas, bagaimanakah Anita menghadapi situasi pelik itu, di saat statusnya sebagai istri sah masih menjeratnya. Namun di sisi lain, ia juga butuh tempat pelampiasan hasrat? Manakah yang dipilih Anita?

SenyaSSM · Urban
Not enough ratings
7 Chs

Dia Tidak Mencintaiku

"Dasar jalang! Kenapa kau tak bisa menunggu besok, hah?"

Umpatan kasar itu terlontar dari desah bercampur kekuatan yang menggebu. Tak ada kata lelah untuk menangklukan langit malam. Tubuh berotot kekar terlihat membesar dikucuri peluh yang semakin membuat lelaki itu nampak gagah.

"Jangan begitu, Joko. Aku sudah tidak tahan lagi bertemu denganmu. Apalagi suamiku udah pergi, jadi aku diam-diam ke sini," jawab wanita separuh baya itu yang sedang dalam posisi menungging sembari menengadah merasakan hantaman keperkasaan Joko semakin membuatnya ternganga bagai budak.

Joko tertawa terbahak. Inilah salah satu dari klien barunya. Wanita kaya yang kesepian. Tepatnya pagi Minggu lalu, Joko melakukan aktivitas paginya berlari mengelilingi desa barunya di pinggiran kota.

Akan tetapi, ketika dirinya sampai di sebuah rumah besar dengan pagar besi menjulang tinggi muncul dari dalam ada sosok wanita separuh baya yang masih memaksa terlihat muda mengedip genit pada Joko.

Ya, itu Bu Broto.

Bu Broto tertarik dengan tubuh berotot Joko yang basah penuh dengan api gelora yang terlihat menggoda. Hingga mereka kembali di pertemukan di sebuah kelab malam, dan lelaki muda yang disewa Bu Broto untuk melayaninya malam itu ternyata adalah Joko.

"Dasar binal ya kamu Bu Broto. Kamu nggak ingat aku di mana Hem?"

"Ing ... ingat, Jo-Joko ...."

"Lalu, kenapa masih nekad? Lakukan sendiri atau memanggil simpananmu kan bisa. Dasar jalang!" sanggah Joko semakin memompa pinggulnya dengan gerakkan lebih cepat lagi. Ia tak peduli dengan teriakan panjang dari Bu Broto.

Karena pada akhirnya hanyalah Bu Brotolah yang akan menjadi topik utama. Dan dirinya, hanya akan berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Hahah, jahat? Tentu tidak. Karena wanita tua itulah yang datang sendiri dan mengemisi keperkasaan Joko.

"Kau tak sebanding dengan mereka Sayang. Aku sangat puas jika bercinta denganmu. Ayo lakukan dengan cepat, Sayang."

"Sesuai dengan permintaanmu, Bu Broto."

Apa yang dilakukan Joko dan Bu Broto membuat seseorang yang berada di balik tempok mengigit bibir bawahnya. Ia pun seperti sedang merasakan bagaimana kekuatan hebat lelaki tampan itu terjadi juga padanya.

Anita melenguh saat tangannya tanpa sadar sudah masuk ke dalam rok yang dipakainya. Karena durasi yang begitu cepat tadi antara dirinya dan Joko membuat Anita tak kuasa membayangkan kilasan kegagahan Joko.

Akan tetapi, satu pertanyaan yang masih mengganjal di pikiran Anita kenapa bisa Bu Broto yang dikenalnya sangat sopan bisa seliar itu memilih pasrah terhadap apa yang dilakukan Joko terhadapnya.

"Joko ... eugh, lakukan itu juga padaku," gumam Anita dengan keaadaran melemah, punggungnya bersandar di tembok dengan pandangan sesekali melirik ke arah jendela ketika ekspresi wajah Joko seperti seorang kesetanan memainkan dengan tempo yang luar biasa.

Ting Ting ting

Suara mangkuk yang dipukul sebanyak tiga kali membuat tubuh Anita terkesiap. Wanita itu dengan cepat menarik tangannya yang terasa basah, lantas mengerjap-ngerjapkan mata.

"Bakso ... bakso, baksonya!"

"Astaga, apa yang sudah kulakukan di sini?" Monolog Anita bingung. Ia menurunkan pandangan, melihat baju atasnya telah teracak. Kemudian wajahnya terasa panas dengan tenggorakan mengering.

"Aku harus segera kembali ke kamar sebelum mas Anto tau aku keluar."

Anita berjalan tergesa sembari membenarkan kancing bajunya yang setidaknya nanti akan ia lepas kembali. Sayangnya langkah wanita itu tak bejalan mulus.

BRANG!

Suara kotak sampah yang tak sengaja ditendang dan terjatuh di atas aspal membuat Anita menutup mulutnya, menengok ke belakang.

"Ya Tuhan ceroboh banget aku ....."

Sementara di tempat lain, Bu Broto membuka matanya terkejut juga. Tubuhnya masih terguncang karena serangan Joko.

"Joko, kamu dengar ada suara nggak? Aku takut kalau itu Anita," kata Bu Broto dengan sesekali mata memejam.

"Tidak, lalu kenapa kalau itu bu Anita?"

"Aku takut kalau dia mengatakan kepada ibu-ibu di sini."

Joko membuka kelopak matanya dengan bibir mencebik. Ia menoleh pada kilasan bayangan kepala yang memang berjalan di antara bawah jendela.

"Joko, kenapa dilepas?"

Joko beranjak melangkah ke arah sofa kecilnya, mengambil sebuah kain untuk membersihkan kepemilikannya. "Joko, apa kamu marah padaku?"

"Pakai pakaian Bu Broto. Aku sedang tidak mood, cepat pergi sebelum ada anak kos yang melihat Bu Broto di sini."

***

Kenyataan malam sengsara kembali dirasakan Anita. Di saat mentari bersinar begitu terang, Anita justru sedang muram karena Anto lagi. Setelah melihat tayangan langsung yang begitu panas dari Joko dan Bu Broto, Anto memaksa Anita untuk melayani lelaki itu.

Namun apa yang didapat Anita? Kembali, hanya pelepasan dari Anto yang begitu cepat setelah mereka menyatu hanya beberapa menit saja. Dan Anto kembali menyudahi dan membuat luka batin untuk Anita.

"Kamu sudah bangun ternyata. Apa tidurmu tadi malam nyenyak, hem?" tanya Anto sembari mengusap pipi Anita.

Anita menepis kasar, ia memunggungi tubuh Anto. Tak ada niatan dirinya untuk membuka mulut.

"Ma, kenapa kamu ini? Aku minta dilayani wanita lain kamu marah, sekarang aku minta kamu layani aku, juga marah."

"Sebenarnya maumu itu apa sih?" Lanjut Anto bangkit dari tidurnya, duduk bersandar pada sandaran ranjang.

"Aku mau kamu melayani aku selayaknya seorang istri, Pa. Aku tau kamu nggak cinta sama aku, tapi setidaknya hargai aku sebagai ibu dari putrimu."

Anita ikut bangkit dengan menjepit selimut pada kedua lengannya. Air mata pilunya sudah tak bisa lagi terhindarkan. Ia menatap sendu sang suami berharap seluruh penderitaan ini berakhir setelah Anto tahu apa yang Anita inginkan.

"Aku melayanimu sewajarnya. Kenapa denganmu yang sekarang, kayaknya kamu mulai berbeda. Banyak menuntut."

Anto keluar dari selimutnya, berjalan ke arah meja rias Anita. Mengambil bungkus rokoknya. Mengambil satu, lantas memantik.

"Terserah apa katamu," ucap Anita ikut turun dari tempat tidur, melangkah ke arah kamar mandi.

Anita tak benar-benar langsung mandi, tubuhnya justru jatuh di atas lantai dengan tangis yang tak mampu ia cegah. Ia tak tahu lagi bagaimana membuat Anto tahu perasaannya dan mereka bisa merajutkan pernikahan ini dari awal.

Anita akan berjanji memaafkan Anto untuk terakhir kalinya. Dan Anita akan mengatakan yang sejujurnya tentang pelampiasannya terhadap dua lelaki di luar rumahnya.

Mereka berdua memiliki rahasia dan tindakan tak dapat dibenarkan. Namun kenapa.begitu sulit Anto mencintai dirinya tanpa keterpaksaan seluruh harta itu.

"Apa aku memang tidak pantas dicintai?"

"Kenapa mas Anto begitu sulit mencintaiku. Padahal aku sudah memberikan seluruh waktuku demi mas Anto."

"Aaaaaggghh!" Anita berteriak kencang meluapkan hatinya yang begitu sedih.

Tiba-tiba dari arah luar terdengar ketukan yang membuat Della sedikit sadar dari kesedihannya.

Tok ... tokk ... tokk!

"Bu Anita nggak apa-apa, kan?" tanya pelayan rumah dan kos Anita.

Anita mengusap air matanya, kemudian bangkit dengan susah payah dan mulai menjawab.

"Tidak apa-apa. Di mana mas Anto?"

"Tadi menerima telpon di belakang, Bu."