webnovel

Marry a Sleepy Girl

Hidup Xierra tidak pernah jauh dari bantal. Gadis mager itu lebih suka menghabiskan waktunya dengan tidur daripada harus berinteraksi dengan orang lain. Tapi, tidurnya terganggu semenjak kehadiran sahabat masa kecil yang kini menjabat sebagai musuhnya. Di tambah tiba - tiba dirinya disuruh menikah saat lulus SMA. Cerita ini pernah di posting di wattpad pada tahun 2015 berjudul "Everlasting Love" di akun wattpad qonana, di baca sebanyak 161.000 kali. Namun, di tahun 2021 cerita ini di buat versi terbarunya di akun ini. So, let's read guys!

qonana · Teen
Not enough ratings
4 Chs

sleepy girl

"Gue denger lo sekelas sama Rara ya?" Tanya seorang gadis cantik yang kini tengah duduk di kursi cafe, dengan Juan. Gadis itu bernama Faricha. Mereka sekarang sedang berada di cafe yang ada di Jakarta. Hari ini Faricha menghampiri Juan dari Bandung ke Jakarta.

"Iya, Cha." Jawab Juan, "lo tau dari mana?"

Faricha adalah teman masa kecil Juan yang tinggal di Bandung, ia pindah ke Bandung tak lama setelah Juan pindah ke Bandung. Ayah Faricha di transfer ke rumah sakit yang ada di Bandung saat itu. Makanya Juan dan Faricha masih berhubungan sampai sekarang, karena sebelumnya mereka bersekolah di SMP dan SMA yang sama.

"Lo nggak perlu tahu." Balas Faricha acuh lalu meminum kopinya.

"Hm.. okay." Sahut Juan.

"Rara... masih sama?" Faricha menggigit bibir bawahnya.

"Hm? Ah iya. Belum berubah." Jawab Juan, "tapi lo tenang aja, dia nggak akan jahatin lo kok."

Faricha menghembuskan napas, "iya, Ju. Makasih udah lindungin gue."

"Sama - sama."

Tak lama, Faricha menangis. "Ju..." Faricha tiba - tiba meneteskan air matanya, hal tersebut membuat Juan khawatir.

"Lo kenapa, Cha? Lo nangis karena Rara... atau karena Handika?" Seakan - akan Juan adalah peramal yang bisa menebak siapa yang membuat Faricha menangis.

"Handika, Ju... Gue capek sama hubungan ini. Tapi gue sayang banget sama Handika, gue nggak mau pergi dari dia." Faricha malah jadi curhat, membuat Juan sedih. "Kayaknya, Handika udah mulai selingkuh lagi..." Lanjut Faricha sedih, sampai menangis.

"Lagi?! Terakhir dia bilang dia nggak khilaf 'kan?" Tanya Juan.

"Gue nggak sengaja lihat layar hp nya pas dia lagi ke toilet beberapa hari yang lalu. Trus ada chat dari cewek, pakai sayang gitu. Gak lama kemudian Handika marah karena gue udah nggak sengaja lihat layar hpnya." Cerita Faricha.

"Brengsek." Umpat Juan. Dia sangat membenci Handika, lelaki yang sudah menjadi kekasih Faricha selama 2 tahun belakangan ini. Terakhir kali Handika berselingkuh, Juan memukuli Handika sampai babak belur.

"Ssshhh udah dong, Cha, jangan nangis ya..." Juan bergeser ke sebelah Faricha kemudian menghapus air matanya.

"Maaf ya, Ju. Gue malah jadi curhat tentang Handika." Ucap Faricha di sela kesedihannya.

"Malah kalau lo nggak curhat, gue bakalan marah." Kemudian Juan menghembuskan napasnya, "lo tenang aja, gue bakalan ngabisin Handika."

"JANGAN!" Faricha mencengkram lengan Juan, "jangan, please." Faricha tersenyum, "lo cukup dengar curhatan gue aja ya. Karena cuman sama lo doang gue bisa terbuka."

"Yaudah Cha jangan nangis lagi ya." Juan memeluk Faricha kemudian mengusap rambutnya lembut. "Jujur, gue juga ikutan sedih kalo lo sedih kayak gini, Cha." Lanjut Juan.

Faricha melepaskan pelukannya lalu berkata, "maafin gue udah buat lo ikutan sedih, Ju."

"Lo nggak perlu minta maaf, Cha." Juan tersenyum, "kalo lo nggak sedih lagi, gue bakalan beliin lo eskrim yang banyak sampe lo puas."

"Gue bukan anak kecil lagi, gimana kalau cocktail?" Faricha tersenyum sayu.

"Cha, ingat masih di bawah umur!" Kata Juan.

"Ah, sedikit aja ya Ju?"

Juan menghembuskan napasnya, "ya udah."

***

Keesokan harinya...

"Ju..." Panggil Miranda, mama Juan, pagi ini. Juan sedang memakai sepatu di kamarnya, menoleh.

"Apa, Ma?"

"Ju, kamu Jemput Rara dulu ya sebelum berangkat." Ucap Miranda.

Juan menatap mamanya sekejap, kemudian membuang pandangannya, "idih ogah." Juan mengambil tasnya lantas berdiri, "aku nggak mau berurusan lagi sama Rara."

"Bukannya kamu suka sama Rara?" Tanya Miranda, "dulu aja kamu maunya main sama Rara doang, gamau sama yang lain."

"Jangan samain yang dulu dengan yang sekarang. Aku sekarang tuh nggak punya perasaan apa-apa sama Rara, sama sekali nggak punya! Awas aja ya mama ngomongin dia lagi." Kata Juan dengan jelas.

"Sekarang emang nggak punya perasaan, tapi nanti pas udah nikah pasti punya, ups-" Miranda keceplosan.

"Apa Mama bilang? Nikah?" Tanya Juan. Ia memang samar – samar mendengar perkataannya.

"Nggak… itu maksud mama misalnya doang." Balas Miranda.

"Nikah sama Rara? Ih, gak sudi." Umpat Juan.

"Kenapa sih? Dia tuh tipe mama banget."

"Dia itu cewek paling ambisius, sombong dan nggak peduli sama sesama yang pernah aku tahu, aku bingung kenapa aku bisa suka sama dia dulu." Jawab Juan. "Mendingan yang lain."

"Maksud kamu mendingan perempuan murahan kayak Faricha?!" Kata Miranda yang kesal.

"Hei! Ma! Don't say that, please!" Juan marah karena Faricha di hina oleh mamanya.

"Ju, kamu tahu 'kan dia sama Handika udah-" Kata Miranda terpotong.

Juan memotong ucapan Miranda, "stop, Ma." Ia kemudian mengambil tasnya di atas ranjang. "Apapun itu, tolong jangan menghina Faricha lagi." Juan berkata lalu pergi, "aku berangkat."

"Jangan lupa! Undang Rara main ke rumah! Mama kangen!!!" Teriak Miranda.

***

Guru Bahasa Indonesia sedang menerangkan beberapa materi di depan kelas. Dan lagi-lagi Xierra tertidur. Bu Maya, guru Bahasa Indonesia-nya, sangat geram melihat apa yang Xierra lakukan.

"Xierra.." Panggil Bu Maya, namun Xierra tidak bergeming. Dia masih nyaman di alam mimpinya. Kemudian sebuah spidol mendarat tepat di kepala Xierra.

PLUK.

Xierra terkejut lantas bangun. Dia mengubah posisinya menjadi duduk, Bu Maya langsung melempar tatapan tajam ke Xierra.

"Apa yang baru saja saya jelaskan di papan tulis tadi?" Tanya Bu Maya, dia mengetuk-ngetuk papan tulis dengan spidol yang lainnya. Walaupun di papan tulis tidak ada tulisan apa - apa.

"Tentang teks sejarah." Jawab Xierra, memang benar, Bu Maya menjelaskan tentang teks sejarah.

"Apa yang dimaksud dengan teks sejarah?" Tanya Bu Maya.

"Teks yang bersifat nonfiksi, yang berdasarkan sejarah." Jawab Xierra.

Bu Maya menghembuskan napas, "istirahat pertama kamu harus ke kantor saya."

"Iya, Bu." Balas Xierra. Kemudian Bu Maya melanjutkan pelajarannya. Sampai jam istirahat Xierra menemui Bu Maya di ruangannya.

"Kenapa kamu selalu tidur saat pelajaran?" Tanya Bu Maya.

"Karena saya bosan." Jawab Xierra dengan datar.

"Bosan? Pelajaran saya membosankan?" Tanya Bu Maya.

"Bukan itu, Bu. Cuman saya aja yang bosenan." Balas Xierra santai.

Bu Maya tahu Xierra punya otak yang lebih pintar dibanding teman sekelasnya, jadi Bu Maya hanya bisa menghembuskan napas, "tapi Ibu mohon, bisa kah kamu mengurangi tidur kamu di kelas?"

"Saya coba." Kata Xierra.

***

Xierra berjalan di koridor sekolah. Sekolah sudah sepi sejak tadi, tapi dia malah baru selesai main basket di lapangan indoor sekolah sepulang sekolah. Hari ini hari jum'at, ekskul basket sekolah latihan basket di lapangan outdoor setiap hari jum'at. Dan juga besok libur, jadi Xierra memanfaatkannya untuk olahraga basket.

Kemudian seseorang menyamai langkahnya. Orang itu adalah Juan.

"Eh Rara.." Sapa Juan, "kok belom pulang?"

"Bukan urusan lo.." Xierra bersikap dingin.

Juan memutar bola matanya, "Ra, mama nyuruh kerumah tuh. Dia bilang dia kangen sama lo."

"Ohh tante Miranda ya.. Iya nanti gue hubungin dia." Balas Xierra sambil masih berjalan.

"Ngomong-ngomong, lo pasti abis main basket yah?" Tanya Juan.

"Hm.." Xierra hanya berdehem sekali.

"Miss Jutek." Kata Juan.

"Trus?"

"Tuh 'kan jutek banget. Gimana bisa ya cewek kayak lo bisa di bangga banggain sama nyokap gue.. Ck ck ck, gue heran." Juan mengangkat bahu.

Xierra memutar bola matanya mendengar ucapan Juan yang mengatakan kalau dirinya dibanggakan oleh mama Juan, "nanti malem gue kerumah lo deh, jam 7." Kata Xierra.

"Mau ngapain Ra?" Tanya Juan.

"Ketemu nyokap lo." Jawab Xierra datar.

"Okay, nanti gue kabarin ke nyokap." Kata Juan, kemudian ia memanggil Xierra. "Ra..."

"Apaan lagi sih?!" Tanya Xierra dengan kesal, ia hanya ingin Juan cepat menghilang.

"Sekarang kok lo jadi ngantukan gitu? Maksud gue, dulu lo 'kan ambisius banget tuh.." Kata Juan.

Xierra menghembuskan napas kemudian menatap lurus, "karena gue kurang tidur." Bohong. Justru karena Xierra terlalu banyak tidur, dirinya jadi kebiasaan.

"Gue nggak nyangka lo bisa nyambung pelajaran paling ngebosenin itu walaupun lo lagi tidur.." Kata Juan.

"Biasa aja sih." Tanggap Xierra.

"Ih jutek banget." Juan memutar bola matanya, "tau ah capek gue."

Kemudian Juan mengacak rambutnya frustasi, dia berjalan mendahului Xierra dengan gerutu gerutu kecilnya. Membuat Xierra mengangkat kedua bahunya acuh, lantas melanjutkan langkahnya.

***

"Mau kemana?" Tanya Renata, sambil memakan snack di ruang tamu. Dengan laptop terpampang di depan wajahnya. "Pak Budi lagi pulang kampung, jadi nggak ada yang nganter lo."

"Ke rumah temen, iya nanti gue naik taksi." Jawab Xierra.

"Ghina? Tumben." Kata Renata.

"Bukan." Bantah Xierra, "ke rumah Juan."

Renata hampir tersendak, "ngapain lo ke rumah dia?"

"Mau ketemu Tante Miranda, disuruh main katanya.. lagian udah lama kita gak ketemu." Jawab Xierra sambil mengambil sandal jepit miliknya.

"Okay, hati – hati ya Ra." Ucap Renata.

"Sip. Gue berangkat ya..!"

Xierra keluar dari rumahnya. Malam sabtu yang sangat dingin, mungkin karena faktor cuaca yang sedang memasuki musim hujan. AC di taksi juga begitu dingin, membuatnya sedikit masuk angin. Taksi Xierra turun di depan rumah Juan, kemudian Xierra menekan bel pintu rumahnya.

Ting Tong..

Tak lama keluarlah ibu paruh baya yang sampai saat ini masih bisa dibilang sangat fashionable. Tante Miranda, ibunda Juan tersayang.

"XIERRA AKHIR NYA KAMU DATANG JUGA.. KYAAA…" Miranda melompat ke pelukan Xierra, "Ya ampun Xierra udah besar dan makin cantik sekarang..." Xierra membalas pelukan Miranda dengan perasaan senang.

"Haha, iya tan. Tante juga makin cantik aja ih." Kata Xierra.

"Ihh tante gemes sama kamu deh, yuk masuk dulu.." Miranda menyuruh Xierra untuk masuk ke rumahnya.

"Ngomong - ngomong sepi banget tan?" Tanya Xierra, "pada kemana orang rumah?"

"Om David masih di kantor, kalo Juan mah biasa lagi main keluar. Tadi sih dia bilang Faricha lagi di Jakarta, jadi mau ketemu bentar." Jawab Miranda. Faricha. Ah, Xierra mengingat nama itu lagi.

Mereka dulu bersahabat saat mereka kecil. Mereka membuat grup yang bernama doubleF-JR. Ada satu lelaki lagi yang bernama Rico. Namun Rico sudah pindah ke luar negeri dan mereka sudah tidak pernah berhubungan. Dikarenakan dulu Rico pernah kecelakaan dan orang tuanya tidak mengizinkan Rico untuk main bersama mereka lagi. Penyebab kecelakaan yang dialami Rico adalah Faricha.

Xierra menarik napas, kemudian membuangnya perlahan.

Rico menggantikan Faricha yang akan tertabrak mobil saat mereka masih kecil. Xierra dan Juan melihat kejadian itu. Mereka berdua melihat bagaimana Rico yang bercucuran darah tergeletak di aspal yang dingin. Xierra sangat menyalahkan Faricha karena hal itu, untung saja Rico tidak meninggal dunia.

Tapi, Juan melindungi Faricha. Dengan segenap hatinya, lelaki itu meninggalkan Xierra demi menjaga Faricha. Kira – kira kejadian itu terjadi saat mereka kelas 6 SD. Sejak saat itu, Juan dan Xierra bermusuhan. Xierra selalu mengalahkan Juan dalam pelajaran, dan Juan selalu berjuang keras untuk mengalahkan Xierra. Tak hanya itu, Xierra selalu menjahati dan membully Faricha di sekolah, lalu saat itu terjadi Juan akan datang untuk melindungi Faricha.

Sekarang, Xierra tidak membenci Faricha lagi. Hanya saja, ia tidak pernah berhubungan lagi dengan Faricha semenjak gadis itu pindah. Tapi Juan maupun Faricha sampai saat ini masih mengira kalau Xierra membencinya.

Gadis itu tidak sengaja melihat bingkai foto yang di dalamnya berisi foto genk doubleF-JR yang mereka buat dulu. Di dalam foto itu, Juan memeluk Xierra tapi gadis itu berusaha melepaskannya. Sedangkan Faricha tersenyum sambil memeluk boneka, dan Rico bergaya dengan pose 'wink'.

Xierra tersenyum sedih, jadi nostalgia.

To be contined.

Creation is hard, cheer me up! Like and comment okay? :)

Much love,

qonanacreators' thoughts