28 Bab 28

Hei Ho... apa kabar semuanya... beberapa hari kita tak jumpa? wehehehe...

Happy Reading... maaf ya lama mood ku lagi anjlok guys.. jadi idenya enggak ngalir.

Nenek masuk seraya menenteng makanan dan juga buah-buahan. Kaivan segera berdiri dari duduknya dan menghampiri Hanum. "Sini, Nek. Kai bantu," ucap Kaivan menawarkan bantuan seraya tersenyum manis.

Elang yang melihat sikap Kaivan hanya memutar malas bola matanya. "Dasar, carmuk! Cowok kok, sukanya cari muka," cibir Elang dalam hati.

"Cucu enggak peka, bukannya bantuin malah orang lain yang bantuin!" cibir Nenek seraya menatap Elang kesal.

Dengan malas Elang berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Neneknya. "Sini, Elang bantu," ucap Elang seraya tersenyum.

"Telat!" ketus Nenek.

Elang langsung memeluk tubuh tua neneknya dari belakang. "Uuh.. Nenek ku sayang yang paling cantik, tapi masih cantikan istriku. Jangan ngambek dong, Elang sengaja enggak bantu sekalian untuk olahraga supaya daya tahan tubuhnya sehat dan awet muda," ucap Elang sambil menggoyangkan tubuh Hanum ke kanan dan kekiri.

Tangan Hanum bergerak ke perut cucunya dan mencubitnya membuat Elang melepaskan pelukannya. "Nek, sadis amat sih?" tanya Elang sambil memegangi perutnya yang terasa panas karena cubitan Neneknya cukup membuat pedih.

Nenek hanya menatap malas cucunya kemudian ia berjalan ke arah tempat tidur Aldebaran. Aldebaran mencium punggung tangan Nenek begitu pula dengan Angel. "Wah, anak cantik. Kita ketemu lagi, " ucap Nenek seraya tersenyum.

Ia kemudian duduk di pinggir tempat tidur tepat di sebelah kanan Aldebaran sedangkan Angel berpindah ke sebelah kiri Aldebaran. Angel hanya tersenyum mendengar perkataan Hanum. "Al, udah sarapan?" tanya Hanum seraya tersenyum dan satu tangannya mengusap lembut kepala Aldebaran.

"Udah, Nek. Tadi sebelum Mama berangkat ke kantor."

"Hum, bagus. Al harus banyak makan supaya cepat sembuh," ucap Nenek seraya tersenyum. "Oh, iya. Al tadi bilang Mama kerja?" tanya Hanum menatap Aldebaran serius.

"Iya, Nek," jawab Aldebaran singkat.

Nenek pun langsung menatap Elang yang sudah kembali duduk di sofa menyandarkan punggungnya di sana sambil memejamkan matanya. "Istrimu kerja dan kamu di sini?" tanya Nenek menatap Elang.

"Capek," jawab Elang tanpa menatap Neneknya.

"Suami enggak bertanggung jawab, bisa-bisanya istri yang di suruh kerja!" ucap Nenek kesal.

"Nek, Elang baru sehari loh, enggak kerja. Enggak akan buat anak istri sengsara. Lagian El emang suka kerja, ya udah aku mah sebagai suami ngizinin aja. Lagian kerja di perusahaan suami ini. Sekalian belajar, kalau nanti aku sakit dia bisa handle."

"Enggak perlu kamu sakit, Elita udah bisa ngurus perusahaan. Kayak kamu baru kali ini aja enggak masuk kerja. Dulu-dulu enggak mikir kalau kamu nyuruh Elita gantiin kamu ngurus perusahaan sedangkan kamu liburan?" tanya Nenek menatap sinis cucunya yang kini sudah membuka matanya dan menegakkan tubuhnya menatap dirinya.

"Aduh, Nek, itu kan udah lama banget," ucap Elang malas.

"Walau lama tetep saja kan, istri kamu bisa menghandle di saat kamu entah kemana," jawab Nenek menatap malas cucunya. "Udah lah, malas ngomong sama kamu. Ada aja jawabnya, mending main sam cucu ganteng dan imut ini," ucap Nenek seraya menatap Angel dan Aldebaran bergantian dan tersenyum.

Kavian yang sudah kembali duduk di sebelah Elang hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia jadi merasa tidak enak jika berlama-lama disini. Ia pun kemudian berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke arah tempat tidur Aldebaran untuk menghampiri putrinya. "Angel, sayang, kita pulang yuk," ajak Kavian seraya tersenyum menatap putrinya.

"Angel masih mau temenian kakak Ganteng, Pa," ucap Angel menatap Papanya.

"Papa mau kerja, Angel Papa anter pulang dulu, yuk," bujuk Kaivan masih tersenyun menatap Angel.

"Nak, Kaivan. Angel di sini tidak apa-apa. Nanti jika ia ingin pulang bisa saya suruh supir atau Elang yang mengantarnya," ucap Nenek seraya tersenyum.

"Iya, Pa. Boleh, ya," ucap Angel dengan puppy eyesnya yang tentu saja siapapun yang melihatnya tidak bisa menolak keinginannya.

"Asal Angel enggak nakal dan gangguin Kak Al untuk istirahat," ucap Kaivan menatap serius putrinya.

"A ye yey kapten!" ucap Angel langsung berdiri tegap sambil memberi hormat pada papanya.

Melihat tingkah Angel Kaivan dan nenek hanya tersenyum sedangkan Aldebaran tidak berekspresi sama sekali. Dalam benaknya saat ini, apa seperti ini jika ia memiliki seorang ayah. Sedari kecil mamanya sibuk bekerja. Ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak panti tanpa pernah bersikap manja pada ibunya. Hanya ketika ia sakit saja ia sedikit manja.

Kaivan mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu nama untuk diberikan pada Hanum. "Ini kartu nama saya, Nek. Nenek bisa hubungi saya jika Angel nakal," ucapnya seraya tersenyum.

"Hahaha.. Angel anak baik. Dia tidak akan nakal," ucap Hanum seraya mengambil kartu nama Kaivan.

"Kalau begitu saya titip Angel ya, Nek," ucap Kaivan seraya tersenyum.

"Iya, nak Kaivan,"

"Angel, Papa kerja dulu. Inget ya, Angel enggak boleh nakal," ucap Kaivan memperingati.

"Iya, Papa," jawab Angel seraya tersenyum. Kaivan pun berpamitan dan keluar dari ruang perawatan Aldebaran.

Setelah Papanya pulang tiba-tiba Angel mengajak Aldebaran untuk menggambar. Nenek pun membantu Angel menyiapkan kertas dan pensil warna. Namun karena tidak ada alat-alat menggambar mereka pun pergi ke swalayan. Selagi Nenek dan Angel ke luar untuk membeli perlatan yang di butuhkan untuk menggambar, Aldebaran kini menatap Elang yang sedang tidur dengan posisi memeluk sandaran sofa.

Ia kemudian menghembuskan napasnya dengan berat seraya mengalihkan pandangannya dari Elang. "Apa bisa aku seperti Angel?" tanyanya dengan suara kecil.

Melihat Elang entah kenapa ia tidak yakin jika ia bisa merasakan hal yang sama seperti Angel. Padahal selama beberapa hari Elang bersikap baik padanya bahkan mengakrabkan diri dengannya. Hanya saja dirinya masih merasa aneh, itu sebabnya ia berpikir apa bisa ia seperti Angel.

Aldebaran yang sibuk dengan segala pemikirannya pun tidak sadar jika saat ini Elang sudah berdiri di sampingnya. Ia tadi sempat tertidur sebentar sebelum akhirnya ia bangun kemudian melihat putranya hanya diam menatap lurus ke depan. Elang pun bangun dari tidurnya dan berjalan mendekat ke arah Aldebaran

"Al," panggil Elang yang kemudian duduk di samping Aldebaran membuat Aldebaran tersadar dari lamunannya kemudian menoleh ke arah Elang.

"Kamu kenapa?" tanya Elang karena Aldebaran hanya diam saja.

"Ah, enggak apa-apa, kok pa," jawab Aldebaran tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

"Beneran, enggak apa-apa?" tanya Elang memicingkan matanya.

"Beneran, Pa," jawab Aldebaran seraya tersenyum.

"Syukurlah, papa kira kamu merasakan sakit tapi kamu tahan makanya kamu hanya diam saja," ucap Elang lega. "Oh iya, Nenek sama Angel ke mana?" lanjut Elang bertanya ketika sadar jika tidak ada Nenek dan Angel di ruangan.

"Angel tadi ngajak menggambar. Karena enggak ada alat gambarnya, akhirnya Nenek ajak Angel pergi beli," jawab Aldebaran yang menatap mata Elang.

"Hum," jawab Elang yang hanya bergumam dengan kepala yang manggut-manggut.

"Oh, iya. Papa mau lanjutin obrolan kita yang tertunda tadi. Jadi, Papa mau tanya sama Al. Kenap--" ucapan Elang terhenti ketika pintu ruangan sudah kembali terbuka membuat Elang memejamkan matanya erat-erat sebelum mengumpat kesal dengan suara tertahan sehingga umpatannya itu tidak jelas di dengar oleh Aldebaran.

Elang yang tidak mendengar suara anak kecil, menolehkan kepalanya menatap ke arah pintu. Seketika itu Elang langsung memasang wajah yang siap menerkam melihat kehadiran seseorang yang tidak ia harapkan.

TBC...

Yo Yo Yo.... siapa orang yang datang ya guys.... cuz ramaikan koment ya guys..

BTW... selamat kalian beruntung, aku enggak jadi kunci bab karena berbagai pertimbangan. weheheheh... jadi kasih semangat aku dengan kirim hadiah dong guys... wehehhe...

avataravatar
Next chapter