1 Satu

****

Siapa bilang pernikaham politik itu buruk!! Dulu aku pernah membacanya di novel atau komik saja. Eh ternyata terjadi padaku! Walau sebelum nya kesal juga harus menikah dengan pilihan orang tua demi harta! Dan sesuap nasi semua karyawan ada di tangan ku! Berat! Tapi ga setelah hampir 2 tahun ini hidup sebagai nyonya rumah yang yang sangat santai ini. Pernikahan ku ibarat sebuah telur berlapis emas dan mutiara tapi isi nya kosong seperti rumah yang sekarang aku tempati ini. Rumah besar dengan gaya ala eropa barat,  Seperti istana, halaman nya juga bisa di bikin sepak bola karena luasnya. Tapi tak ada kehidupan. Hanya selalu terlihat bersih dan indah. Ya itu hanya pencitraan aslinya sih seperti kuburan apalagi yang tinggal hanya beberapa saja. Yang lebih menetap nya cuman para pelayan menjaga dan membersihkan istana itu. Kalau tuan-nyonya nya hidup dengan jalan masing masing.

Setelah menikah kami pindah ke Kota Batam karena dia- suami si tuan muda holang kaya itu. Punya kerjaan di sana dan Singapore, tapi lebih sering dia berada di Singapore.

Kami ga satu kamar.

Aku mengambil kamar sebelah timur dan dia barat, Ibarat ni rumah 1 komplek. Rumah dia di ujung aku di ujung. Kehidupan pribadi jelas ga tau menahu, apalagi dia pembisnis dan holang kaya dengan sejuta agenda kegiatan yang aku ga tau ada di rumah apa engga. Aku tau nya kalau ada mobil nya ato supirnya yang kadang ngerokok di dekat pos jaga atau ada Rudy, asisten yang cupu itu sliweran But aku ga peduli, aku menikmati aku disini yang juga ga hanya makan tidur. Aku punya kerjaan. Di perusahaan penyuplai import-eksport. Perusahaan besar yang  berdomisili di daerah Sekupang-Batam,

jabatan ku juga hasil ijazah ku dan hanya menjabat sebagai karyawan biasa. Tapi aku senang asalkan mereka semua rekan rekan kerja ku ga ada yang tau status asliku juga rumah istana ini.

Aku berpikir pernikahan itu tidak akan pernah berhasil. Kapan saja aku siap menyandang status janda. Makanya aku bekerja agar kelak masih bisa makan.

Dan seperti biasa kehidupan kantoran yang sibuk dengan macam macam data seliweran di atas kepala kami. Siang siang begini setelah makan siang dan gosip sebagai pelengkap kami semua kembali menuntaskan kerjaan sebelum deadline.

" Alena..." Panggil Nita, rekan sebelah kubikel ku berbisik.

Hmmm.. Aku sambil menggerakan kesepuluh jari ku di keybord.

" Noh itu dia ituuu" Decit Nita seperti tikus setelah ada OB baru yang melintas yang baru jadi bahan gosip kami.

" Ngek.. Biasa aja kale. Muka sih kayak nya pemain bokep" Ucap ku asal. Emang ni mulut kadang ga disaring dan udah jadi kebiasaan ngomong apa aja.

Pluk..

Tau tau kepala ku di plotok sama aahh.. Aku meringis melihat ada remote tv terbanting di lantai. Suara ku kembali kurendahkan setelah rekan lain ikut kaget dengan teriakan ku.

Rasanya mau aku jambak Nita. Masa kepala ku di lempar remote!

Tapi mata nya lebih gede melototi ku.

" Orang nya denger, dodol kamu ni..." Cekam nya keki disana dan kembali melempari ku dengan map. Ku balas lagi dengan map yang dia lempar, begitu aja terus sampai ada suara melolong.

"Eeeh.. Kerjaaa" Teriak Bu Tuti atau BuTut selaku kepala Divisi di pojok sana, Aku dan Nita kembali duduk sambil mengacungkan hidung. Lantas kami cekikikan diam diam.

***

" Benerr kan. Gaaanteeeng gilaaaa" Jeriiit Nita setelah kami di toilet, seperti biasa toilet tempat terbebas buat  ghibah.

Aku mengoles lipstik ke bibir ku sambil memanyun manyun kan untuk merata kan semua nya. Warna pink nude itu sangay cocok dengan wajah ku yanh oriental.

" Pemain bokep itu"

Kepala ku kembali di toyor." Nyet.. Jangan asal. Muka ganteng alim gitu. Masa bokep.. Emang pernah liat" Sungut Nita dengan mata keatas.

" Ck!! Coba aja ajak ke hotel..."

" Alena.. "Geram Nita sekali lagi. Bikin aku jadi tambah iseng aja bikin dia kesal, ada ada aja Nita. Ga bisa liat cowok cakep semua di puja. Udah nya semua pegawai tampan di gedung ini dia hapal semua, dan nama nama mereka terus ia buat dalam obrolan eh sekarang office boy yang punya tampan kece juga ga luput dari incaran nya. Bejibun cowok cakep di otak nya sampai dia jomblo akut seperti ini.

Hueeeek...

Suara Susan dari dalam bilik.

Nita menyikut aku dengam kode bertanya tanya.

" Napa San. Bunting ya..?" Teriak ku langsung di sikut Nita lagi.

" Hueeeek..

Aku dan Nita langsung pelototan. Apa jangan jangan benar! Ya kami tau lah kehidupan Susan, selaian kerja utama sebagai karyawan dia juga penyanyi di cafe2. Ya tau lah bagaimana kehidupan malam disana. Tapi itu sisi lain pribadinya. Kalau sehari sehari di kantor ia biasa biasa saja. 

" Took took.

Sus kamu ga papa?

Tanya Nita sambil mengetok.

Hanya suara deheman. Lalu air disiram.

" Susan.." Panggil Nita lagi.

Kemudian seorang lain masuk ke toilet. Aku san Nita menyingkir. Was was juga kalau nanti Susan jadi bahan gosip an. Apalagi ini gedung ada siluman nya. Siluman kuping! Tam berwujud tapi tau tau muncul di forum group perusahaan antar karyawan yang jumlah nya ratusan.

Kantor ini tu mirip sekolahan. Ada grup grup tersendiri yang bukan hanya bersaing dalam karir juga dalam percintaan. Apalagi dalam penampilan dan gengsi disini bisa dijadikan ajang siapa paling cantik, paling disuka, paling banyak ditaksir cowok dan dilantai betapa saja mantan mantan bejejer. Tapi yang punya jabatan lebih tinggi biasanya dia sok. Sama seperti Rachel sekretaris di Devisi Marketing ini. Angkuh nya selangit, Nita bilang wajah nya hasil oplas dan pantat nya juga silikon. Semua nya oplas tapi tetap saja Rachel merasa paling berjaya.

Rachel tak sendiri, dia pasti sama rekan nya Nuri. Yang sama sok nya.

" Gila banged! Pak David ajak ke Marina besok Hel.. Gimana.. Aku padahal mau main tarik ulur dulu" Ucap Nuri disana langsung menguasai cermin

Nita langsung berekspresi mau muntah sambil nekan perut nya.

Sekilas dua wanita ini melirik pada kami dengan sudut merendahkan. Apalagi padaku! Seperti biasa mata nya itu ingin aku colok colok siapa tau bisa buat ces ponsel.

" Udah garcep aja..., nanti di embat" Sindir Rachel melirik kearah ku. David! Ck!! Aku ga tertarik dengan playboy itu. Benar aja dia itu kepala bagian HRD tapi jelas banged wajah nya cuman buat selangkangan.

Perhatian aku dan Nita teralih pada Susan yang baru keluar dari bilik sana, wajah nya sedikit pucat dengan rambut di galung asal.

" Hmm.. Gimana ya kalau ketahuan jual diri, waah moga aja langsung di depak.." Kata Nuri lagi.

Ini sindiran buat Susan.

Kulihat Susan tak nyaman dengan suara comberan Nuri, tapi ia memang bukan wanita penyerang.

" Uhuuk uhuuk.. , Nit... Kaya nya aku tadi bawa silet deh di tas, bisa ambilin ga! Lumayan ni bisa iris iris alis orang. Eh..     mau di benerin..." Kata ku seraya membenarkan kemeja ku.

Aaah iya. Len.. Kalau bikin irisan dikit mungkin ga papa kali ya.. Kan backingan kamu kuat di sini..

Nita ikut ikutan, apalagi dengan isu yang di buat Nuri juga Rachel tentang aku yang pernah ketahuan mereka keluar dari rumah itu. Walau aku berdalih orang tua ku kerja disana. Tapi tetap saja isu aku di pelihara sugar dady mencuat di Group itu.

Nita mencari benda yang memang aku bawa buat runcingin pensil alis yang selalu aku taruh dalam dompet kecil.

" Iih dasar sarap.." Geruru mereka lantas buru buru keluar. Aku san Nita tergelak. Terkecuali Susan. Ia memijit kepala nya.

" Sakit Sus?"

Tanya Nita.

" Iya nih ga tau mual banget"

" Cek gih. Siapa tau telat " Lontar ku ga bermaksud apa apa tapi tetap aja dapat pelototan Nita. Maksud ku baik kalau kalau kan dia positif jadi Susan ga pikir ini itu lagi. Walau aku tau dia memang lagi isi.

Susan hanya meringis, ia paling tau mulut nyablak ku, tapi Susan bukan tipe mudah tersinggung.

" Izin aja dulu pulang San.. Mau kita anterin???" Tawar ku rada khawatir juga lihat Susan yang lemas begitu.

Ia menggeleng, " Tanggung Len.. Udah mau jam balik kan. Aku minum obat aja dulu" Kata nya.

" Oh.. Aku ada minyak kayuputih nih.." Nita mencari benda itu dan memberikan nya pada Susan lalu membantu nya mengusap di punggung nya. Tapi Susan masih tampak lesu.

" Udah kelamaan kita nongki di sini Nit, kamu balik gih. Ntar BuTut berkicau, Susan aku bawa ke klinik aja! Ga tega aku ntar pingsan..."

" Gila aku ga selemah gitu" Sungut nya menyikut ku.

" Idih sok kuat! Udah sono Nit.. Kalo buTut nyari bilangin ya. Susan sakit" Kata ku seraya membereskan semua make up di wastafel dan memasukan nya dalam tas. Tiba tiba Susan kembali memegang perut nya wajah nya memerah lantas ia menerobos ke depan wastafel dan memuntahkan semua isi nya.

" oMg.. Aku yakin kamu kebanyaman mie San.. Uugh.." Nita mengibaskan tangan nya karena aroma yang ga enak keluar dari muntahan itu.

Ku bantu Susan mengurut leher nya lagi.

Pundak nya agak panas, dia ternyata juga demam.

" Keluarin aja dulu Sus.. Biar enakan

Susan terengah engah dengan mata berair. " Isi perut ku udah ludes Len" Kata nya sambil menyiram sisa muntahan disana." Liur ku ampe pait..

" Ya udah deh. Len.. Urusin dulu ya Susan. Hubungin aja kalo apa apa.." Kata Nita bergegas pergi. Aku hanya menaikan alis lalu mengacungkan jempol.

" Dia udah tau kamu isi?" Tanya ku membuat Susan hanya menatap ku kosong dari pantulan cermin. Aku tau dia kaget dari mana aku tau. Tapi aku bersikap biasa saja biar dia tidak canggung.

Aku tau Susan itu sedang isi. Dua hari yang lalu dia juga muntah muntah, dan ku lihat ia meringis sambil mengelus perut.

Susan menarik tissue banyak banyak, " Aku ga berani ngomong Len.., takut dia ga mau nerima anak ini"

Katanya, akhirnya buka suara juga.

" Hmm omongin lah San. Perut mu juga ntar tambah buncit! Itu anak nya dan fakta!" Kata ku lalu merendahkan suara karena pintu di buka. Ada mba mba pembersih kamar mandi datang, dan beberapa cewel lainnya.

" Yuk ah.. " Bisik ku sambil mengambil tas Susan dan membantunya buat keluar dari sana.

Klinik perusahaan ada di lantai 2

Sedangkan kami di lantai 3.

Ada pemuda yang tadi di kagum kagumi Nita, dia office boy baru dan memang wajah nya ganteng, postur nya juga ga kalah bagus dari eksekutif eksekutif muda di kantor ini meski hanya mengenakan pakaian OB. Tapi tak mengubah fakta kalau pria itu most wanted incaran wanita single disini, apalagi rada bule begitu. Emang ada ya OB bule di negara ini. 1:1.000.

Ekor mata sih aku seperti di perhatikan. Ku toleh saja ke arah nya, pria ini hanya diam tanpa ekspresi, lalu dia mundur ikut menunggu lift yang tak kunjung buka. Dan Susan seperti nya tambah lemah. Aku sampai menguatkan tangan untuk memapahnya.

" Ga papa san? Masih sanggup?"

Ia menggeleng lalu tiba tiba saja bahu nya melorot. Sontak aku kaget dan beruntung ada bantuan dari belakang. OB tadi dengan sigap menahan bahu ku. Sontak aku kaget. Bukan apa apa. Walau mulut ku yang sok nakal aku ini masih polos, apalagi di sentuh spontan seperti tadi walau ga sengaja. Bikin bulu kuduk ku mencuat.

" Aah maaf Mba.. "

" Ga pp, teman saya sakit, bisa bantu" Pinta ku yang kesusahan membopong Susan dengan rok yang aku kenakan. Kalau di paksa jongkok sedikit saja pasti bakal sobek.

" Iya " Ia maju dan mengganti posisi ku. Ku lihat nama nya di seragam. " J" Nama nya singkat sekali.

Aku kepergok melihat nama nya dan pura pura mengalihkan pandangan.

Ada gitu nama sangat singkat? Tapi kalau di baca bagus juga.

Dan dengan dibantu security yang jaga dekat sana. Susan di bawa ke klinik perusahaan.

" Tengkiu ya... " Kata ku pada pria ini, pesona nya kuat juga, bikin mata ini ga sanggup liat matanya. Biru cuy..  Bahkan aku sangsi ia ini office Boy karena tampang nya yang mirip pemeram bokep. Eh. Maksud nya rada kebulee gitu. Iris mata nya biru dan entah kenapa aku jadi ikut srr srr kalau mata nya menerobos masuk saat aku bicara dengan nya, begini begini aku lemah iman cowok kece.

" Sama sama mba Alena.." Sahut nya membuat ku rada kaget juga, dari mana ia tau nama ku! Apa aku seterkenal itu?? Oh.. Rasanya aku tidak bisa tidak tersenyum mendengarnya. Bangga dikit boleh lah.

Pundak lebar Mr. J ini berlalu tapi mataku tetap awas melihat ia pergi, duh kenapa lagi dengan ku! Jangan jangan aku tertular Nita ga bisa liat cowok cakepan dikit dan mudah Terpesona. Ayolah Alena! Biasanya juga ga ngaruh setamvan apa cowok di depan. Tapi J kenapa ngena banged ya di dada.

" Lena.." Panggil Susan dari balik tirai. Rupanya ia sudah, siuman. Dan aku segera tersadar segera masuk kedalam tirai.

" Saya ga papa dok... Cuman pusing.." Kata Susan menolak di periksa dokter klinik.

Aah.. Dok.. Maaf.. Dia rada takut dokter! Kata ku cepat, aku tau Susan agak ketakutan. Ia pasti cemas kehamilan nya terbongkar. Bagaimana pun juga Susan itu mandiri ia mengandalkan pekerjaan ini untuk kebutuhan nya.

" Teman mu! Sebaiknya minum obat! Dan istirahat" Kata Pria yang aku tau nama nya Ray ini. Sedikit berumur.

" Siap Dok. Terimakasih" Aku segera menyudahi nya dan mendekati Susan.

Wajah nya masih sangat pucat, tapi mata nya menatap kosong kedepan.

" Mau aku pesenin apa nih San. Delivery ojol aja ya.. Perut mu pasti kosong kan.. Habis tumpah ruah" Kata ku mengambil ponsel ku.

" Ga usah Len. Makasih ya.. Aku perlu istirahat sendiri" Kata nya nanar.

Kulihat iris matanya yang tampak rapuh, entah apa yang merasuki nya sampai sedemikia menderita. Apa tentang kehamilan nya? Pekerjaan nya atau apapun itu aku harap Susan baik baik saja. Dia teman baik ku. Selama aku kerja di sini. Kami sama sama interview dan masuk di devisi yang sama sedangkan Nita baru masuk tahun kemaren. Kami cocok karena ia mudah di goda. Nita lebih remeh ketimbang Susan yang sedikit tertutup. Tapi dia teman curhat yang handal.

" Baiklah, istirahat saja dulu, aku pesanin yang berkuah ya Biar kurang mual nya, kalau mau apa apa chat aja.. Siap jadi operator kamu.. Nih. Ga murah kok. Sejuta sebulan juga ga papa" Guyon ku sengaja biar Susan ga terlalu stres.

Ia melengkungkan senyuman walau hanya mengedip, ternyata ia memang perlu sendiri!

Lantas setelah menaikan selimut aku keluar, mengeluarkan ponsel ku mau pesan yang enak buat Susan. Tapi apa ya. Banyak pilihan jadi tambah mumet. Ada sih yang enak dan jadi favorite Susan juga. Sering jadi tempat maksi kami. Di depan ga terlalu jauh dari kantor dekat Resort KTM itu. Tapi sayang nya ga masuk daftar di aplikasi delivery ini.

Mata ku menangkap J baru keluar dari Lift. Biasa nya aku minta tolong Mba Ati. Buat apa apa. Tapi hari ini aku ga liat dia

" Hey J" Panggil ku ragu dengan panggilan ku. Tadi sempat panggil mas, tapi muka nya ga cocok di panggil mas mas, klo di panggil abang, brasa sok kenal juga.

Ku melambaikan tangan berkali kali.

Yang punya nama menengok dan segera mendekat.

" Kenapa mba.." Tanya nya dengan seragam sedikit berantakan. Aku lihat ia keringatan dan kancing baju nya ia lepas di bagian atas entah kenapa mata ku malah menangkap ada bulu dada menyembul. Ya ampun apa yang masuk dalam otak ku kali ini.

" Eeh. Mba Ati ada ga ya?" Tanya ku jadi gelagapan. Grogi gara-gara buda alias bulu dada.

Kenapa juga buda itu tumbuh di tubuh tegap pria berparas oke ini. Perasaan cowok ganteng dan body nya juga bagus ga bikin grogi begini.

" Mba Ati?" Pria ini setengah mengingat. Aku lupa ia orang baru kan.

" Oh.ya ga masuk mba, ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya biasa aja tapi dengan suara nya yang agak baritton itu kenapa jadi mirip pengisi suara di telenovela ya. Apalagi mata nya yang biru begini. Gen nya sangat sempurna. Rasanya ada yang anget di perut ku, minta diisi. Ya ampun Alena! Istri akut yang ga pernah dijamah suami ya begini!

" Aah ga juga sih. Tapi.. Teman aku sakit aku mau beliin Sop Iga di depan. Biasanya Mba Ati tau. Tapi..

" Biar saya yang beliin mba" Potong nya bisa membaca arah pembicaraan ku.

" Benarkah. Mm oke.. Makasih J.."

" Sama sama" Sahut J. Tapi tatapan mata nya lagi lagi mengail sesuatu dalam mata ku. Dia punya mata bule yang sempurna. Dan Nita benar orang nya ganteng juga menarik menurut ku!

" Eh.. Bentar" Panggil ku sebelum ia pergi.

J kembali menoleh.

" Ga papa.. Ga jadi" Kataku kemudian dan kembali menatapi pundak disana. 

*

Ini mba. Makanan nya..

J muncul di klinik. Aku segera mengmbil plastik bening itu tak sengaja kulit kami bersentuhan. Ini kedua kali atau keberapa ya tapi kenapa reaksi nya begini, ada yang mendesir begitu. Bahkan rasanya hangat. Oh aku sungguh gila sekarang.

" Oh ini kembalikan nya" Ujar nya lagi merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Biasanya aku kasih saja ke mba Ati. Tapi apa J mau ya. Aku takut ia tersinggung.

" Oh kata Susan. Ini buat kamu! Ambil saja J. " Kataku berdalih.

J tampak enggan dan berpikir.

" Sebagai ucapan terimakasih, terima saja" Kata ku hati hati.

" Baik." Sahutnya kemudian dan memasukan uang itu kedalam sakunya lalu ia berlalu. Model model begini selain disukai cewek juga membuat cewek penasaran dengan gaya misterius nya.

*

Usai memaksa Susan makan aku kembali ke kubikel ku. Melanjutkan pekerjaan ku yang belum selesai. Padahal sudah mau jam pulang. Aku lupa kalau ada laporan yang harus aku kumpul hari ini, dan sepertinya aku harus lembur.

" Hey Nona Manis..." Aku mendongak melihat wajah Pak Nathan, dia dari devisi keuangan. Manager disana. Pria melayu dengan kulit cokelat ini pindahan dari Malaysia 2 bulan lalu tapi sudah tebar pesona kesana kemari. Sok ganteng nya ga ketulungan.

" Ya pak.." Sahut ku datar tak bergeming dengan pekerjaan ku.

" Masih sibuk ya? Pulang nya sama siapa?? Abang yang anter ya..." Katanya sudah mirip starter motor yang ngadet. Pake kata abang lagi. Umur udah tuir gitu!!

" No pak. Thanks... Ya.. Lagi kejar deadline" Sahut ku dan tetangga sebelah sudah tampak menahan tawa pastu Nita yang memang hobi liat aku nolak Pak Nathan. Memang Pak Nathan selalu gangguin aku! Dan rayu rayu ga jelas! Cuman aku orang nya ga suka phpin! Kalau ga suka ya aju tunjukin.

" Ga papa abang tungguin, bentar lagi pada pulang lho.. Nanti sendirian kan..."

Aku mendongak lagi. Rasanya kesal juga sama orang yang terang terangan menolak tapi dia nya malah ngeyel.

" Ga perlu Pak! Saya biasa temanan sama mba kunti kuntk disini" Sahut ku lagi cuek.

Pak Nathan mengendik ngeri nama kunti aku bawa bawa.

" Biasanya mba kunti nya suka sama cowok cokelat lho pak. Dia bisa ngikutin ikut dalam rumah. Bapak mau saya kenalin ga?"

" Idih Len. Jangan gitu dong. Nakutin aja kamu...ini

" Serius. Tuh dia ada di belakang bapak lagi sanderan..

Sontak Pak Nathan melompat kaget sampai anak lain menoleh kesana. Wajah nya makin ungu ungu terong.

" Maka nya Bapak jangan ganggu saya lagi kerja ini. Mba kunti nya ga suka teman nya di ganggu" Celetuk ku lagi dengan wajah serius.

" Pak.." Fadly menepuk bahu Pak Nathan. Pria itu sontak teriak karena kaget. Fadly juga ikutan kaget. Spontan yang disana juga ikut tertawa. Tak kalah nyaring suara Nita paling keras.

" Fadly bikin kaget saja! Ada apa??" Cecar pria itu dengan wajah ungu nya. Sambil membenarkan kerah nya.

" Saya mau kasih rekapan laporan Bu Selly" Kata Fadly menjelaskan.

" Oh. Ya. Tinggal taruh saja kan. Ga perlu bikin kaget orang"

Fadly hanya cengir, ia mengedipkan mata nya sebelah ke arah ku. Aku tau dia membantu ku dari pesona Pak Nathan yang ganjen itu. Lantas mereka pergi dari sana, bertepatan jam kerja udah lewat 3 menitan. Beberapa rekan di sana tampak beberes bahkan sudah say bye dan meninggalkan kubikel mereka.

" Busyet banged Len, Pak Nathan itu ga tau malu banged ya. Baru kemaren juga aku liat dia ajak Dewi pulang sekarang giliran kamu. Idih.. Playboy cap terong banged. " Nita sudah nongol di pembatas kubikel kami.

" Makanya terima dong Pak Nathan nya biar kalian ga jomblo.. Dan dia ga tepar pesona kesana kemari....

" Idiiih. Jijaaaaaay" Pekik Nita dengan mata keatas lalu nepuk nepuk meja sambil komat kamit ga jelas.

" Duh.. Aku mau ke Nagoya ni. Nyari tas... Ikut ga Len??

Katanya kemudian.

" Ga liat kerjaan ku masih ada 5 map lagi hah.." Seru ku dongkol.

Nita tergelak." Iya ya.. Ya udah kerjain aja rapi rapi nanti di semprot BuTut..

Aku menyembikan bibir dan lanjud menyelesaikan data data disana.

" Eh Nit! Tengok Susan juga ya! Dia tadi aku tinggal udah agak mendingan sih.. Tapi coba kamu cek lagi..

" Bereessss" Sahut Nita disebelah yang sambil merapikan rambut nya yang sebahu.

Tak berselang kantor menjadi sepi. Sepi sepi begitu aku jadi nyesal ngungkit nama mba kunti. Tadi cuman iseng nakutin Pak Nathan aja. Tapi entah kenapa suasana kantor yang biasa agak gaduh sekarang seperti kuburan saja. Apalagi ada suara suara langkah langkah yang menuju ke arah ku.

Aku berdiri. Tak ada siapa siapa.

Sialan!! Kenapa jadi horor begini! Gara gara Pak Nathan si terong ungu nih.

Dengan cepat ku buka music dan segera memutar lagu lagi korea. Sedikit lebih baik dari pada sepi melopong.

Kerjaan ku akhirnya kelar tinggal di print aja.

Klek.. Klek...

Mesin print hanya bergerak tanpa menarik kertas.

Ada apa lagi dengan mesin ini.

Ku dorong lagi kertas nya ke dalam siapa tau letak nya ga pas. Sekali lagi aku coba. Tapi masih sama.

" Shit!! Ayolah.. Masa rusak sih.. Bukan nya tadi sehat walafiat" Kesal ku rasanya mau banting itu printer atau apapun biar puas.

Semua kabel aku copot dan aku pasang ulang. Komputer di restart. Kali ini semoga berhasil.

Dan damn it.. Sungguh mau nabok orang.

" Haduuuh. Gimana ini. Masa pinjem printer Nita! Belum di install lagi..aaahk..pusing guaa

" Ada apa mba..

Aku berbalik ke belakang suara ini kayak kenal. Dan benar saja ada J di sana. Dia belum pulang rupanya. Entah menapa kedongkolan ku lenyap seketika liat J.

" Oh hy J. .. Ga papa cuman kesal aja. Mesin nya dodol.. Ga bisa narik kertas.. " Cicit ku nunjuk mesin itu.

" Ga bis narik! Coba saya cek"

" Oh oke" Bibirku melengkung sempurna.

Aku mundur dan membiarkan J masuk ke kubikel ku. Memunggungi ku. Tubuh nya tinggi dengan bahu lebar bahkan aku tebak lengan nya bersayap. Alias dia punya otot gitu pasti badan perut nya ga buncit! Apa dia pelihara roti sobek?

Kerenen mana sama Devan. Eh kok Devan!

Aku terlalu sibuk memperhatikan J dari belakang entah kenapa otak liar ku malah memikirkan bagaimana badan J di balik seragam nya ini. Sampai aku ga sadar kalau mesin itu bergerak. Kertas nya bisa di tarik dan mencetak tulisan yang tadi aku bikin di komputer.

" Waah. Daebak.. Keren J..." Seru ku menepuk bahunya karena terlalu senang.

" Trims yaa... " Ku lekungkan senyum dengan luas. Dan dengan semangat kembali menyusun halaman halaman buat aku print selanjutnya nya. Entah kenapa aku seperti di perhatikan lagi. Ekor mataku bergerak kearah nya.

" Ah J.. Ada apa?

J mendelik mengalihkan pandangan" Ga papa mba, itu ponsel saya di sana..

Ia menunjuk benda persegi yang ada didekat komputer ku. Rupanya ia meninggalkan ponsel itu saat mau memperbaiki printer tadi. Aku menjauh sedikit saat ia menjulurkan tangan nya untuk meraih ponsel nya. Lagi lagi kulit ku bersentuhan saat ia mengambil ponsel nya. Ada yang tertinggal di tangan ku, ada yang berbekas saja. Dan sesuatu menyusup dalam dada ini. Kenapa dengan jantung ini Tuhan!!

Kami hanya bertukar pandang dan membalas senyum tapi tak salah kah kalau aku lihat ia memberikan sorotan yang berbeda. Dan aku ada apa dengan ku! Biasanya aku mengabaikan semua perlakuan pria pria disekitar ku yang mengira aku single. Tapi aura J agak berbeda. Ada mistery yang aku tangkap padanya. Ah entahlah. Lagian apa aku boleh ya mencari pria yang tulus sayang padaku. Sampai sekarang aku terlalu santai dengan status ku sendiri.

avataravatar
Next chapter